Tambang Batubara Semburkan Metana

Tambang batubara bawah tanah

Sebuah satelit mendeteksi adanya awan metana, gas rumah kaca super kuat, yang berasal dari wilayah penghasil batubara utama China.

Emisi metana ini kemungkinan berasal dari sejumlah lokasi tambang di Provinsi Shanxi, timur laut China, yang menghasilkan lebih dari 10% batubara dunia. Menurut perusahaan geoanalisis Kayrros SAS, satu gumpalan awan yang terdeteksi pada 21 Desember 2021 diperkirakan tingkat emisinya sebesar 68 ton gas metana/jam, sementara gumpalan awan lainnya yang terdeteksi pada 4 Desember kemungkinan tingkat emisinya mencapai 53 ton/jam.

Jika kedua gumpalan itu dilepas dalam satu jam, maka keduanya akan memiliki dampak iklim jangka pendek yang setara dengan emisi tahunan sekitar 6.000 mobil di Inggris. Ini merupakan kasus polusi metana terburuk kedua dan ketiga di China yang diidentifikasi oleh satelit tahun lalu, di mana Kayrros mengaitkannya dengan sektor pertambangan batubara China.

Tidak seperti kebocoran dan pelepasan gas metana dari tambang minyak dan gas, emisi metana dari tambang batubara cenderung stabil dan berkelanjutan. Hal ini terjadi karena para pekerja tambang melepas gas dari lubang bawah tanah sebagai tindakan pencegahan keselamatan, yakni menyingkirkan gas mudah terbakar guna mengurangi risiko ledakan.

Di kawasan Shanxi, di mana ada ratusan sumber emisi yang lokasinya saling berdekatan, maka jadi jauh lebih sulit untuk mendeteksi dan menghitung metana yang dilepas dibandingkan dengan ladang migas — sang super emiten gas metana — di daerah-daerah terpencil.

Seperti banyak negara lainnya, antara lain Kanada dan AS, China tidak selalu mewajibkan perusahaan tambang untuk melaporkan kapan mereka melepas metana. Departemen Ekologi dan Lingkungan Hidup Pemprov Shanxi dan seorang jubir pemprov tidak menanggapi pertanyaan yang diajukan Bloomberg mengenai dokumen tersebut. Sementara Kementerian Ekologi dan Lingkungan Hidup, yang mengatur emisi tingkat provinsi dan regional, serta Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional selaku pengawas perusahaan pertambangan dan energi, juga tidak menjawab pertanyaan yang diajukan.

Gas metana bisa ditangkap karena dia merembes keluar dari tambang bawah tanah dan dijual atau digunakan untuk pembangkit listrik. Jika dia dilepas begitu saja tanpa dibakar, gas rumah kaca kuat ini memerangkap panas 84 kali lipat lebih banyak selama 20 tahun keberadaannya di atmosfer dibandingkan dengan karbon dioksida.

Kalangan ilmuwan baru mulai memanfaatkan data satelit untuk memperkirakan berapa besar metana yang dilepas dari tambang batubara di seluruh dunia. Pada November, peneliti Belanda mengatakan bahwa berdasarkan analisis mereka terhadap tambang batubara di Cekungan Bowen, Australia mengindikasikan adanya “emisi gas metana yang besar tidak dilaporkan dalam penghitungan nasional.”

China merupakan produsen dan konsumen batubara terbesar di dunia, dan sektor ini adalah peluang terbesar China untuk memangkas emisi metana, menurut penghitungan PBB. Ada tanda-tanda Beijing berencana menangani masalah ini lebih agresif lagi. Dalam Repelita paling akhir China disebutkan bahwa negeri ini berjanji mengurangi emisi metana.

Meski China menolak bergabung dalam upaya internasional mengatasi emisi metana yang dipimpin AS dan Uni Eropa, namun China menyatakan sedang menggarap rencana untuk mengatasi emisi tersebut. Janji mengurangi emisi metana internasional memang bersifat tak mengikat dan tidak meminta pengurangan spesifik kepada negara-negara. Presiden Xi Jinping juga menyatakan negaranya mengurangi penggunaan batubara mulai tahun 2026, dalam rangka mencapai tujuan yang lebih besar mengurangi emisi gas rumah kaca pada akhir dasawarsa ini dan menuju karbon netral 2060. AI