Pembangunan embung yang dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan), melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), terbukti memberikan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas tanaman.
Hal tersebut dirasakan petani di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Produktivitas tanaman padi mereka meningkat sejak ada embung yang dibangun Kementan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, embung memang salah satu cara yang bisa digunakan petani untuk menjaga ketersediaan air. Khususnya untuk menghadapi musim kemarau.
Menurut dia, dengan membangun embung, air tidak hanya terjamin, tetapi juga membuat hasil panen meningkat. Embung juga menjadi langkah antisipasi untuk menghadapi kering.
“Badan pangan dunia, FAO, memprediksi kemarau panjang akan melanda sejumlah negara, termasuk Indonesia. Kita mengimbau petani untuk melakukan percepatan tanam. Petani juga harus mengantisipasi masalah ini dengan memastikan ketersediaan air, seperti membangun embung,” katanya.
Dirjen PSP Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy menyebutkan, pembangunan embung seperti yang dilakukan di Poso memiliki dampak yang sangat positif.
Di Ditjen PSP pun ada kegiatan padat karya. Salah satunya adalah pembangunan embung seperti yang dilakukan di Kecamatan Pamona Puselemba, Poso. “Kegiatan padat karya bukan hanya untuk mendukung aktivitas petani, tetapi juga bertujuan meningkatkan produktivitas,” katanya.
Di Poso, pembangunan embung dilakukan di Desa Toinasa Kecamatan Pamona Barat. Sebagai penanggung jawab adalah Poktan Kasibuncu I. Embung dibangun di lahan seluas 50 hektare (ha). Sumber air embungnya dari mata air.
“Hasil positif dari pembangunan embung bisa dilihat di Poso. Sebelum adanya embung, luas areal terairi adalah 50 ha. Tetapi dengan adanya embung, luas lahan teraliri menjadi 85 ha. Dampaknya, produktivitas yang sebelumnya 4 ton/ha, kini meningkatkan menjadi 5 ton/ha,” kata Sarwo Edhy.
Poktan Merasa Terbantu
Ketua Poktan Kasibuncu I, I Wayan Partiko, membenarkan jika pertanian di wilayahnya sangat terbantu dengan adanya embung.
“Dengan embung, petani dapat mengairi sawahnya dengan baik. Embung pun dapat dimanfaatkan, baik saat musim hujan maupun musim kemarau. Karena air selalu tersedia sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman padi,” paparnya.
Sementara Ketua Poktan Tandongkota, Yohanis Ida, mengatakan dampak positif dari dibangunnya embung sangat dirasakan oleh petani. Setelah ada embung, petani dapat mengairi sawahnya dengan baik. Karena embung bisa dimanfaatkan saat musim kemarau maupun musim hujan.
“Kita berharap pembangunan embung juga diikuti dengan pembangunan jaringan irigasi sehingga lahan sawah bisa dialiri dengan lebih maksimal lagi,” katanya.
Sarwo Edhy mengatakan, pihaknya telah melaksanakan program pengembangan bangunan konservasi air, yakni embung, dam parit, dan long storage sebanyak 2.785 unit.
Untuk irigasi perpompaan, Ditjen PSP mencatat hingga 5 November 2018 telah membangun 2.978 unit. Dengan estimasi luas layanan per unit 20 ha, maka luas oncoran atau yang dapat diairi saat musim kemarau mencapai 59,78 ribu ha.
Tahun 2014, Kementan sukses membangun sebanyak 9.504 unit embung di 30 provinsi. Sementara tahun 2015, embung yang dibangun 318 unit di 16 provinsi.
Pengembangan embung, dam parit, long storage dalam empat tahun terakhir (2015-2018) mencapai 2.956 unit — untuk realisasi per 5 November 2018.
Dengan estimasi luas layanan 25 ha/unit, maka mampu memberikan dampak pertanaman seluas 73,90 ribu ha. “Bila dapat memberikan dampak kenaikan IP 0,5, maka potensi penambahan produksi pertanaman mencapai 384,28 ribu ton,” katanya.
Menurut dia, sarana dan prasarana tersebut dilakukan untuk mengantisipasi musim kemarau. “Tahun ini kami akan membangun 400 unit embung dan 1100 unit Irigasi Perpompaan/Perpipaan,” tegasnya.
Selain itu, lanjut Sarwo Edhy, pihaknya akan memprioritaskan dan mengawal pemanfaatan sumber-sumber air sebagai suplesi pada lahan sawah yang terdampak kekeringan.
“Kami segera mengindentifikasi sumber air alternatif yang masih tersedia dan dapat dimanfaatkan melalui perpompaan dan irigasi air tanah dangkal,” tegasnya.
Tidak hanya itu saja, Kementan mengingatkan dinas agar alat dan mesin pertanian (Alsintan) dimanfaatkan untuk mengatasi mitigasi kekeringan.
“Kita minta, manfaatkan semua pompa air yang tersedia di daerah dan kerahkan Brigade Alsintan untuk membantu petani dalam mengamankan standing crop dan memitigasi kekeringan,” tegasnya.
Dia menyebutkan, total bantuan pompa air dari tahun 2015-2019 sebanyak 107.633 unit. Tahun 2020 dialokasikan dana untuk 10.000 unit. Khusus daerah yang sumber airnya masih tersedia dan mencukupi, disarankan untuk segera manfaatkan alsintan dan kerahkan Brigade Alsintan untuk melakukan percepatan tanam padi, jagung dan kedelai. Sarwo Edhy mengingatkan kepada petani untuk mengasuransikan lahannya. Supaya, petani tidak mengalami kerugian jika kekeringan melanda lahan pertanian. PSP