
Kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) yang dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan), diharapkan bisa membuat saluran irigasi air di lokasi yang dibangun. Seperti di Desa Parung Panjang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten, RJIT memperluas jangkauan, sehingga luas tanam pun menjadi bertambah.
Target kegiatan RJIT yang dilakuan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan adalah seluas 90 hektare (ha). Seperti halnya yang dilakukan di Lebak, Banten.
Dirjen PSP Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy mengatakan, RJIT dilakukan untuk memaksimalkan fungsi irigasi. Kegiatan RJIT bukan membangun irigasi, tapi membenahi saluran irigasi yang ada sehingga fungsinya bertambah maksimal. “Dengan program RJIT, luas tanam akan bertambah, indeks pertanaman meningkat dari 2 kali tanam (IP200) menjadi 3 kali tanam (IP300) dalam setahun ,” tegasnya.
Sarwo Edhy mengatakan, RJIT umumnya dilakukan pada saluran irigasi yang masih berupa tanah. Dengan kondisi tanah, air menjadi susah menjangkau lahan pertanian. Kondisi ini yang diperbaiki, sehingga air bisa mengalir lebih maksimal.
Dia menjelasakan, RJIT bisa mendukung peningkatan ekonomi masyarakat, karena pekerjaannya melibatkan masyarakat setempat. Dengan keterlibatan ini diharapkan masyrakat, terutama petani, merasa memiliki sehingga bertanggung jawab untuk menjaga saluran irigasi.
Sarwo Edhy mengatakan, RJIT adalah bagian dari water management. “RJIT ini dilakukan tidak hanya untuk membenahi saluran irigasi tersier yang rusak atau bermasalah. Lewat RJIT, kita juga meningkatkan fungsi dari saluran irigasi tersier,” terangnya.
Dia menambahkan, dengan peningkatan fungsi saluran irigasi, diharapkan bisa terjadi peningkat produktivitas, indeks pertanaman, dan luas tanam.
“Jika tujuan-tujuan itu tercapai, maka ketahanan pangan pun akan ikut terjaga,” katanya.
Dorong Produktivitas
Program RJIT juga dilakukan di Provinsi Bali, yang dikenal dengan sistem pengairan subak. Kementan melalui Ditjen PSP terus berupaya meningkatkan produktivitas pertanian di Bali melalui program RJIT, seperti yang dilakukan di Desa Abianbase, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali.
“Tujuan dari kegiatan RJIT adalah memperbaiki sekaligus meningkatkan fungsi dari saluran irigasi. Sehingga air yang ada di saluran irigasi bisa menjangkau lahan pertanian lebih luas lagi,” terangnya.
Kegiatan tersebut, di Desa Abianbase, dilakukan bersama Kelompok Tani Subak Teba pimpinan I Wayan Suantara dengan memanfaatkan air dari Dam Penarungan
“Di tempat ini, kegiatan RJIT dilakukan di dua lokasi. Panjang target kegiatan di lokasi pertama adalah 260 meter (m), dan di lokasi kedua adalah 112 m. Total saluran irigasi ini melayani lahan seluas 165 hektare (ha),” ujarnya.
Sarwo Edhy menerangkan, dimensi saluran yang dikerjakan di Desa Abianbase memiliki lebar 0,4 m dengan kedalaman 0,5 m. Untuk diketahui, saat ini, pertanian di Desa Abianbase memiliki indeks pertanaman (IP) 200, atau dua kali tanam dalam satu tahun.
Pola tanam yang diterapkan petani adalah Padi-Padi-Palawija, dengan produktivitas mencapai 7 ton/ha.
“Kegiatan RJIT dilakukan karena saluran irigasi di tempat ini masih berupa saluran tanah. Akibatnya, air sering meluap ke samping kanan kiri saluran karena kurangnya kapasitas saluran sehingga air tidak sampai ke bagian hilir,” ujarnya.
Saluran tersebut, lanjut Edhy, akan ditingkatkan kekuatannya menggunakan konstruksi beton siklop (cyclop).
Dia berharap, RJIT dapat membuat pengairan menjadi lebih lancar, aliran air sampai ke hilir saluran, mempermudah pembagian air oleh kelompok, dan meningkatkan efisiensi irigasi.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga menjelaskan pentingnya saluran irigasi. Saluran irigasi ini berfungsi untuk mendukung aktivitas pertanian.
“Jika bermasalah, pertanian pun dipastikan akan bermasalah. Untuk mencegah hal tersebut, kami melakukan kegiatan RJIT,” katanya.
Dukungan yang diberikan berupa RJIT penting untuk memastikan lahan pertanian mendapatkan pasokan air. Syahrul menegaskan, RJIT bertujuan untuk memperbaiki, membenahi, sekaligus meningkatkan fungsi tersier yang rusak.
“Dengan begini, kita memastikan lahan pertanian mendapatkan pasokan air yang cukup,” katanya. PSP
Kementan Bangun Embung di Maluku Tengah
Kementerian Pertanian (Kementan) menilai keberadaan embung dan dam parit di lahan pertanian dinilai penting untuk mengatasi krisis air di musim kemarau. Seperti halnya di Kabupaten Maluku Tengah yang memanfaatkan program padat karya untuk membangun embung.
Di Desa SP1 Karlutu, Kecamatan Seram Utara Barat telah dibangun embung dengan luas oncoran 25 hektare (ha). Embung yang dikelola Kelompok Tani Harapan Baru ini dibangun untuk meningkatkan produksi.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pembangunan embung atau dam parit untuk mengantisipasi kemungkinan adanya El Nino atau musim kering. Pembangunan itu diharapkan bisa menampung air hujan dan mengairi sawah, sehingga mampu meminimalisir kerugian petani.
“Program pembangunan embung itu merupakan program strategis untuk penampungan air hujan atau sumber sumber mata air di tempat lain. Luas layanan minimal 25 ha (tanaman pangan), 20 ha (hortikultura, perkebunan, dan peternakan),” katanya.
Menurut Syahrul, pembuatan embung untuk meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan pertanian yang lebih baik. Proyek konservasi lahan juga diharapkan menyelamatkan lahan kritis dengan menanamkan tanaman konservasi produktif.
“Masyarakat dan para petani diharapkan bisa menjaga dan merawat apa yang telah dibangun oleh pemerintah,” pintanya.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menjelaskan, untuk pembangunan infrastruktur ini dicanangkan 400 unit di 30 provinsi dan lebih dari 226 Kabupaten/Kota. “Kegiatan dapat berupa embung, dam parit, dan longstorage. Luas layanan minimal 25 ha (tanaman pangan), 20 ha (hortikultura, perkebunan, dan peternakan),” jelas Sarwo Edhy.
Dia mengatakan, bagi masyarakat petani yang membutuhkan bantuan RJIT atau pembangunan embung, bisa mengajukan ke Dinas Pertanian kabupaten atau kota masing-masing.
“Nanti dinas bisa meneruskannya ke Ditjen PSP untuk ditindaklanjuti. Bantuan ini diharapkan bisa membantu petani yang tujuannya bisa mensejahterakan petani,” jelas Sarwo Edhy.
Ketua Poktan Harapan Baru, Madrais mengatakan, pembuatan embung pertanian bertujuan untuk menampung air hujan dan aliran permukaan (run off) pada wilayah sekitarnya serta sumber air lainnya yang memungkinkan. Seperti mata air, parit, sungai-sungai kecil dan sebagainya dan untuk menyediakan sumber air sebagai suplesi irigasi di musim kemarau untuk tanaman palawija, hortikultura semusim, tanaman perkebunan semusim dan peternakan.
“Pembangunan embung yang merupakan waduk berukuran mikro di lahan pertanian (small farm reservoir) dibangun untuk menampung kelebihan air hujan di musim hujan,” jelasnya.
Air yang ditampung tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber irigasi suplementer untuk budidaya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi (high added value crops) di musim kemarau atau di saat curah hujan makin jarang dan pasok air irigasi menurun.
“Maka dengan teknik pemanenan air (water harvesting) melalui embung ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi ketersediaan sumber air di Desa SP1 Karlutu yang sebagian besar wilayah di Kecamatan Seram Utara Barat berada pada ketinggian 100-200 meter dpl,” katanya. PSP