Pemda Diimbau Pinjamkan Alsintan ke Petani

Dirjen PSP Sarwo Edhy mencoba Alsintan untuk mengolah lahan. Petani kini makin banyak menggunakan Alsintan untuk budidaya pertaniannya. Traktor Roda 4 (TR4) bahkan jadi incaran untuk mengolah lahan.

* Hadapi Musim Panen

Sentra produksi padi di pulau Jawa  sedang memasuki masa panen raya. Kementerian Pertanian (Kementan) meminta Pemerintah Daerah (Pemda) untuk meminjamkan alat mesin pertanian (Alsintan) yang dimiliki dan dikelola Dinas Pertanian Provinsi maupun Dinas Pertanian Kabupaten guna membantu petani dalam proses pemanenan.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, di tengah wabah virus korona yang menyebabkan penyakit COVID-19, Kementan tidak ingin petani dihantui rasa takut.

“Proses panen harus terus berjalan. Dengan menggunakan Alsintan dapat menghindari kumpulan orang di saat panen, sehingga mempersempit peluang menyebarnya COVID-19. Pemda kita harapkan memaksimalkan Alsintan yang dimiliki guna membantu petani untuk mempercepat proses panen,” katanya, pekan lalu.

Sarwo Edhy menambahkan, petani juga bisa melakukan pinjam-pakai Alsintan yang dikelola Brigadir Alsintan, jasa sewa Alsintan pada Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), dan Kelompok Usaha Bersama (KUB) di daerah masing-masing.

Dia mencontohkan, dengan penggunaan combine harvester, panen bisa secara otomatis dalam sekali jalan. Karena alat dilengkapi penebas, perontok, kemudian keluar sudah bentuk gabah. Petani bisa langsung memasukkan gabah ke dalam karung, sehingga waktu bisa terpangkas dengan efisien.

“Di beberapa tempat, luasan panen mencapai 3 hektare (ha) bisa hanya dilakukan dalam waktu 3 jam saja asalkan cuaca bagus dan tanah tidak lembek,” ujarnya.

Keuntungan lain penggunaan Alsintan adalah dapat mengurangi penyusutan hasil panen (losses) sebesar 10% dan meningkatkan nilai tambah. Bahkan, penanaman padi yang dulunya hanya satu kali setahun, kini bisa tiga kali karena proses pengolahan dan panen yang cepat.

“Produksi yang dicapai petani lebih tinggi, pendapatan petani pun ikut naik,” tambahnya.

Panen Raya

Saat ini, musim panen raya sudah berlangsung pada akhir Maret hingga April di seluruh Indonesia. Salah satunya di Jawa Tengah yang juga siap panen. Misalnya, Kelompok Tani Sido Makmur 1 dari Desa Siwitan, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Saat ini, tanaman padi musim tanam pertama (MT-1) sudah mulai memasuki masa panen, dengan luas tanaman mencapai 3.625 ha.

Ketua Kelompok Tani Sido Makmur mengatakan, sampai saat ini luas kawasan yang sudah dipanen mencapai 1.418 ha dan sisa luas yang belum dipanen untuk desa tersebut yakni 2.207 ha.

“Hari ini kami bersama tim penyuluh sedang melaksanakan kegiatan panen, walaupun di tengah isu pandemi korona yang ada. Petani tetap eksis di lapangan untuk menjaga ketahanan pangan,” katanya.

Menurut dia, saat ini petani yang tergabung dalam kelompok tani tersebut sudah merasakan peningkatan pendapatan ekonomi dan usaha pertanian pangan cukup menguntungkan dengan masa panen.

Sama dengan Rembang, sawah-sawah di Demak juga akan segera memasuki musim panen raya. Seluruh hamparan sawah yang siap panen di kabupaten tersebut diperkirakan seluas 26.876 ha dengan harga gabah Rp4.300 hingga Rp4.600/kg.

Rudi, petani asal Kabupaten Demak mengatakan, Kabupaten Demak merupakan salah satu tulang punggung pangan di Jawa Tengah. Dia mengatakan, seluruh petani Demak siap untuk mendukung suksesnya program Kementerian Pertanian (Kementan).

“Adanya bantuan pemerintah, baik itu subsidi benih, pupuk kemudian Alsintan (alat mesin pertanian) bisa dimanfaatkan petani dengan baik. Kami petani dari Demak siap turut menjadi garda terdepan dalam menjaga stok pangan,” ungkap Rudi.

Selain itu, wilayah Jawa lain juga bakal ikut meramaikan musim panen MT-1 seperti Pemalang, Malang, dan Kendal. Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, misalnya, potensi panen pada bulan Maret mencapai 2.217 ha atau setara 12.785 ton.

Lalu, seluruh Kabupaten Malang berpotensi panen pada bulan Maret seluas 13.648 ha atau setara 81.005 ton. Sedangkan potensi panen pada bulan April, yaitu 11.721 ha atau setara 74.169 Ton.

Adapun Kabupaten Kendal juga ikut masuk musim panen raya, di mana potensi luas panen untuk bulan Maret seluas 5.980 ha atau setara 32.890 ton dan untuk bulan April seluas 8.281 hya atau setara 45.545,5 ton.

Sewakan ke Daerah Lain

Sementara petani yang tergabung dalam Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Jaya Makmur, di Desa Wringin Agung, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur mencari terobosan untuk menyewakan alat dan mesin pertanian (Alsintan) ke daerah lain yang sudah panen.

“Karena di tempat kami belum memasuki musim panen, dan kalau pun ada, luasannya tak terlalu besar. Kami terus mencari daerah sekitar yang sudah panen supaya combine harveater yang kami miliki bisa beroperasi,” kata Ketua UPJA Jaya Makmur, Paimin di Banyuwangi, belum lama ini.

Menurut Paimin, kebetulan minggu depan di Kecamatan Tegal Dlimo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim) sudah panen. Ada sekitar 30 ha sawah petani yang siap panen. Lokasinya juga tak jauh dari Kecamatan Gambiran. “Mereka sudah meminta kami untuk memanennya dengan combine harvester,” ujarnya.

Paimin juga mengatakan, panen padi di Kecamatan Tegal Dlimo tersebut merupakan hasil tanam petani pada Desember tahun lalu. “Kalau di tempat kami (Kecamatan Gambiran), tanamnya sekitar Januari. Sebab, pada saat itu terjadi kemarau panjang, sehingga tanamnya mundur. Karena itu, di daerah kami panennya diperkirakan pada akhir April tahun ini,” kata Paimin.

Menurut Paimin, hasil panen padi di Kecamatan Gambiran awal tahun ini diperkirakan tidak maksimal. Sebab, sebagian laham sawah petani sudah banyak yang dimanfaatkan untuk tanam buah naga dan jeruk.

“Karena itu, untuk mengoptimalkan sewa Alsintan, kami terus mencari celah daerah mana saja yang siap olah lahan, tanam dan panen. Hal ini kami lakukan agar Alsintannya tidak mangkrak,” paparnya.

Setelah menyewakan combine harvester di Kecamatan Tegal Dlimo, lanjut Paimin, minggu berikutnya manajemen UPJA Jaya Makmur akan menyewakan combine harvester ke Kecamatan Srono.

Paimin memperkirakan, sewa combine harvester akan ramai pada awal April hingga akhir Mei. “Kalau tahun lalu kami kebanjiran sewa combine harvester. Mudah-mudahan tahun ini petani yang sewa combine harvester tambah banyak, ” harapnya.

Seperti diketahui, UPJA yang dikembangkan Gapoktan Tani Agung ini sudah jadi langganan sejumlah petani di kecamatan lain di Kabupaten Banyuwangi, Jatim. Di antara pelanggan setianya adalah sejumlah petani dari Kecamatan Blimbing Sari (dekat bandara) dan Srono.

Paimin mengakui, banyak keuntungan yang petani dapatkan dengan menggunakan Alsintan. Pastinya adalah mempercepat pekerjaan petani. Petani yang panen dengan combine  harvester hanya perlu waktu 3 jam/ha. Bahkan, petani kini sudah tak asing lagi menggunakan Alsintan.

Setelah panen, petani langsung mengolah tanah. “Saat musim kemarau, petani tetap melakukan olah lahan karena sebagia lahan petani ada yang sudah dilengkapi dengan fasilitas irigasi,” katanya.

Paimin mengungkapkan, selain memanfaatkan combine harvester, dalam pengolahan penggunakan traktor tangan juga sangat membantu petani. Dengan traktor, lahan seluas 0,25 ha  hanya perlu waktu setengah hari.

Menurut Paimin, petani atau kelompok tani yang menyewa combine harvester hanya dipatok dengan harga sewa sebesar Rp1,2 juta/ha. Sewa traktor tangan hanya dipatok dengan harga Rp300.000 per 0,25 ha atau sekitar Rp1,4 juta/ha. Sedangkan, untuk rice transplanter disewakan ke petani plus benihnya  hanya dipatok Rp800.000/ha. PSP