Semboyan dan ajakan untuk melestarikan lingkungan pasti sudah sering terdengar, namun baru sedikit orang yang benar-benar tergerak untuk menjaga lingkungan hidup. Sebagai tempat tinggal semua makhluk hidup yang ada di muka bumi, termasuk manusia, hewan, dan tumbuhan selayaknya jika lingkungan hidup dijaga kelestariannya. Lingkungan hidup yang buruk bisa membuat manusia, hewan, dan tumbuhan tak dapat bertahan hidup.
Sayangnya, banyak fenomena saat ini menunjukan lingkungan hidup mengalami kerusakan. Ini bukan merupakan masalah yang baru lagi dan seharusnya dibenahi sesegera mungkin. Kerja sama yang baik antara pemerintah dan masayarakat dalam menjaga lingkungan harus selalu dijalankan pelestarian bukan hanya jadi wacana.
Inilah yang dilakukan oleh Susilo Irwanjasmoro yang akrab disapa Pak Irwan. Ketua Yayasan Wagleri Yogyakarta, yang berkantor di Kedungbanteng, Moyudan, Sleman, Yogyakarta, itu juga relawan jejaring kepedulian perairan Wild Water Indonesia region Yogyakarta.
Buat Pak Irwan selalu peduli dalam pelestarian lingkungan hidup itu wajib dan harus. Pentingnya menjaga lingkungan wajib harus ditanamkan sejak dini. Bahkan dalam kondisi pandemi COVID-19 saat ini, Pak Irwan tetap melakukan aktivitasnya untuk mengampanyekan pentingnya kelestarian lingkungan hidup. Salah satunya dengan Ngaji Ekologi. Apa itu Ngaji Ekologi dan bagimana filosofinya soal pelestarian lingkungan hidup berikut petikan wawancara yang dilakukan Agro Indonesia beberapa waktu lalu:
Bisa diceritakan soal apa itu Yayasan Wagleri?
Diawali kegelisahan kami tentang minimnya upaya memasyarakatkan pendidikan ekologi dan keprihatinan kami tentang minimnya perhatian pada kegiatan pencatatan pelestarian keanekaragaman hayati serta pengelolaan yang bijak dalam pemanfaatannya. Sebenarnya kami, teman teman sudah lama melalukan aktivitas ini, selain itu juga sebagai bentuk upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah agar lebih memperhatikan aspek lingkungan, kami menderikan Yayasan Wagleri tepat pada International Day Of The Tropics, 29 Juni 2019.
Nama Yayasan Wagleri?
Yayasan Wagleri singkatan dari Yayasan Wahana Gerakan Lestari Indonesia. Wagleri sendiri merupakan nama salah satu spesies ular Indonesia Tropidolaemus wagleri. Karena secara kebetulan mayoritas pendiri yayasan merupakan pegiat herpetofauna khususnya reptil ular. Yayasan ini kita dirikan dengan visi mewujudkan terciptanya masyarakat cinta satwa tumbuhan dan alam dan misinya edukasi, advokasi, pelestarian keanekaragaman hayati
Program kerja Wagleri?
Yang sedang dikerjakan; edukasi ke publik melalui ngaji ekologi (online dan offline), edukasi dan riset kerja sama dgn fakultas biologi UGM yang menjadikan kampung satwa sebagai living laboratory, kerjasama program pengabdian masyarakat UGM, konservasi keanekaragaman hayati berbasis pendidikan di kampung satwa Kedungbanteng, Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Salah satu bentuk kerja sama dengan Fakultas Biologi UGM di Kampung Satwa living laboratory adalah penelitian dan penangkaran satwa dilindungi dari kelas reptilia; byuku (Orlitia borneonensis) pada tahun ini sudah sampai tingkatan bertelur dan dalam fase inkubasi telur. Kura semangka/tuntong (Batagur borneonensis), Kura moncong babi (Carretochelys insculpta)
Sampai sekarang realisasinya?
Ngaji ekologi dan kegiatan edukasi di Kampung Satwa living laboratory sedang dan terus berjalan. Kerjasama program pengabdian masyarakat ugm dilaksanakan paruh 8 kedua tahun 2020. Pencatatan keanekaragaman hayati ikan sedang dilakukan. Pencatatan sebaran ikan invasif dalam proses penulisan naskah buku.
Soal ikan invasif, sekarang banyak yang menebar ikan nila di selokan, apakah ada dampaknya?
Ikan Nila bukan ikan dilindungi, tetapi merupakan jenis ikan asing, bukan asli indonesia yang berpotensi invasif atau menggusur keberadaan jenis jenis ikan asli Indonesia. Hampir semua ikan budidaya yang umum di pasaran seperti lele dumbo, mujair, bawal air tawar dan patin merupakan ikan asing berpotensi invasif. Melepaskan ikan-ikan tersebut di perairan liar dapat berisiko besar bagi kelestarian jenis ikan asli setempat dan juga berisiko merusak tatanan serta keharmonisan ekosistem alam indonesia.
Untuk ngaji Ekologi, sebenarnya bagaimana?
Ngaji Ekologi itu belajar ekologi. Kita lakukan secara online dan offline. Itu bisa menjadi jembatan menuju kesadaran dan pemahaman tentang bagaimana biodiversity atau keanekaragaman hayati, dari yg makro sampai yg mikro, bekerja menopang kehidupan kita. Kegiatan belajar bersama kita ini diharapkan tidak sekedar menyamakan persepsi tentang hal-hal terkait ekologi dan isu lingkungan tetapi kami harapkan bisa menambah referensi bagi teman-teman semua dalam membuat konsep hidup dan mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari agar kita lebih mawas dan sadar tentang hal-hal yang baik serta bermanfaat bagi lingkungan.
Selama ini kita terkadang secara tidak sadar “terjebak” pada nilai-nilai estetika umum yang dianggap lumrah dan dinilai baik serta menarik. Tetapi ternyata tidak akur atau justru bertentangan dengan estetika lingkungan karena merubah harmoni ekosistem. Kita juga seringkali tidak sadar bahwa “our life depends on biodiversity” atau kehidupan kita bergantung pada keanekaragaman hayati.
Jadi kita buka Ngaji Ekologi ini sekaligus memperingati Hari Lingkungan Hidup (5 Juni) semoga momentum “new normal” saat ini juga bisa menjadi titik awal kita bersama untuk menjalani kenormalan baru dengan kesadaran yang lebih ramah dan lebih cinta pada lingkungan.
Bagaimana teknisnya?
Ngaji Ekologi kita lakukan secara online dan offline, salah satunya dengan grup WA, dan kita bisa diskusi banyak hal yang berkaitan dengan lingkungan. Di sana juga ada semacam seminar, dengan narasumber yang tahu betul tentang lingkungan. Sampai saat ini di grup Ngaji Ekologi ada lebih dari 200 anggota dari beberapa kota di Indonesia. Karena forum ini memang terbuka untuk semua kalangan, hanya saja memang harus memiliki ketertarikan terhadap isu pelestarian alam.
Hambatan permasalahan yang ada selama ini?
Kesulitan klasik pada bidang pendanaan, terlebih lagi di masa pandemi karena terjadi perubahan prioritas pendanaan dari pihak-pihak yang menjalin kerja sama. Juga minimnya perhatian dan dukungan untuk kegiatan di bidang pelestarian lingkungan jika dibandingkan dengan kegiatan di bidang sosial, seni dan budaya.
Bagaimana kerjasama dengan pemerintah?
Kami telah 3 kali melakukan audiensi dengan pemprov DIY dan sudah membahas beberapa program kerja sama. Tahun lalu bekerja sama dengan BKSDA Yogya pada kegiatan monitoring satwa di kawasan pegunungan seribu wilayah Bantul.
Harapan ke depan?
Terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan dan mencintai alam serta menghargai keanekaragaman hayati (melek ekologi). Mendorong pemerintah sebagai pemangku kebijakan membuat regulasi serta policy yang lebih berpihak pada kelestarian lingkungan. Adanya konten pendidikan lingkungan dan ekologi di sekolah dan pendidikan tinggi.
Anna Zulfiyah