Moratorium, Hutan Malah Hilang

Moratorium pemberian izin baru hutan alam dan lahan gambut, program emas pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono, mendapat pukulan telak. Alih-alih berhasil menahan laju deforestasi dan degradasi hutan, Indonesia malah dinilai mengalahkan reputasi buruk Brasil sebagai negeri terbesar yang kehilangan tutupan hutannya. Benarkah demikian?

Belinda Arunarwati Margono sukses membuat kaget pemerintah. Lewat kajiannya yang dipublikasikan di jurnal Nature, PNS Kementerian Kehutanan ini menyatakan luas hutan primer Indonesia yang hilang ternyata lebih tinggi dari Brasil, yang selama ini tercatat sebagai pemegang rekor terluas kehilangan hutan tropisnya. Tahun 2012, tutupan hutan primer Indonesia yang musnah mencapai 840.000 hektare (ha), jauh di atas Brasil yang hanya 460.000 ha.

Tak pelak, tulisan Belinda yang sedang melanjutkan studi di Universitas Maryland ini menjadi sorotan internasional. Yang menyesakkan, tahun 2012 itu adalah setahun berjalannya kebijakan moratorium. Bukannya terjadi penurunan, yang ada malah peningkatan deforestasi dan degradasi. Itu sebabnya, Belinda pun menyebut dalam papernya bahwa moratorium 2011 tak berdampak sama sekali.

Pemerintah melalui Kementerian Kehutanan menanggapi serius hasil penelitian ini. Bahkan, saking seriusnya, hasil penelitian Belinda dan timnya itu sengaja di-counter melalui hasil penelitian pula, yang dilakukan lembaga kerjasama Indonesia-Jerman: Forclime (Forest and Climate Change Programme). Kesimpulannya sangat telak.

Menurut penasehat teknis Forclime, Mathias Bertram, kajian Belinda memiliki banyak kelemahan karena menggunakan hasil penelitian Mathew Hansen untuk diterapkan pada konteks Indonesia, terutama soal klasifikasi tutupan hutan dan peta yang dipakai. “Karena peta dasarnya salah, maka interpretasi hilangnya tutupan hutan yang disimpulkan oleh peneliti dari Universitas Maryland pun keliru,” tegas Bertram di Jakarta, Jumat (4/7/2014).

Lepas dari siapa yang paling sahih, Indonesia sendiri berharap internasional bisa memahami dan tidak menjadikan penelitian Universitas Maryland sebagai acuan tunggal soal tutupan hutan Indonesia. Itu sebabnya, Sekretaris Jenderal Kemenhut, Hadi Daryanto tidak khawatir penelitian itu akan berdampak terhadap kesepakatan Indonesia-Norwegia, yang akan menghibahkan dana 1 miliar dolar AS dalam program kerjasama mengurangi emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan. “Kalau Norwegia nggak bayar, biar saja,” kata Hadi. AI