PSP Diminta Lakukan Pemetaan Prasarana Pertanian

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) meminta seluruh aparatur Kementerian Pertanian (Kementan) di daerah untuk bekerja serius dalam mengoptimalkan potensi sektor pertanian ke depan.

Menurut dia, pertanian Indonesia tidak boleh mundur, apalagi kalah dari negara tetangga. “Mulai hari ini dan besok, tidak boleh ada kata mundur. Yang ada di kepala kita hanya ada kata maju, termasuk dalam segala aktivitas di sektor pertanian,” kata Mentan SYL ketika berkunjung ke Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) di Gedung D, Kantor Pusat Kementan di Jakarta, Senin (25/11/2019).

Selain maju, kata Syahrul, membangun pertanian juga harus dibarengi dengan kejujuran dan ketulusan. Dua sikap itu harus tertanam kuat di dada para aparatur sipil Kementan dalam aktivitas kerja dan kehidupan sehari-hari.

“Hidup ini tidak akan cukup dengan jabatan dan uang saja, tapi yang bisa mencukupkan kita adalah mensyukuri apa yang kita miliki,” tegasnya.

Didampingi Sekjen Kementan, Momon Rusmono dan Dirjen PSP, Sarwo Edhy, Mentan SYL mengatakan, itu sebabnya semua harus bersyukur karena masih punya teman yang jujur dan tidak mengakali. “Don’t stop. Don’t look back. Kita bisa maju jika kita fokus”.

Menurut SYL, aparatur di Kementan dan petugas pertanian juga harus terbiasa dengan konsep kemandirian untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Sikap ini wajib tertanam dalam diri setiap pegawai, mengingat Kementan memiliki visi dan tujuan besar untuk berdaulat pangan.

“Mandiri itu artinya berdaulat, mampu menyelesaikan semua persoalan dengan kekuatan yang ada, sehingga kita tidak tergantung kepada orang lain. Termasuk memandirikan pertanian kita agar bangsa kita bisa hidup survival serta memenuhi standar hidup yang baik,” katanya.

“Mandiri itu menjadi sangat penting karena kita bisa menerjemahkannya sebagai memanejemen kemandirian bangsa, rakyat dan para petani dengan tugas-tugas yang kita miliki. Untuk Ditjen PSP, secara garis besar, memiliki posisi penting dan peranan yang strategis untuk memajukan usaha pertanian Indonesia,” katanya lagi.

Syahrul mengatakan, kemandirian pertanian harus dilengkapi dengan kemajuan teknologi yang dikontrol langsung oleh SDM unggul dan terampil serta mampu mengikuti tuntutan zaman.

“Makin modern itu artinya kita menggunakan teknologi, Alsintan, IT dan menggunakan artificial intelegent untuk memudahkan seluruh pekerjaan kita di manapun,” katanya.

Secara khusus, Ditjen PSP diharapkan mampu memetakan seluruh prasarana yang ada di lapangan berbasiskan Komando Strategis Pertanian (Kostra Tani). Dengan Kostra Tani, semua kebutuhan Alsintan diupayakan dapat diprediksi dan mampu dihitung secara baik.

“Jadi, ke depan tidak ada lagi prasarana dan sarana pertanian yang digulirkan tidak berbasis Kostra Tani. Termasuk kerja pertanian dan kinerja dari alsin atau sarana lain,” katanya.

Di samping itu, Syahrul mengharapkan Dirjen PSP terus memperbaiki datanya untuk mencapai target yang terukur. Perbaikan itu diantaranya dengan melengkapi data asuransi dan tata kelola asuransi.

“Basis perbaikan juga harus dari KostraTani yang sudah terintegrasikan dengan sistem yang ada. Kemudian arahkan sasaran target kepada kredit usaha rakyat untuk melindungi petani,” katanya.

Segera Lakukan Pemetaan

Sarwo Edhy mengatakan, pihaknya siap dan segera melakukan pemetaan prasarana pertanian. Bahkan, selama ini PSP sudah melakukan monitoring optimalisasi pemanfaatan alat dan mesin pertanian (Alsintan). “Meskipun demikian, kita akan tetap melakukan pendataan lagi,” katanya kepada Agro Indonesia di Jakarta, Rabu (27/11/2019).

Selain itu, lanjut Sarwo, pihaknya juga akan mendata atau melakukan jaringan irigasi yang sudah direhabilitasi dan yang belum direhabilitasi. Pendataan petani yang ikut program asuransi dan penggunaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh petani.

Data Agro Indonesia mencatat, dalam empat tahun (2015-2018) Kementan sudah merehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (JIT) seluas 3,12 juta hektare (ha). Realiasi terbesar terjadi tahun 2015 yang mencapai 2,45 juta ha.

Rahmanto, Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen PSP mengatakan, kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi dari luasan 3,12 juta ha mampu mempertahankan produksi padi sebanyak 16,36 juta ton.

“Kita harapkan JIT yang sudah diperbaiki tersebut dirawat petani secara swadaya, agar   infrastruktur perairan itu tetap berfungsi dengan baik,” tambahnya.

Menurut Rahmanto, pemeliharaan jaringan irigasi, baik skunder, primer dan tersier, tidak lain agar pasok air ke sawah petani menjadi lancar. “Jika pasok air lancar, maka tanaman tidak mengalami kekeringan. Apalagi di musim kemarau, keberadaan air sangat dibutuhkan,” tegasnya.

Dia menyebutkan Ditjen PSP mempunyai program/kegiatan pengembangan sumber-sumber  air dengan fokus kegiatan mengoptimalkan sumber-sumber air permukaan seperti sungai, mata air dan run off untuk dapat digunakan sebagai suplesi irigasi di lahan pertanian.

Dalam waktu tiga tahun (2015 s/d 2017) Direktorat Irigasi Pertanian telah melaksanakan program pengembangan bangunan konservasi air, yakni embung, dam parit, dan long storage sejumlah 2.785 unit.

Ditambahkannya, untuk irigasi perpompaan, Ditjen PSP mencatat hingga 5 November 2018 telah membangun 2.978 unit. Dengan estimasi luas layanan per unit 20 ha, maka luas oncoran atau yang dapat diairi saat musim kemarau mencapai 59,78 ribu ha.

Jika berdampak pada peningkatan IP 0,5, maka akan terjadi penambahan luas tanam 29,78 ribu ha dan penambahan produksi padi 154,85 ribu ton.

Tahun 2014, Kementan sukses membangun sebanyak 9.504 unit embung di 30 provinsi. Sementara tahun 2015, embung yang dibangun 318 unit di 16 provinsi.

Pengembangan embung, dam parit, long storage dalam empat tahun terakhir (2015-2018) mencapai 2.956 unit. “Bila dapat memberikan dampak kenaikan IP 0,5, maka potensi  penambahan produksi pertanaman mencapai 384,28 ribu ton,” katanya. PSP