Dampak fenomena cuaca El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) mulai dirasakan pertanian di wilayah Aceh. Tercatat lahan sawah seluas 1.716 hektare (ha) yang tersebar di sejumlah wilayah Provinsi Aceh mengalami kekeringan selama semester I tahun 2023.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebutkan, pertanian merupakan sektor yang mengalami dampak paling serius akibat perubahan iklim.
Dia mengatakan, perubahan pola curah hujan dan kenaikan suhu udara menyebabkan produksi pertanian menurun secara signifikan.
Kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami gagal panen atau puso semakin luas. Hal ini, membuat ketahanan pangan akan terancam.
“Dampak Perubahan iklim yang demikian besar memerlukan upaya aktif untuk mengantisipasinya melalui strategi mitigasi dan adaptasi. Jika tidak, maka ketahanan pangan nasional akan terancam,” kata Dwikorita di Jakarta, Rabu (2/8/2023).
Oleh karena itu, katanya, petani harus memiliki bekal ilmu pengetahuan untuk dapat memahami fenomena cuaca dan iklim beserta perubahannya. “Dengan mengetahui lebih dini, petani dapat melakukan perencanaan mulai dari penyesuaian waktu tanam, penggunaan varietas unggul tahan kekeringan, pengelolaan air, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Dwikorita lantas menegaskan, BMKG berupaya membantu petani memahami informasi iklim melalui sekolah lapangan iklim (SLI). Harapannya, petani dan tenaga penyuluh pertanian bisa memanfaatkan informasi dan prakiraan cuaca dengan baik serta mampu beradaptasi dengan situasi cuaca dan iklim kekinian.
Menanggapi hal ini, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, dalam antisipasi kekeringan, pihaknya telah mempersiapkan berbagai strategi secara dini dan masif.
Antisipasi yang disipkan Kementan antara lain melalui penyaluran pompa air dan Alsintan lainnya, pembangunan rehabilitasi embung, long-storage, rehabilitasi jaringan irigasi, dan gerakan percepatan tanam padi.
Namun, Mentan juga menganjurkan petani agar mengikuti program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dan ini ini lebih diutamakan. Pasalnya, asuransi untuk menjaga petani agar tetap bisa bertahan dalam menjalankan usaha taninya.
“Berbagai kebijakan 2022 telah terbukti dan terlihat hasilnya di lapangan. Tapi yang terpenting adalah asuransi agar petani mendapatkan ganti rugi dan bisa menanam kembali,” ujarnya.
Selain itu, perbaikan irigasi berdampak pada meningkatnya indeks pertanaman. Pengembangan pertanian modern melalui pemberian bantuan Alsintan berdampak mempercepat olah tanam, waktu tanam, panen dan pasca panen serta efisiensi biaya dan mengurangi lossis.
“AUTP ini akan terus kami sosialisasikan ke petani. Karena ini menjadi bentuk perlindungan kepada mereka dan saat ini sudah banyak petani yang menjadi peserta AUTP,” katanya.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Ali Jamil mengatakan, dengan adanya AUTP, petani yang terkena musibah banjir atau kekeringan bisa mendapatkan ganti rugi.
“Dengan membayar premi hanya Rp36.000/ha/musim tanam, petani yang sawahnya terkena bencana banjir, kekeringan dan serangan OPT dapat klaim (ganti rugi) Rp6 juta/ha,” kata Ali Jamil.
Adanya tren positif peserta AUTP menurut Ali Jamil, karena pelaksanaan asuransi pertanian yang bekerja sama dengan PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) ini memberikan berbagai keuntungan bagi petani. Bukan hanya nilai premi yang dibayarkan petani cukup murah, tapi juga memberikan ketenangan dalam berusaha tani.
“Petani semakin mengerti manfaat dan peluang dari asuransi usaha tani padi ini. Dengan harga sangat terjangkau, petani bisa tidur tenang,” tururnya.
Kekeringan
Kepala UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Distanbun Aceh Zulfadli menjelaskan, setiap tahun daerah-daerah di Aceh memang ada yang mengalami kekeringan. Namun, tahun ini hal tersebut juga diperkuat dengan dampak dari dua fenomena iklim El Nino dan IOD.
“Di Aceh memang ada dampak El Nino, tapi tidak begitu parah. Berbeda dengan di daerah Jawa. Tahun ini ada daerah kita yang tidak pernah kekeringan sebelumnya, tapi mengalami kekeringan seperti Nagan Raya,” ujar Zulfadli.
Adapun daerah yang mengalami kekeringan pada periode Januari-Juli 2023, yaitu Kabupaten Aceh Utara dengan luas lahan 897 ha dan 65 ha di antaranya puso, kemudian Bireuen seluas 293 ha dan keseluruhannya puso, Pidie seluas 49 ha dan 11 ha di antaranya puso.
Selanjutnya, di Kabupaten Aceh Besar lahan seluas 185 ha mengalami kekeringan dan 135 ha di antaranya puso, Nagan Raya seluas 150 ha dan 35 ha di antaranya puso.
Sedangkan puluhan hektare lahan sawah lainnya juga mengalami kekeringan, namun tidak terjadi puso seperti Kabupaten Aceh Selatan seluas 94 ha, Aceh Timur 30 ha, Lhokseumawe 15 ha, Aceh Barat Daya 4 ha dan Banda Aceh 1 ha.
“Dari 1.716 ha yang terkena kekeringan, 539 ha yang gagal panen atau puso, selain itu pulih kembali,” ujarnya.
Sebab itu, kata Zulfadli, dalam menghadapi potensi dampak kekeringan akibat El Nino dan IOD, Distanbun Aceh juga telah menyiagakan alat pompa air di daerah-daerah, sehingga dapat digunakan oleh petani untuk membantu mengairi sawah.
“Kalau ada sumber air, pompa itu bisa dipinjam pakai untuk mengairi lahan. Kalau ada sumber air tanah juga bisa kita bantu dengan cara sumur suntik, dengan kedalaman 20 meter,” ujarnya.
Sejauh ini, Distanbun Aceh menyiapkan 60 unit pompa air di antaranya 24 unit di UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Banda Aceh, Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) Banda Aceh delapan unit, LPHP Pidie sembilan unit, LPHP Aceh Timur 10 unit dan LPHP Nagan Raya sembilan unit. PRP
Mentan Ajak Petani Serdang Bedagai Gunakan KUR Sebagai Akses Modal
Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak petani, khususnya petani di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara (Sumut) untuk memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam mengatasi kesulitan permodalan.
Selain itu, untuk meningkatkan produktivitas tanaman, petani dianjurkan untuk memaksimalkan penggunaan alat dan mesin pertanian (Alsintan), demikian dikatakan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, usai Rakor Menghadapi Dampak El Nino bersama Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, Sabtu (5/8/2023).
“Serdang Bedagai harus memanfaatkan KUR untuk beli Alsintan. Jangan takut, sebab dari lahan 1 hektare (ha) yang panen, kita bisa mendapat Rp30 juta. Karena satu hektare lahan bisa menghasilkan padi 8 ton. Jadi, biarkan nanti mesin itu yang akan membayar cicilannya,” ujarnya.
Mentan mengatakan, dengan penggunaan Alsintan, maka percepatan tanam dapat dilakukan secara merata di seluruh Indonesia. Karena itu, El Nino bukan alasan bagi petani untuk tidak melakukan tanam. Yang terpenting, kata dia, petani mau memanfaatkan air yang masih tersedia pada setiap irigasi yang ada.
“Pertanian itu sifatnya sustainable. Petani boleh mengambil KUR, sepanjang itu dipakai modal kerja, jangan ragu-ragu. Jangan bergantung pada bantuan yang kalau rusak dikit pasti digeletakin, mangkrak,” katanya.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Ali Jamil menambahkan bahwa sumber dana KUR pertanian dialokasikan Rp100 triliun untuk paket percepatan dan pertanaman. Dana KUR pertanian ini dapat digunakan kelompok tani sebagai akses permodalan dalam mengembangkan usaha taninya.
“Tidak hanya bisa untuk mengolah lahan tetapi juga bisa dijadikan peluang bisnis berupa Taksi Alsintan. Jadi, alat yang dibeli benar-benar maksimal kegunaannya dan menghasilkan untuk membayar cicilan,” katanya.
Ali berharap, ke depan petani dan pekebun tidak lagi tergantung dengan pola bantuan pemerintah, termasuk dalam pengadaan pupuk dan Alsintan. Menurutnya, pekebun harus lebih mandiri dan mengoptimalkan apa yang ada.
“Sekarang ini bagaimana kita menguatkan kelembagaan UPJA dan fasilitasi Taksi Alsintan agar Alsintan makin banyak di lapangan dan optimalisasi Alsintan tingkat petani,” katanya.
Dia mengungkapkan, dengan anggaran pertanian yang kian menurun, namun level mekanisasi harus terus naik. Salah satu programnya adalah Taksi Alsintan dengan memanfaatkan dana kredit.
“Kita harapkan akan ada peningkatan alsintan, baik dari sisi jumlah dan pemanfaatannya,” jelasnya. YR