Penanaman Kemiri Sunan Dukung Pengembangan Energi Terbarukan

Gubernur Kalbar Cornelis, Ketua DPPPI Sarwono Kusumaatmadja, Staf Ahli Menteri LHK Agus Justianto, Bupati Landak Karolin Margret Natasa berfoto bersama usai penanaman kemiri sunan

Penanaman kemiri sunan menjadi aksi nyata untuk mencegah perubahan iklim dan memperbaiki alih tata guna lahan sekaligus mendukung pengembangan energi terbarukan.

Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim (DPPPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sarwono Kusumaatmadja menyatakan saat ini negosiasi pengendalian perubahan iklim terus berlangsung di forum internasional. Meski demikian, kita tidak boleh menunggu negosiasi tuntas dan harus mengambil peran dalam upaya pengendalian perubahan iklim.

“Penanaman pohon yang melibatkan masyarakat adalah contoh bagus aksi di tingkat lokal yang berdampak global. Ini harus kita teruskan,” katanya di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, Senin (31/7/2017).

Ketua DPPPI Sarwono kusumaatmadja, Gubernur Kalimantan Barat Cornelis dan Bupati Landak Karolin Margret Natasa melakukan penanaman Kemiri Sunan di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) yang dikelola Universitas Tanjungpura. Dalam kesempatan tersebut, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya diwakili Staf Ahli Menteri bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian LHK Agus Justianto.

Sarwono menyatakan, penanaman yang dilakukan masyarakat Indonesia saat ini akan berdampak 5-6 tahun ke depan. Pada saat itu, bukan hanya masyarakat yang akan diuntungkan, tetapi dunia global akan memberi pengakuan atas upaya yang dilakukan Indonesia.

Penanaman kemiri sunan (Aleurites trisperma Blanco)  dilakukan di areal seluas 4 hektare untuk tahap pertama dan bisa dilanjutkan pada titik yang terdegradasi.  Penanaman tersebut diharapkan bisa berkontribusi untuk mempertahankan KHDTK yang dikelola Universitas Tanjungpura yang merupakan benteng alam bagi Cagar Alam Mandor, rumah bagi satwa endemik orangutan.

Agus Justianto menjelaskan, pasca Persetujuan Paris, Indonesia telah mencanangkan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 29% pada 2030 mendatang atau 41% dengan dukungan pemangku pihak internasional. Untuk itu upaya-upaya terkait pengurangan dan penyerapan emisi GRK perlu terus dilakukan.

Di sisi lain, Indonesia juga memiliki target untuk meningkatkan bauran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025 mendatang. Padahal, saat ini bauran energi terbarukan baru berkisar 5%-6%. “Pengembangan kemiri sunan bisa menjawab dua kebutuhan tersebut,” kata Agus.

Penasehat Independen Yayasan Belantara Tachrir Fathoni mengungkapkan, tanaman kemiri sunan layak dilirik karena bisa ditanam di lahan marjinal. Penanaman di KHDTK yang dikelola Universitas Tanjungpura dilakukan di lahan gambut.

Biji kemiri sunan dapat diolah untuk menghasilkan minyak sebagai bahan baku biodiesel. Hasil penelitian di Sukabumi mengungkapkan, dari sisi produktivitas minyak, kemiri sunan lebih baik dari tanaman penghasil minyak nabati lain, seperti sawit, jarak pagar atau nyamplung. Kemiri sunan sudah mulai berbuah sejak umur 4 tahun dan mulai mencapai puncak berbuah pada umur 8 tahun.

Produktivitas biji kemiri sunan bisa berkisar 50-300 kilogram (kg) per pohon per tahun. Sementara rendemen minyak kasar yang dihasilkan bisa mencapai 52% yang mampu diolah menjadi biodiesel hingga 88% dan sisanya berupa gliserol. Perhitungan yang dilakukan Kementerian Pertanian, setiap hektare kemiri sunan dengan 100-150 pohon, bisa menghasilkan 6-8 ton biodiesel per tahun, sehingga bisa mengurangi ketergantungan kepada pada bahan bakar fosil yang melepas emisi GRK dalam jumlah besar. Sugiharto