YPHI Membalikkan Mindset Masyarakat Untuk Memuliakan Hutan

Transtoto Handadhari

Tanggal 22 Februari 2022 yang jatuh hari Selasa Wage dijadikan hari bersejarah dengan dilaksanakannya Deklarasi Peduli Hutan.

Deklarasi akan dimulai dengan gerakan penanaman pohon nasional oleh Yayasan Peduli Hutan (YPHI) secara simbolis di Gunung Kidul.

Tanggal tersebut rupanya juga memiliki nilai sakral tersendiri. Pasalnya, Selasa Wage adalah hari lahirnya Sri Sultan Hamengkubuwono ke X, Raja Kasultanan Ngayogyakarto Hadiningrat yang bertahta saat ini.

Selain itu Deklarasi Gunung Kidul 22222 juga memiliki makna perubahan moral bangsa, teristimewa dalam memperlakukan hutan.

Yakni memuliakan hutan dengan hati bersih tanpa kecurangan (Preserving the forest whole-heartedly without cheating). dari sikap yang dianggap sebaliknya, abai pada masa lampau, dan tidak saling menyalahkan.

“Masyarakat mengenali bahwa kecurangan sampai tindak keserakahan dan korupsi jelas dirasakan sebagai penyebab rusaknya sekitar 70 juta hutan perawan kita”, ujar Dr. Transtoto Handadhari, Ketua Umum YPHI yang juga merupakan inisiator dan pengagas deklarasi.

Transtoto mengenang sedih terjadinya degradasi hutan dan deforestasi yang dalam puncaknya pernah seakan “dibiarkan” terjadi mencapai luas rata-rata 1,87 juta hektare setahun (1985-1997), bahkan dari sekitar 3,51 juta hektare rata-rata setahun (1997-2000).

Saat ini laju deforestrasi sudah dapat ditekan sampai di bawah 600 hektare setahun dengan kerja keras. Meski ada faktor yang membantu seperti kayu yang mulai langka, hujan deras yang meredam kebakaran hutan, serta harga kayu yang rendah.

“Perubahan mindset yang menjadi tekad bersama masyarakat diharapkan terwujud dan mampu mempercepat kembalinya kejayaan hutan Indonesia”, pungkas Transtoto optimistis. ***