Pemda Konsisten Lindungi Petani dengan Asuransi

* Kementan Beri Apresiasi

Kementerian Pertanian (Kementan) mengapresiasi Pemerintah Daerah (Pemda), terutama Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, yang konsisten memberikan perlindungan petani melalui asuransi pertanian. Pasalnya, usaha di sektor pertanian, khususnya usaha tani padi dan ternak sapi, kerap dihadapkan pada risiko kegagalan sebagai akibat dampak dari perubahan iklim yang dapat merugikan petani.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyebutkan, banyak pencapaian sejak penerapan asuransi pertanian. Dengan ikut asuransi pertanian ini, petani bisa merasa aman untuk berproduksi. “Kita tidak ingin kalau kena bencana alam, seperti banjir, kekeringan, atau sapi yang mati menyebabkan petani yang rugi,” katanya.

Itu sebabnya, Mentan menyarankan petani bergabung dalam sebuah kelompok tani. Setelah memahami manfaat jaminan kerugian yang didapat dari program asuransi, maka petani bisa segera mendaftarkan diri.

Namun, waktu pendaftaran biasanya paling lambat berlangsung 30 hari sebelum musim tanam dimulai. “Untuk mendaftarkan diri, petani juga akan mendapat pendampingan khusus dari petugas UPTD Kecamatan serta Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL),” papar Mentan Syahrul.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, dengan adanya Asuransi Usata Tani Padi (AUTP), petani yang terkena musibah — yang mengakibatkan gagal panen — bisa mendapatkan ganti rugi. “Dengan membayar premi hanya Rp36.000/hektare (ha)/musim, petani yang sawahnya terkena bencana banjir, kekeringan dan serangan OPT dapat klaim (penggantian) Rp6 juta/ha,” kata Sarwo Edhy.

Sarwo Edhy berharap, dengan premi yang sangat murah petani padi bisa menjadi peserta AUTP. Jika melihat perkembangannya, peserta AUTP sejak tahun 2017 hingga kini cenderung meningkat.

Pada tahun 2017 luas lahan yang didaftarkan petani mengikuti AUTP mencapai 997.961 ha dengan klaim kerugian tercatat 25.028 ha. Adapun pada 2018 realisasinya sekitar 806.199,64 ha dari target 1 juta ha (80,62%) dengan klaim kerugian tahun 2018 mencapai 12.194 ha (1,51%).

Adanya tren positif peserta AUTP, kata Sarwo, karena pelaksanaan asuransi pertanian yang bekerja sama dengan PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) ini memberikan berbagai keuntungan bagi petani/peternak. Bukan hanya nilai premi yang dibayarkan petani cukup murah, tapi juga memberikan ketenangan dalam berusaha.

“Petani dan peternak semakin mengerti manfaat dan peluang dari asuransi ini. Hanya dengan seharga satu bungkus rokok, petani dan peternak bisa tidur tenang. Petani tidak khawatir lahannya rusak terkena banjir, kekeringan atau terserang hama penyakit,” tuturnya.

Seperti diketahui, AUTP merupakan upaya Kementerian Pertanian untuk melindungi usaha tani agar petani masih bisa melanjutkan usahanya ketika terkena bencana banjir, kekeringan atau serangan OPT. Bahkan untuk mendorong petani mengikuti AUTP, pemerintah memberikan subsidi premi asuransi tani sebesar Rp144.000/ha.

“AUTP ini akan terus kami sosialisaikan ke petani. Karena ini menjadi bentuk perlindungan kepada mereka dan saat ini sudah banyak petani yang menjadi anggota AUTP,”  katanya.

Komitmen

Branch Manager PT Asuransi Jasa Indonesia, Tony Hendrawan mengatakan, di tahun 2020 lalu PT Jasindo menerima premi asuransi sebesar Rp713 juta dan menyelesaikan klaim sebesar Rp117 juta untuk asuransi tani. Untuk ternak sapi, PT Jasindo menerima premi sebesar Rp1,2 miliar dan menyelesaikan klaimnya sebesar Rp1,1 miliar.

Jasindo mengajak Pemkab Bantaeng untuk mengembangkan prospek yang bisa disinergikan untuk mengembangkan penyelamatan ekonomi nasional. “Kami juga berkomitmen untuk tetap melayani masyarakat di Bantaeng dalam hal asuransi pertanian dan ternak nelayan, sehingga terwujud petani yang maju, mandiri, modern dan berasuransi,” ujar Tony.

Sementara itu, Bupati Bantaeng, H. Ilham Azikin mengatakan, di masa pandemi ini satu-satunya sektor yang masih memberikan produktivitas yang baik dalam mendukung pergerakan ekonomi di negara kita adalah pertanian.

Menurut dia, asuransi ini menjadi bagian yang penting, dan menjadi sesuatu yang membanggakan bagi petani. Klaim asuransi dapat meringankan dan menjaga semangat produktivitas petani yang ada di Bantaeng. “Dukungan ini tidak hanya berhenti pada satu atau dua sektor saja, sehingga kehadiran kita secara kelembagaan betul-betul bermanfaat bagi masyarakat Bantaeng,” katanya.

Kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Bantaeng dengan PT Jasindo telah berjalan selama dua tahun dan saat ini telah memasuki tahun ketiga. Diharapkan kerja sama ini dapat terus terjalin demi kesejahteraan masyarakat petani di Bantaeng.

Disubsidi

Sementara itu, Dirjen Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Sarwo Edhy saat di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, juga mengajak petani untuk memanfaatkan asuransi. Terutama bagi petani yang lahan pertaniannya rawan terendam banjir.

Salah satu daerah di Demak yang terendam banjir adalah Desa Ruwit, Kecamatan Wedung. Banjir merendam hamparan sawah yang baru saja memasuki masa tanam.

“Sektor pertanian cukup terganggu dengan cuaca buruk. Apalagi, di sejumlah daerah sampai terjadi banjir. Buat petani, kondisi seperti ini harus diantisipasi. Salah satu caraya adalah memanfaatkan asuransi,” katanya, pekan lalu.

Sarwo Edhy mengatakan, asuransi adalah program pemerintah untuk membantu petani. “Asuransi tidak akan memberatkan petani. Apalagi, pemerintah memberikan subsidi untuk program ini. Sehingga premi yang harus dibayarkan petani menjadi jauh lebih ringan lagi,” ucapnya.

Dia mengatakan, asuransi akan memberikan klaim sebesar Rp6 juta/ha/musim jika lahan pertanian gagal panen. “Untuk itu, petani yang memasuki masa tanam kita sarankan mengikuti asuransi. Karena jika ada musibah yang membuat lahan gagal panen, petani tetap mendapatkan ganti rugi melalui klaim asuransi. Dengan demikian, petani tidak akan menderita kerugian dan produksi bisa terus berlangsung,” katanya. PSP

Asuransi Atasi Kerugian Petani Kalsel Akibat Banjir

Banjir besar yang melanda Kalimantan Selatan (Kalsel) mengganggu sektor pertanian. Akibatnya, petani terancam gagal panen. Untuk itu, Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak petani untuk menggunakan asuransi untuk menjaga lahan pertanian.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, banjir yang melanda Kalsel adalah duka. Banjir ini merusakkan banyak sektor, termasuk pertanian. “Ribuan hektare lahan pertanian menjadi rusak dan gagal panen. Untuk itu, kita mengajak petani untuk mengasuransikan lahan agar terhindar dari kerugian yang lebih besar,” kata Mentan SYL, pekan lalu.

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy mengatakan, asuransi memang merupakan bagian dari mitigasi bencana.

“Asuransi akan menjaga lahan yang gagal panen akibat sejumlah kondisi, seperti perubahan iklim, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), cuaca ekstrem, juga bencana alam seperti banjir yang melanda Kalimantan Selatan,” tuturnya.

Dia menjelasakan, jika lahan pertanian mengalami gagal panen, asuransi akan membayarkan klaim petani. “Klaim yang dikeluarkan asuransi mencapai Rp 6 juta/ha/musim. Dengan klaim tersebut, petani tidak akan menderita kerugian. Justru petani memiliki modal untuk menanam kembali,” katanya.

Sarwo Edhy menambahkan, petani bisa mengasuransikan lahanya saat memasuki musim tanam.

Sementara Wakil Ketua Satgas Penanggulangan Bencana Banjir Kalimantan Selatan, Brigjen TNI Firmansyah mengatakan, sebanyak 11 kabupaten dan kota terancam gagal panen akibat bencana banjir yang melanda daerah itu.

“Total lahan sawah yang terancam gagal panen seluas 18.356 hektare,” kata Firmansyah, yang juga Komandan Korem (Danrem) 101/Antasari Provinsi Kalsel. PSP