Investasi Rp32,5 Triliun Masuk ke Sektor Industri Agro

Kementerian Perindustrian (Kemenperin ) terus berupaya membuat kebijakan strategis untuk mempercepat realisasi penanaman modal di tanah air, seperti di sektor industri agro yang banyak diminati investor.

“Kami mencatat lebih dari Rp32,5 triliun investasi baru yang akan masuk pada sektor agro dengan total sekitar 26 proyek,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim di Jakarta, Selasa (1/12/2020).

Dirjen Industri Agro menyebutkan, pihaknya membagi tiga sektor industri agro yang sedang diakselerasi untuk terus tumbuh dan meningkatkan kapasitas produksinya. Pertama, industri makanan, hasil laut, dan perikanan yang akan meliputi komoditas gula, tepung, pakan, penggilingan jagung, serta biskuit.

“Untuk industri makanan tersebut, total akan ada sembilan proyek dengan investasi senilai Rp19,94 triliun,” ungkapnya. Sektor kedua, yakni industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar yang meliputi produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), susu dan olahan susu, minuman ringan, serta cokelat. “Total sektor ini akan ada tujuh proyek dengan investasi senilai Rp2,66 triliun,” imbuhnya.

Ketiga, industri hasil hutan dan perkebunan yang meliputi refinery dan fraksinasi sawit, biodiesel, minyak sawit, pulp, dan kertas. Total bakal ada 10 proyek dengan investasi senilai lebih dari Rp10 triliun.

Berbagai investasi tersebut diharapkan dapat mengungkit kinerja industri agro, terlebih setelah terkena dampak signfikan akibat pandemi Covid-19. “Sektor-sektor itu sangat esensial karena terkait dengan kebutuhan utama masyarakat,” ujar Rochim.

Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kemenperin, Supriadi menyampaikan, investasi di industri makanan dan minuman (mamin) telah mencapai Rp40,5 triliun. Angka tersebut merupakan 20 persen dari total investasi ke industri pengolahan, yang senilai Rp201,8 triliun sepanjang Januari-September 2020.

“Pemerintah juga telah menetapkan beberapa sektor industri prioritas yang akan dikembangkan dan tertuang dalam Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN), di mana industri pangan termasuk dalam salah satu industri andalan yang diprioritaskan pengembangannya,” paparnya.

Supriadi mengemukakan, salah satu fokus pengembangan industri mamin yang akan dilakukan pada tahun 2021 adalah menjaga ketersediaan bahan baku. “Ketersediaan bahan baku di industri mamin sangat penting untuk mencukupi dari sisi jumlah, kualitas, maupun kontuinitas produksi,” tuturnya.

Di samping itu, ketersediaan bahan baku menjadi salah satu pertimbangan para investor. “Berikutnya adalah ketersediaan pasar dan fasilitas fiskal juga menjadi pendorong penanaman modal oleh para investor,” tandasnya.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang sebelumnya mengatakan, pengembangan industri agro di Indonesia cukup prospektif. Potensi ini antara lain karena didukung pasar domestik yang besar, sumber daya pertanian yang berlimpah sebagai sumber bahan baku industri agro dalam negeri, perubahan pola konsumsi konsumen yang cenderung beralih ke makanan kemasan modern, serta munculnya pemain-pemain industri agro nasional yang sudah mampu bersaing di tingkat global.

“Dengan adanya peluang tersebut, kebijakan pemerintah dalam pembangunan industri agro adalah menjadikan Indonesia menjadi pemain terkemuka di pasar regional dengan strategi utama melalui peningkatan ekspor produk industri agro serta mengurangi ketergantungan impor bahan baku, bahan penolong, dan barang modal,” tandasnya.

Adapun langkah-langkah strategis dalam upaya peningkatan ekspor di sektor industri agro, di antaranya adalah penguatan kemampuan industri agro secara menyeluruh dengan fokus pada perbaikan sektor hulu pertanian. Berikutnya, penerapan sektor pertanian dan industri agro dengan teknologi industri 4.0.

“Meningkatkan efisiensi value-chain dengan membangun jaringan cold-chain yang lebih baik, serta peningkatan produksi industri agro modern dengan inovasi produk didukung dengan insentif super deduction tax untuk research and development (R&D),” tutur Agus.

Di samping itu, juga dilakukan upaya untuk memperkuat daya saing produk industri agro dari segi kualitas, harga, dan kemampuan delivery dalam rangka memenuhi pasar ASEAN dan global, serta meningkatkan kemampuan SDM, teknis dan teknologi industri agro guna memperkuat kemampuan produksi nasional di pasar global.Buyung N