Tahun 2023, Alokasi KUR Pertanian Rp100 Triliun

* Paket Taksi Alsintan Rp1,98 Miliar

Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian yang digelontorkan selama ini dinilai berhasil. Oleh karena itu, pemerintah akan menambah alokasi KUR Pertanian tahun 2023 menjadi Rp100 triliun.

Tahun 2022, alokasi KUR Pertanian mencapai Rp90 triliun. Data Direktorat Pembiayaan, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, hingga 19 Agustus 2022, serapan KUR Pertanian sudah mencapai Rp70,3 triliun dari target sebesar Rp90 triliun.

“Keberhasilan program KUR ini telah diakui oleh Bank Dunia maupun lembaga dunia lainnya,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, di Jakarta, pekan lalu.

KUR Pertanian, lanjut Syahrul, salah satu terobosan Presiden Jokowi yang membuat produktivitas pertanian tinggi. Oleh karena itu harus dilanjutkan. Apalagi, kecilnya rasio kredit macet KUR selama ini menunjukkan tak ada masalah berarti dalam penyaluran dan pengembalian kredit.

Mentan menilai, kredit macet KUR pertanian masih di kisaran 0,03% dan sangat signifikan dalam menggenjot produktivitas sektor pertanian.

Kenaikan nilai anggaran KUR untuk sektor pertanian juga diperlukan karena sektor tersebut tak hanya mempengaruhi bagaimana pemenuhan kebutuhan makanan, tetapi juga kesehatan dan lapangan kerja. Pertanian itu, kata Syahrul, juga berperan penting karena menghidupi industri dan memutar ekonomi.

“Pertanian itu harus lebih maju dan lebih memandirikan dirinya dan bangsanya. Artinya apa, pertanian itu harus ada yang menanamnya, ada yang mengolahnya dan ada yang memasarkannya,” kata Syahrul.

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya manyatakan target penyaluran KUR tahun 2023 akan naik menjadi Rp460 triliun. Angka ini lebih besar Rp373 triliun ketimbang target tahun ini.

Airlangga menjelaskan, KUR selama ini memiliki plafon sampai Rp500 juta. “Selama ini hanya sekitar 20% atau Rp1.200 triliun sudah lima tahun, ini akan dinaikkan plafonnya menjadi Rp1.800 triliun di 2024, dengan demikian jumlahnya akan meningkat,” ujarnya.

Paket Rp1,9 Miliar

KUR juga membidik alat dan mesin pertanian (Alsintan). Salah satu program yang sedang digencarkan adalah program Taksi Alsintan yang bertujuan mencapai kemandirian petani dalam menyediakan alat mesin pertanian. Program ini menjadi model pengelolaan tata kelola usaha jasa Alsintan dengan sistem jasa sewa atau kepemilikan Alsintan melalui skim kredit perbankan.

“Di Taksi Alsintan ada jasa sewa Alsintan, jasa service perbengkelan dan spare part,” kata Plt. Direktur Alsintan, Rahmanto. Untuk membantu petani, Rahmanto mengatakan, pemerintah telah menyiapkan paket Taksi Alsintan dengan nilai sebanyak Rp1,98 miliar.

Dalam satu paket terdiri dari traktor roda 4 sebanyak 2 unit, traktor roda 2 sebanyak 5 unit, cultivator 3 unit, pompa air 5 unit, handsprayer 5 unit dan combine harvester 2 unit.

Saat ini, kata Rahmanto, pola KUR Taksi Alsintan yang berjalan plafonnya Rp500 juta dengan uang muka 30% dan bunga 6%. Namun, ke depannya diharapkan plafon KUR Taksi Alsintan bisa dinaikkan menjadi Rp1,9 miliar dengan uang muka 20% dan bunga 3%.

“Paket unit Taksi Alsintan itu merupakan standar yang harus dipenuhi, namun tidak melihat dan tergantung kebutuhan Alsintan sesuai dengan lokasi sentra dimana poktan atau gapoktan berada,” tuturnya. Selain itu, lanjut Rahmanto, jumlah dan jenis Alsintan juga disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik wilayah. Namun demikian, diharapkan satu paket Taksi Alsintan dapat menjangkau lahan minimal 150 hektare (ha).

Program Taksi Alsintan tersebut menurut Rahmanto akan dikembangkan di 500 kabupaten. Dengan masing-masing kabupaten/kota sebanyak 4 unit Taksi Alsintan. Hitungannya, jika ada 4 unit Taksi Alsintan di 500 kabupaten/kota, maka nilainya mencapai Rp3,97 triliun.

Dalam pengembangan Taksi Alsintan, pemerintah menetapkan tiga zona, yakni hijau, kuning dan merah. Zona Hijau merupakan sentra produksi padi, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Lampung, Sumatera Utara, NTB dan Kalimantan Selatan.

Zona Kuning adalah Aceh, Jambi, Riau, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara. Terakhir Zona Merah, yakni Kalimantan Utara, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, NTT, Papua dan Papua Barat.

Dalam pengembangan Taksi Alsintan, pemerintah melakukan secara selektif, partisipatif, bertahap dan berkelanjutan. Karena itu, kata Rahmanto, pemerintah melakukan penyesuaian, revitalisasi dan harmonisasi kapasitas antar-Alsintan dengan potensi produksi pertanian.

“Kami juga mengintegrasikan dengan pengembangan bisnis korporasi petaninya,” ujarnya. Dalam pendirian Taksi Alsintan, pemerintah melibatkan pelaku usaha, termasuk Gapoktan, Gapoktan Bersama dan pengusaha lokal.  SW

Kementan Optimistis Perbankan Bisa Bantu Percepat Modernisasi Pertanian

Kementerian Pertanian (Kementan) optimistis bantuan perbankan bisa mendukung dan mempercepat proses modernisasi pertanian di tanah air.

Terlebih, saat ini perbankan telah mendukung program Taksi Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, dukungan yang diberikan perbankan merupakan hal yang positif.

“Petani kini tidak perlu khawatir untuk mendapatkan Alsintan. Dukungan dari perbankan ini akan sangat membantu. Kami berharap petani dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” katanya.

Dirjen Prasarana dan Sarana (PSP) Kementan Ali Jamil mengatakan, petani harus bisa memanfaatkan bantuan Alsintan tersebut.

“Untuk petani, khususnya yang tergabung dalam kelompok tani (poktan), dukungan perbankan ini bisa dimaksimalkan untuk menggenjot produksi. Apalagi, proses yang dilakukan melalui poktan jauh lebih mudah,” tuturnya.

Namun, Ali mengingatkan agar petani dan poktan untuk menjaga Alsintan yang diberikan. “Alsintan ini bukan barang murah. Oleh karena itu, harus dijaga agar bisa tahan lama dan bermanfaat,” pesannya.

Salah satu perbankan yang mendukung program Taksi Alsintan berada di Sumatera Selatan (Sumsel). Pihak bank mengaku siap membantu penyaluran KUR untuk mempercepat mekanisasi dan modernisasi pertanian.

Direktur Pemasaran Bank Sumsel, Babel Antonius Prabowo Argo menyampaikan, jumlah petani yang mengajukan KUR Alsintan mencapai 15 debitur.

“Kami akan terus melakukan sosialisasi mengenai kemudahan dari fasilitas ini. Harapannya, ke depan jumlahnya dapat terus meningkat,” katanya.

Sebagai informasi, Taksi Alsintan merupakan program yang dirilis Kementan untuk penyediaan alat dan mesin pertanian secara mandiri oleh pelaku usaha di sektor pertanian melalui fasilitas KUR.

21 Poktan di Rote Ndao Terima Alsintan

Dalam rangka mempercepat modernisasi pertanian, Kementan juga terus merealisasikan bantuan Alsintan kepada 21 kelompok tani (poktan) di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Bantuan Alsintan yang diterima poktan adalah alat prapanen, yakni 1 unit medium traktor (roda empat), 5 unit hand tractor (roda dua), 5 unit mesin pompa air 4 inchi, dan 10 unit hand sprayer. Sementara itu, alat perikanan yang diterima, yakni 1 unit peralatan pengolahan ikan.

Selain memberikan bantuan Alsintan, Kementan juga memberikan bantuan alat dan mesin perikanan kepada 1 kelompok nelayan (pokyan).

Kementan mengajak para petani di Rote Ndao memaksimalkan penggunaan Alsintan. Pasalnya, Alsintan dapat membantu petani untuk menggenjot produksi pertanian.

Ali Jamil mengatakan, sudah saatnya pertanian konvensional ditinggalkan. “Kita harus mengikuti zaman. Untuk mendukung pertanian yang maju, mandiri dan modern, petani harus membuka diri terhadap kemajuan teknologi,” ujarnya.

Menurut Ali Jamil, petani tidak bisa mengandalkan cara bertani konvensional. Jika tidak mengikuti teknologi dalam bertani, maka sektor pertanian Indonesia bisa tertinggal.

Ali menambahkan, penggunaan Alsintan akan sangat bermanfaat bagi para petani. “Sebab Alsintan akan membuat losses ditekan sehingga produksi lebih meningkat. Indeks pertanaman juga bisa digenjot. Karena aktivitas tanam dan panen akan sangat singkat dengan Alsintan,” tuturnya.

Menurut Ali Jamil, penggunaan alat-alat modern tidak bisa dihindari. “Sekarang ini sudah era 4.0, masa di mana teknologi dimanfaatkan di berbagai sektor. Pertanian juga demikian. Oleh sebab itu, petani harus adaptif terhadap penggunaan teknologi jika ingin pertanian berkembang,” katanya. PRP