Alat Identifikasi Kayu Otomatis (AIKO), yang dikembangkan Badan Litbang dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dipamerkan di Negara yang menjadi epicentrum teknologi global, Jepang.
Kepala Pusat Litbang Hasil Hutan KLHK Dwi Sudharto menyatakan, AIKO menjadi salah satu produk litbang yang dibawa oleh Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemrisetdikti) untuk dipamerkan di Universitas Kobe, di Kobe Jepang, mulai Selasa (16/10/2018).
“Ini suatu kebanggan bagi kami,” katanya di acara Ngobrol Pintar (Ngopi), Senin (15/10/2018).
AIKO adalah teknologi yang dikembangkan untuk mengidentifikasi jenis kayu secara cepat. Dalam praktiknya, identifikasi kayu bisa dilakukan cukup dengan menggunakan kamera telefon genggam (HP) yang sudah terpasang aplikasi AIKO. Kamera di HP yang diperkuat dengan lensa pembesar dimanfaatkan untuk memotret penampang kayu. Tak lama, informasi jenis kayu akan muncul dalam genggaman.
“Dengan memanfaatkan AIKO, identifikasi jenis kayu bisa dilakukan hanya dalam hitungan detik,” kata Dwi.
Basis data aplikasi AIKO adalah koleksi kayu di perpustakaan kayu, Xylarium Bogoriense, yang memiliki lebih dari 185.000 spesimen kayu. Xylarium yang telah berusia lebih dari satu abad itu kini menjadi xylarium dengan koleksi kayu terbesar di dunia.
Menurut Dwi, selama ini identifikasi kayu dilakukan secara manual. Dalam prosesnya, identifikasi manual memakan waktu lama, bisa mencapai dua pekan karena ada 153 karakter kayu yang mesti dicermati.
Pengembangan AIKO juga mendapat dukungan dukungan dari Kemenristekdikti dan LIPI. Aplikasi itu nantinya bisa menyajikan informasi jenis kayu berupa nama latin atau jenis, berat jenis, kelas kuat, kelas awet, klasifikasi perdagangan, dan rekomendasi penggunaan.
Menurut Dwi, AIKO bisa membantu persoalan yang kerap dihadapi oleh pelaku industri perkayuan, kepolisian, bea dan cuka, atau lembaga konservasi dalam mengidentifikasi kayu. Sugiharto