Peneliti Apresiasi Program Modernisasi Pertanian

Mekanisasi pertanian yang dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) kini sudah menunjukan hasil positif. Petani setidaknya banyak merasakan manfaatnya, seperti hemat waktu dan irit biaya.

Hal itu diakui Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman di Jakarta, Senin (15/4/2019). Program modernisasi alat pertanian dari Kementan merupakan upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional.

Menurut dia, saat ini pemerintah melalui Kementan patut diapresiasi atas berjalannya program modernisasi alat pertanian dan juga subsidi benih dan pupuk. Walaupun diakuinya masih banyak yang masih harus diperbaiki dan ditingkatkan.

“Di sisi lain, menutup diri dari opsi pangan dengan harga yang lebih terjangkau dengan harapan bisa mencapai swasembada pangan merupakan suatu tindakan yang disayangkan,” katanya.

Assyifa Szami Ilman mengatakan, saat ini pemerintah bisa mulai fokus untuk mencapai ketahanan pangan nasional. Pasalnya, jika semua orang mengonsumsi produk impor, tentunya petani lokal tidak akan memiliki pembeli.

Oleh karena itu, ujar dia, petani lokal perlu dapat dukungan untuk bisa bersaing dengan petani internasional dengan skema program yang dapat membantu mendorong biaya produksi lebih rendah.

Dia mengingatkan, swasembada pangan di Indonesia yang terjadi pada era Orde Baru membutuhkan persiapan selama 15 tahun, yaitu mulai 1969 hingga 1984, dan biaya anggaran yang sangat besar. Persiapan dan anggaran yang besar hanya mampu mewujudkan swasembada pangan selama kurang dari 10 tahun, yaitu pada 1984 hingga 1990.

Selain itu, menutup diri dari perdagangan pangan internasional juga meningkatkan risiko kelangkaan pangan di saat bencana. Apalagi, Indonesia juga merupakan negara yang dikenal memiliki potensi bencana yang sangat beragam.

“Program-program peningkatan produktivitas petani dan yang bersifat menekan biaya produksi patut untuk digalakan, tapi bukan serta-merta untuk mencapai swasembada pangan, melainkan memastikan keterjangkauan pangan bagi konsumen dan menghindari ketergantungan terlalu tinggi dari perdagangan internasional,” ujarnya.

Dia menyebutkan, ketahanan pangan adalah kunci untuk keberlanjutan pembangunan bangsa. Dengan menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas pangan dengan tidak membatasi asal sumber pangan tersebut, pemerintah secara tidak langsung juga telah berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Lumbung Pangan 2045

Direktur Jenderal Prasaran dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Sarwo Edhy menyampaikan apa saja langkah yang dilakukan Kementan untuk mewujudkan program Pembangunan Pertanian Indonesia Menuju Lumbung Pangan Dunia 2045.

Menurut dia, untuk mewujudkan lumbung pangan Dunia tahun 2045, ada beberapa pendekatan yang harus dilakukan. Salah satunya adalah dengan pendekatan modernisasi pertanian.

“Kita akan mengoptimalkan pemanfaatan alat dan mesin pertanian sehingga akan lebih efisien, lebih murah dengan kualitas produk yang lebih baik,” tegasnya.

Adanya bantuan Alsintan yang diberikan kepada petani/kelompok tani memang menjadi tanda beralihnya pertanian Indonesia dari tradisional menuju modernisasi.

Bahkan, sejak tiga tahun terakhir, petani yang menggunakan Alsintan di sawah-sawah merupakan pemandangan yang mudah di temukan di tanah air. Alsintan itu digunakan baik saat pengolahan lahan, tanam maupun saat panen.

Sarwo Edhy mengakui, dengan Alsintan bukan sekadar membantu petani mengatasi makin berkurangnya tenaga kerja pertanian, tapi juga lebih efisien dalam mengerjakan usaha tani. Pemerintah telah memberikan bantuan Alsintan sekitar 720.000 unit dengan berbagai jenis.

Data Ditjen PSP, sejak tahun 2015 pemerintah telah memberikan bantuan Alsintan sebanyak 54.083 unit, tahun 2016 sebanyak 148.832 unit, pada tahun 2017 sebanyak 82.560 unit, dan pada tahun 2018 sebanyak 112.525 unit. Alsintan tersebut telah diberikan kepada kelompok tani/gabungan kelompok tani, UPJA dan Brigade Alsintan.

Sedangkan tahun 2019, Kementan akan mengalokasikan Alsintan sebanyak 50.000 unit. Alsintan tersebut berupa Traktor Roda dua (20.000 unit), Traktor Roda empat (3.000 unit), Pompa Air (20.000 unit), Rice Transplanter (2.000 unit), Cultivator (4.970 unit) dan Excavator (30 unit).

Sarwo Edhy mengharapkan Alsintan tersebut dapat dikelola secara baik oleh Poktan, Gapoktan, UPJA, atau KUB supaya berkesinambungan. “Alsintan yang dikelola baik oleh UPJA, hasil sewanya bisa digunakan untuk beli spare part dan biaya perawatan. Bahkan, kalau hasil sewanya banyak, pengelola bisa beli Alsintan lagi untuk mengembangkan usahanya,” katanya.

Dia menyebutkan, jika Alsintan dikelola dengan baik akan mendorong dan mempercepat terwujudnya pertanian modern. “Petani yang sudah memanfaatkan Alsintan produksinya meningkat. Dari sebelumnya hanya 2 kali/tahun, setelah menggunakan Alsintan bisa tanam 3 kali/tahun. Sehingga IP pun meningkat,” jelas Sarwo Edhy.

Untuk mempermudah aplikasi Alsintan sampai ke tingkat petani, pemerintah bersama penyedia jasa Alsintan terus melakukan pelatihan langsung cara mengoperasikan Alsintan di sejumlah Poktan dan Gapoktan.

“Ada juga pelatihan cara merakit Alsintan untuk para operator dan ada juga pelatihan tata cara pengoperasian Alsintan,” ujarnya. Dia menambahkan, sampai saat ini sejumlah pengelola Alsintan di desa-desa tak ada masalah dengan sparet part. PSP