Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi padi pada tahun ini menurut angka ramalan I (aram I) diperkirakan sebesar 69,87 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), mengalami penurunan sebesar 1,41 juta ton atau 1,98% dibandingkan 2013.
Angka Aram I itu berdasarkan kepada realisasi produksi padi pada periode Januari-April 2014 dan ditembah dengan perkiraan produksi pada periode Mei-Agustus dan September-Desember 2014. Pola panen pada bulan Januari-April 2014 masih relatif sama dengan pola panen pada tahun 2013 dan 2012. Sedangkan puncak panen padi akan berada di periode Januari-April (tahun 2012,2013,2014) dan untuk tepatnya terjadi pada bulan Maret.
BPS juga memperkirakan bahwa luas area panen diperkirakan menurun sekitar 1,92 persen atau sebesar 265,31 ribu hektar, dari luas sebelumnya sebesar 13,84 juta hektar menjadi hanya 13,57 juta hektar. Penurunan luas panen ini tentu mempengaruhi hasil produksi pada tahun ini.
Selain menurunnya jumlah luas area panen juga terdapat faktor lain yang menyebabkan menurunnya produksi pada pada tahun ini yaitu berkurangnya produktivitas padi dari sebelumnya sebesar 51,52 kuintal per hektar menjadi hanya 51,49 kuintal per hektar.
Dari sisi produktivitas ini penurunannya sangat dipengaruhi oleh faktor iklim seperti terjadinya bencana banjir yang cukup besar sehingga mengakibatkan puso atau gagal panen disejumlah wilayah.
BPS mengungkapkan jika penurunan produksi padi pada tahun 2014 ini diprediksi terjadi di Pulau Jawa sebesar 1,86 juta ton dan untuk produksi padi di luar jawa diprediksi mengalami kenaikan 0,44 juta ton. Penurunan produksi padi terbesar diprediksi terjadi di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten dan Sumatera Selatan.
Penurunan produksi padi ini perlu diantisipasi dengan baik mengingat padi menjadi salah satu komoditas yang paling dicari oleh masyarakat Indonesia karena padi merupakan tanaman penghasil beras untuk kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Untuk itu ketersediaan atau pasokan padi menjadi hal yang menjadi perhatian penting bagi pemerintah dari waktu ke waktu.
Luas lahan pertanian yang mengalami penurunan perlu segera dicarikan jalan keluarnya oleh pemerintah. Pembukaan lahan baru, khususnya di luar Pulau Jawa serta upaya pembatasan alih fungsi lahan sawah menjadi kawasan lainnya, perlu dilakukan.
Penggunaan teknologi bidang pertanian juga harus bisa diterapkan agar mendorong peningkatan produktivitas pertanian. Sektor pertanian juga terbukti mampu menyerap banyak tenaga kerja di Indonesia sehingga dapat menjadi salah satu sektor pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun utuk jangka pendek, pemerintah harus mengantisipasi ancaman kekurangan pasokan beras di dalam negeri. Pemerintah harus berhitung cecara cermat apakah produksi beras di dalam negeri serta stok beras yang ada gudang Bulog bisa memenuhi kebutuhan nasional dalam jangka waktu yang aman? Apakah stok beras yang ada di dalam negeri bisa memicu kenaikan harga beras di dalam negeri?
JIka memang stok beras yang ada di dalam negeri saat ini tidak mampu menjamin stabilisasi pasokan dan harga beras didalam negeri, tentunya pemerintah tidak usah ragu untuk mendatangkan beras dari luar negeri. Kegiatan impor beras bukanlah suatu hal yang diharamkan jika memang stok dan produksi beras di dalam negeri tidak mampu menjamin kebutuhan dalam negeri.