Potensi pasar Eropa harus terus digali meski di tengah pandemi COVID-19. Hal ini penting bagi pelaku usaha di Indonesia untuk dapat mengetahui ceruk pasar global agar penetrasi strategi ekspor bisa lebih efektif dan fokus. Kerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) pun penting dan mendesak untuk mendukung utilisasi market research.
Demikian dinyatakan Indroyono Soesilo, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), yang juga Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI) di Jakarta usai berdialog dengan Duta Besar RI di Brussels Belgia merangkap Luksemburg dan Uni Eropa Yuri Thamrin secara virtual pada Kamis malam (25/05/2020).
Uni Eropa merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke-4 untuk produk hasil hutan, setelah China, Jepang dan Amerika Serikat. Tahun 2019, ekspor hasil hutan Indonesia ke Uni Eropa menghasilkan devisa sekitar 1 miliar dolar AS. Pangsa pasar terbesar produk hasil hutan Indonesia ke Eropa adalah Inggris, Belanda, Jerman, Belgia, dan Italia.
“Namun demikian, pandemi Covid-19 telah memukul pasar ekspor produk hasil hutan ke Eropa dengan cukup signifikan” ujar Indroyono.
Lebih lanjut, Indroyono menjelaskan, pandemi COVID-19 telah berdampak pada turunnya ekspor produk kehutanan Indonesia ke Eropa. “Telah terjadi penurunan 17% untuk periode Januari sampai Mei 2020 yang nilainya mencapai 426 juta dolar AS jika dibandingkan dengan nilai ekspor periode yang sama tahun lalu yang nilainya mencapai 516 juta dolar AS,” imbuhnya.
Indroyono menyatakan, inventarisasi rinci tentang potensi produk kehutanan yang bisa menembus pasar Eropa, didukung dengan market intelligence dan penguatan pemetaan bisnis dari pelaku usaha di Eropa akan membantu Indonesia untuk menguasai pasar Eropa.
Untuk penguatan strategi ekspor produk hasil kehutanan Indonesia ke pasar global, APHI/FKMPI telah menggelar pertemuan dengan Duta Besar RI di Seoul, Tokyo, Beijing dan Brussel. Dalam waktu dekat, akan digelar juga pertemuan serupa dengan Duta Besar RI di Berlin, Den Haag, London dan Roma.
Sugiharto