Indonesia ingin menunjukkan komitmen industri berkelanjutan pada The First Meeting Trade, Industry, and Investment Working Group (TIIWG) G20. “Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa kita sudah mengadopsi dan menerapkan standar keberlanjutan yang memang sudah menjadi komitmen,” kata Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII)Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Eko SA Cahyanto pada konferensi pers TIIWG G20 yang diadakan secara virtual, di Jakarta, Jumat.
Menurutnya, industri merupakan salah satu sektor pengguna energi terbesar, sehingga penting bagi industri untuk bisa lebih efisien dalam penggunaan energinya.
“Indonesia, dalam hal ini Kementerian Perindustrian, telah memiliki Standar Industri Hijau sebagai acuan industri nasional dalam menerapkan industri hijau. Standar Industri Hijau sudah diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian dan kami sudah memiliki banyak peraturan standar industri hijau yg memang sudah diterapkan meskipun saat ini sifatnya masih sukarela,” ujarnya.
Melalui Penghargaan Industri Hijau yang diberikan Kemenperin, ungkapnya, aspek industri hijau pada Standar Industri Hijau semakin lama semakin baik, karena pada akhirnya penerapannya merupakan bagian dari konsep standar keberlanjutan yang sudah menjadi komitmen.
“Ini menjadi penting dalam rangka meningkatkan daya saing industri itu sendiri. Kemudian,lebih mengefisienkan industrinya sehingga punya daya saing yang lebih tinggi. Tentunya, aspek keberlanjutan menjadi terjaga,” papar Eko.
Pekan depan, TIIWG akan menggelar pertemuan di Solo dan isu berkelanjutan (sustainable) akan dibahas dalam pertemuan itu.
Dipilihnya Solo sebagai lokasi pertemuan TIIWG G20 dikarenakan kota itu memiliki hal khusus dalam dunia industri. “Kota Solo menjadi lokasi investasi pertama di Indonesia, dimana seratus tahun lalu berdiri pabrik gula Colo Madu,” papar Eko. Selain itu, saat ini banyak perusahaan yang melakuan relokasi ke wilayah Solo Raya.
Sementara itu Riyatno, Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal BKPM/Kementerian Investasi, mengatakan tahun 2022 ini pemerintah memasang target realisasi investasi sebesar Rp 1200 triliun. angka ini jauh lebih besar dibandingkan realisasi investasi tahun 2021 yang mencapai Rp 900,1 triliun.
Dia juga mengakui kalau terjadi keseimbangan realisasi investasi antara Pulau Jawa dengan Luar Jawa. “Telah terjadi keseimbangan antara Jawa dengan Luar Jawa, suatu hal yang selama ini menjadi tantangan dalam realisasi investasi,” katanya.
Selama periode Januari-Desember 2021, realisasi investasi di Luar Jawa mencapai Rp 468,2 triliun (52 persen), sementara realisasi investasi di Pulau Jawa mencapai Rp432,8 triliun (48 persen). Buyung N