Atas permintaan Presiden Joko Widodo, demi mendukung swasembada gula, Perum Pehutani menyisihkan 62.000 hektare (ha) lebih kawasan hutan di Jawa untuk perkebunan tebu. Lewat kerjasama dengan BUMN ataupun swasta, diperkirakan akan ada pasok gula tambahan 270.000 ton/tahun. Anda Tertarik?
Ya, lahan hutan produksi seluas 62.700 ha itu merupakan hasil identifikasi yang dilakukan Perum Perhutani untuk mendukung produksi gula dalam negeri. Luasan itu bagian dari total 239.550 ha lahan hutan yang cocok untuk mendukung ketahanan pangan. Yang lainnya adalah lahan untuk tanaman jagung, ketela, peternakan sapi (silvopastura) serta perikanan (silvofishery). “Kami siap mendukung program ketahanan pangan pemerintah,” kata Direktur SDM dan Umum Perhutani, Morgan Sarif Lumban Batu, Selasa (23/8/2016).
Khusus untuk tebu, yang dicanangkan Kementerian Pertanian bisa swasembada tahun 2017, areal tanaman bisa dilakukan di 11 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH), yaitu Indramayu, Majalengka, Purwakarta (Jawa Barat), Balapulang, Blora, Banyumas Barat, Randublatung (Jawa Tengah), Mantingan, Bojonegoro, dan Mojokerto (Jawa Timur). Berdasarkan kalkulasi, lahan itu bisa mendukung produksi gula hingga 270.000 ton/tahun. “Kami optimis pengembangan pangan ini berhasil karena lahan yang kami alokasikan adalah lahan produktif,” katanya.
Perhutani sendiri akan menempuh pola kerjasama dalam pengembangan tebu tersebut, baik dengan BUMN gula maupun swasta. Jika kerjasama dilakukan dengan BUMN, maka skemanya adalah bagi hasil. Namun, jika kongsi dengan swasta, maka akan dibentuk perusahaan patungan, di mana andil Perhutani 20% (goodwill share) dan 20% lagi kabarnya akan dipegang Perum Bulog sebagai off-taker untuk stabilisasi harga gula.
Tawaran ini mendapat sambutan produsen gula, baik gula kristal putih (GKP) maupun gula kristal rafinasi (GKR). “Ini langkah bagus Perhutani,” ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI), Faiz Achmad, Jumat (26/8/2016). Dia mengaku, produsen gula dalam negeri sangat membutuhkan lahan. Sayangnya, ketersediaan lahan tebu masih sulit didapat.
Sulitnya lahan ini yang membuat PT Kebun Tebu Mas (KTM), investor yang baru membangun pabrik gula senilai 390 juta dolar AS di Lamongan dan sempat diguncang demo petani tebu, menubruk peluang tersebut. “Kami sudah mengajukan permohonan kepada pemerintah, semoga segera ada keputusan dari pihak Perhutani,” kata Manager Plantation KTM, Wayan kepada Agro Indonesia, Jumat (26/8/2016).
Dia mengaku, perusahaan butuh lahan tebu sedikitnya 30.000 ha dan kini sudah bekerjasama dengan petani dengan luasan 24.000 ha. Jika terlaksana, kerjasama dengan Pehutani jelas penyelamat buat KTM karena UU Perkebunan mewajibkan pabrik harus punya kebun 2 tahun setelah berdiri. AI