Industri mebel dan kerajinan saat ini menghadapi sejumlah tantangan seperti kenaikan harga pokok produksi di tengah stagnannya harga jual di pasar ekspor. Meski demikian, dengan inovasi untuk mengoptimalkan bahan baku kayu produsen mebel masih punya peluang untuk terus berkembang.
Sasmia, pemilik CV Surya Alam Semesta (SAS), produsen mebel yang berbasis di Jepara, menyatakan inflasi yang terus melaju dari tahun ke tahun memberi konsekuensi pada peningkatan harga pokok produksi industri mebel. Dalam situasi tersebut, produsen mebel tak bisa serta merta menaikan harga jual.
Pasalnya, laju inflasi di Negara pasar, terutama Eropa, tidak sekencang Indonesia. Apalagi daya beli masyarakat Eropa untuk furnitur ekslusif terus merosot beberapa tahun belakangan karena berbagai faktor.
“Saat ini usaha furnitur kayu untuk tujuan ekspor memang harus siap menghadapi banyak tantangan,” kata Sasmia usai menerima penghargaan Paramakarya 2017 dari Wakil Presiden Jusuf Kalla, di Gedung Serbaguna Kemenaker, Jakarta, Jumat (8/12/2017). Dalam acara penganugerahan ini, turut mendampingi Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko dan Bupati Jepara Ahmad Marzuki.
Sasmia mengungkapkan, untuk mengatasi tantangan tersebut, pihaknya melakukan berbagai inovasi untuk mengoptimalkan bahan baku kayu. Desain furnitur yang hemat kayu dikembangkan. Sementara limbah kayu yang ada diolah kembali dengan mengkombinasikannya bersama material lain. “Dalam situasi yang tidak menguntungkan kami bersyukur masih bisa bertahan dan berkembang,” katanya.
SAS memproduksi berbagai jenis furnitur ekslusif seperti sofa, kursi, gazebo, maupun meja kerja. SAS awalnya hanya usaha skala rumah tangga saat berdiri di tahun 1999. Namun dengan komitmen untuk berkembang bersama, SAS berhasil meningkatkan skala usahanya dan rutin mengekspor produknya untuk tujuan Amerika Serikat dan Uni Eropa. Saat ini SAS mengoperasikan pabrik seluas 15.000 meter persegi dan memperkerjakan 50 karyawan tetap dan tidak tetap.
Keberhasilan berkembang ini yang membuatnya diganjar penghargaan Paramakarya 2017. Penghargaan ini diberikan pemerintah cq Kementerian Ketenagakerjaan sebagai penghargaan tertinggi bagi perusahaan skala kecil dan menengah yang berhasil menunjukan kinerja baik dan membuka peluang kerja yang layak. Penghargaan ini sudah diberikan sejak tahun 1994.
“Penghargaan Parama Karya yang kami terima ini akan menambah semangat untuk terus berjuang dan mengembangkan usaha furnitur ini. Pengembangan dan pembinaan SDM dan tenaga kerja harian terus dan tetap akan kami lakukan,” kata Sasmia bangga.
Rahasia lain SAS berkembang adalah komitmen untuk menggunakan produk kayu yang legal dan lestari. Sasmia menjelaskan implementasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) oleh pemerintah Indonesia ternyata berdampak cukup positif. Pasalnya sistem itu juga membantu peningkatan kualitas manajemen sehingga meningkatkan efisiensi.
Di sisi lain, implementasi SVLK juga ikut mengangkat produk kayu Indonesia di pasar internasional. “Berbisnis mebel itu sepantasnya peduli lingkungan dan tetap menjaga hutan yang lestari,” katanya. Sugiharto