Pandemi Covid-19 telah membuat sebagian orang mulai menggemari hobi bercocok tanam, termasuk tanaman hias. Ini membuat tanaman hias kembali booming. Salah satu tanaman hias yang jadi primadona adalah jenis dan varian tanaman Philodendron.
Semakin sulit dicari atau barang langka, harga Philodendron makin ‘menggila’. Akhirnya, Philodendron dianggap ‘mengisi kekosongan’ tren tanaman selepas era anthurium yang sangat fenomenal.
Era Philodendron berbeda dengan era anthurium, yang disinyalir ‘digoreng’ oleh oknum pemain lama tanaman hias sehingga harganya sangat fantastis dan tak logis dan membuat banyak pemain baru kepincut, lalu ‘terjerumus’ dalam permainan rugi – laba.
Pasalnya, tren Philodendron yang muncul sejak akhir 2019, tidak hanya terjadi di negeri ini saja tetapi juga merebak ke wilayah lainnya, mulai dari Amerika Serikat, Eropa hingga Australia.
Dengan kelebihan yang dimilikinya, Philodendron mampu merebut hati warga dunia. Tanaman ini sudah menjadi indoor plant (tanaman dalam ruangan) di rumah-rumah warga bule.
Sebagai indoor plant, Philodendron tidak membutuhkan sinar matahari sepanjang waktu, tidak perlu disiram setiap hari sehingga perawatannya relatif lebih mudah. Karena itulah tanaman tropis ini, menjadi pilihan hingga akhirnya menjadi tren.
Tren Philodendron yang kini mendunia telah memunculkan potensi atau peluang bisnis. Hal inilah yang ditangkap eksportir tanaman hias seperti Ade Wardhana.
Pria muda lulusan IPB ini memanfaatkan jejaring di luar negeri untuk memasok tanaman hias dari Indonesia melalui merk Minaqu Home Nature.
“Selama ini Minaqu fokus pada pasar ekspor, tapi ternyata pasar lokal pun sudah banyak yang berminat dengan tanaman hias dan permintaan tinggi,” kata Ade.
Realisasi dari insting bisnisnya, Ade membangun kantor sekaligus display tanaman hias di Bogor Nirwana Residence (BNR) khusus bagi pemburu tanaman hias maupun pedagang.
Bermitra dengan petani yang berada di sekitar Bogor, Cianjur dan Bandung, Minaqu berupaya menyediakan pasokan tanaman hias yang dibutuhkan. “Minaqu menjembatani petani, pedagang dan pehobi tanaman hias sehingga stok tanaman hias senantiasa terjaga, “ tutur Ade lagi.
Gairah tren tanaman hias disambut Minaqu dengan membangun kawasan Pasar Tanaman Hias di BNR yang resmi dibuka minggu terakhir November 2020 lalu. Melalui #gerakanbelanjatanamanhias Ade berharap, “Jelas roda ekonomi berputar kembali melalui tanaman hias,” tutur mantan eksportir ikan hias ini.
Tercatat sekitar 60-an lapak di Pasar Tanaman Hias yang dibuka pada 28 November 2020 itu. Selain Philodendron ring of fire varigata dan golden, monstera non varigata, lapak didominasi aglonema, caladium, anthurium hingga alocasia yang dipenuhi pembeli.
“Saya suka keladi, corak daunnya keren, warna-warni. Ga’ mampu beli Janda Bolong deh. Mahaaaal…,” kata Nurayah, salah seorang yang memborong caladium.
Janda Bolong (philodendron monstera adansonii variegated) menjurus pada tanaman dengan harga fantastis. Namun masih ada sederet varian Philodendron yang dibandrol secara ‘suka-suka’. Sebut saja Minima, Monstera Thailand Constellation Variegated, Billitiae Variegated (kabel busi), Monstera King.
Mahal atau sebaliknya, yang penting gairah tanaman hias bisa menggerakkan roda ekonomi masyarakat. Buyung N