Perekonomian global sudah mengalami inflasi yang disebabkan oleh perubahan iklim, yang akan membuat harga tinggi terus bertahan serta makin panjangnya pengembalian modal hasil investasi.
Penilaian itu disampaikan Nicolai Tangen, chief executive officer (CEO) badan pengelola dana kekayaan milik negara (sovereign wealth fund/SWF) terbesar di dunia milik Norwegia, Norges Bank Investment Management (NBIM). NBIM mengelola dana minyak negara itu sebesar 1,3 triliun dolar AS.
“Inflasi bakal makin sulit diturunkan,” ujar Tangen dalam wawancara dengan Financial Times, Selasa (25/4/2023).
Upah tenaga kerja juga sudah masuk pada kenaikan harga global, tapi “kami melihatnya dampak iklim” tambah Tangen, seraya menyebut kenaikan harga untuk minyak zaitun, kentang dan kopi sebagai tanda anekdotal bahwa harga pangan bisa mendorong inflasi untuk tahun-tahun mendatang.
Bandrol harga transisi energi hijau yang sangat mahal serta pembalikan globalisasi yang menurunkan biaya manufaktur selama beberapa dasawarsa juga jadi bagian dari “mosaik” tersebut, katanya.
Tangen, yang berbicara menjelang konferensi pengukuhan investasi NBIM mengatakan, para investor “benar-benar” melihat tanda-tanda terjadinya greedflation alias inflasi keserakahan, di mana perusahaan-perusahaan menaikkan harga melampaui batas yang diminta oleh tekanan harga mereka sendiri.
Pandangan dan pendapat Tangen sejauh ini selalu diamati oleh para pelaku pasar keuangan karena pengelola dana minyak terbesar di dunia ini rata-rata memiliki 1,5% dari semua saham yang listed di bursa global. Mantan manajer hedge fund, yang memegang posisi nomor satu di NBIM pada 2020, sudah lama memperingatkan adanya inflasi yang persisten, yang menyebabkan laba investor lebih rendah pada dasawarsa mendatang karena harga dan suku bunga tetap tinggi.
Dia menegaskan, gelombang inflasi yang sudah menghantam sistem finansial, dan kenaikan tingkat suku bunga yang agresif oleh bank-bank sentral untuk menjinakkannya, telah membuka celah di pasar, terutama dalam bentuk ledakan maut terhadap Silicon Valley Bank serta obral harga Credit Suisse bulan lalu.
Dia menambahkan, dirinya menganggap “yang terburuk sudah lewat”, namun dia mengingatkan bahwa kerugian 30 triliun dolar AS di bursa saham dan obligasi global tahun lalu masih akan menimbulkan korban lebih banyak lagi dalam sistem finansial.
Menurut Tangen, “sulit untuk melihat dari luar” perusahaan-perusahaan keuangan masa saja yang dalam kondisi paling buruk. Tapi SWF Norwegia bekerja keras untuk membuang “apel-apel busuk” dari keranjang portofolio bisnisnya. “Kami sudah meningkatkan upaya untuk membasmi hal-hal ini,” tambahnya.
Dalam upaya itu, kini NBIM membayar empat akuntan forensik, bersama dengan penggunaan analisis lingustik dan kecerdasan buatan (AI), dan jumlahnya kemungkinan bakal terus bertambah. AI