Alsintan di Food Estate akan Ubah Mindset Petani

Kementerian Pertanian (Kementan) bukan hanya bergerak untuk memaksimalkan produksi pertanian di lokasi Food Estate Kalimantan Tengah. Dengan sejumlah Alsintan yang digelontorkan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan mencoba mengubah pola pikir atau mindset petani. Termasuk juga mencoba melibatkan petani milenial.

Dirjen PSP Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, Alsintan harus dimanfaatkan untuk mendukung pertanian, khususnya di lokasi Food Estate atau lumbung pangan.

“Jadi, para petani ini kita dorong untuk mengubah mindset mereka dari pola bertani tradisional ke pola bertani modern, tentunya dengan mekanisasi. Caranya dengan memanfaatkan Alsintan,” tuturnya.

Untuk mendukung pertanian di Food Estate, Ditjen PSP memaksimal peran Alsintan. Di antaranya alat tanam transplanter, mesin olah tanah seperti traktor roda dua yang kapasitasnya 0,3-0,5 hektare (ha)/hari, traktor roda 4 kapasitas 3-4 ha/hari .

Dia menyebutkan, jika 1 ha biasanya dikerjakan 15 orang selama 4 hari, maka dengan Alsintan cukup 1 jam untuk luasan 3 ha. Untuk panen, dengan menggunakan alat combine harvester bisa memanen 1-2 jam per hektare.  Padahal, dengan cara manual, panen 1 ha memerlukan waktu paling cepat 5 hari dengan tenaga kerja 15 orang.

Kemudian alat mesin dryer untuk mengeringkan gabah, sehingga bisa langsung digiling di rice milling unit (RMU). Bahkan, Ditjen PSP pun memanfaatkan Alsintan dengan teknologi kekinian, yaitu drone untuk menyebar benih.

Sarwo Edhy menyebutkan, dengan pemanfaatan drone, Kementan mencoba merangkul generasi muda agar mau terjun ke pertanian. “Kita memancing generasi muda agar mau jadi petani,” katanya.

Menurut dia, bertani itu tidak harus kotor-kotoran di lahan sawah, tidak harus becek-becekan. Tapi dengan menggunakan mekanisasi, kesan itu tidak ada lagi. “Sekarang kita sudah membuat Alsintan dengan kendali remote control, salah satunya adalah drone,” tegasnya.

Sarwo Edhy menjelaskan, Kementan mempunyai alat ukur pH air dan drone untuk pertanian. Untuk tester pH, alat ini akan memberikan informasi berapa PH awal sebelum ditabur dolomit, dan berapa pH setelah ditabur dolomit.

Drone digunakan untuk menanam dengan sistem tabor, karena lahan rawa memang cukup luas. “Kalau hanya dengan mesin transplanter, mungkin ada rawa-rawa yang dalam agak susah untuk menanam. Makanya kita gunakan drone,” jelasnya.

Drone yang digunakan kapasitasnya 20 kg dengan kekuatan baterai 20 menit. Drone ini menaburkan benih lebih kurang 40-50 kg/ha. Cara ini lebih efektif karena dengan tabur manual hanya 25-30 kg/ha. Drone juga dimanfaatkan menebar pupuk NPK, Urea dan SP-36.

Sarwo Edhy juga mengajak petani di seluruh Indonesia untuk terus bekerja di sektor pertanian. Karena, sektor pertanian adalah sektor yang paling menjanjikan. Dan di saat COVID-19, sektor yang paling bertumbuh adalah sektor pertanian dengan tumbuh 16,24%, di banding sektor-sektor lain.

=-=-=-

Sarwo Edhy mengatakan, secara keseluruhan luas lahan Food Estate di Kalimantan Tengah mencapai 164.000 ha. Dari jumlah itu, 85.000 ha merupakan lahan intensifikasi yang telah didukung irigasi untuk mengairi 30.000 ha. Sedangkan untuk 55.000 ha masih dalam proses pengerjaan oleh PUPR.

Sementara lahan seluas 79.000 ha merupakan ekstenfikasi yang masih berupa semak belukar. Lahan ini akan dioptimalisasi di tahun 2021.

Untuk tahun 2020, Kementan mengerjakan 30.000 ha lahan intensifikasi yang jaringan irigasinya sudah baik, baik irigasi primer, irigasi sekunder, maupun irigasi tersier.

Tahap pertama yang dikerjakan adalah pengolahan tanah 10.000 ha di Kabupaten Pulang Pisau dan 20.000 ha di Kabupaten Kapuas. Setelah olah tanah, petani memberikan bantuan saprodi, berupa dolomit 1 ton/ha. Fungsinya, untuk menetralisir pH, karena sangat rendah.

Dengan dolomit, diharapkan pH bisa mencapai 6-7. Syaratnya adalah dengan menggunakan dolomit yang ditaburkan di lahan kemudian baru di tanami.

Ditjen PSP juga menggelontorkan pupuk NPK lebih kurang 200 kg/ha, kemudian ada pupuk hayati, dan herbisida. “Rata-rata IP 100. Kita harapkan IP menjadi 200,” kata Sarwo Edhy. Selain IP meningkat, produktivitas juga diharapkan meningkat dari 3-4 ton/ha minimal menjadi 6 ton/ha.

Sarwo Edhy menyebutkan, di lokasi food estate, Kementan bukan hanya menanam padi. Ada komoditas lainnya seperti jeruk, kelapa genjah dan peternakan. Dengan adanya multikomoditas, diharapkan petani bisa menambah pendapatan dan tentunya akan lebih semangat untuk bekerja di sektor pertanian.

“Kita berikan contoh kalau liat sayuran ini ada bawang, cabai, dan sayur-sayuran lainnya yang sekiranya dibutuhkan petani untuk kebutuhan sehari-hari dan tidak menutup kemungkinan kalau jumlahnya melebihi bisa dijual ke pasar,” katanya.

Sentra Ekonomi Baru

Ekonomi di Kalimantan Tengah (Kalteng) sendiri diperkirakan makin cerah sejalan dengan dibukanya areal pertanian food estate di lokasi Belanti Siam, Pandih Batu, dan Pulang Pusau, Kalteng.

Produk yang akan dihasilkan selain pangan (padi), juga jenis hortikultura, perikanan dan peternakan. Integrasi beragam produk ini dipercaya membuat petani sejahtera. Penghasilan petani diprediksi Rp14 juta/bulan/orang.

“Dari awal program ini sangat bagus secara ekonomi. Ada banyak manfaat ekonomi yang didapat petani dan masyarakat dalam pengelolaan satu kawasan Food Estate. Semua potensi ini dikembangkan secara komprehensif dan terukur,” ungkap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), Kamis (8/10/2020).

Munculnya Food Estate sebagai penopang pangan nasional memang menjanjikan secara bisnis. Mengembangkan komoditi padi, program food estate mengalokasikan luas lahan 10.000 ha.

Rencana tanam hingga akhir 2020 diperkirakan menghasilkan luas lahan 8.708 ha. Untuk zonasi Kapuas, rencana tanamnya mencapai 13.999 ha dengan luas potensial 30.000 ha.

Untuk komoditi padi akan mampu memberikan pendapatan Rp2 juta/bulan/orang. Kapasitas produksinya dinaikan menjadi 6 ton/ha dengan durasi panen 3 kali setahun.

Mentan menyebutkan, food estate akan menjadi sentra ekonomi baru bagi Kalteng bahkan Indonesia. Aktivitas pertanian dilakukan komprehensif dengan basis korporasi.

Komoditasnya sangat beragam dengan value ekonomi besar. Intinya, Food Estate akan terus mendongkrak perekonomian masyarakat selain lumbung pangan nasional.

Diintegrasikan dengan komoditas lain, food estate Kalteng mengembangkan budidaya itik. Spesies yang dikembangkan ada 2, yaitu Itik Alabimaster-2 Agrinak dan Itik Mojomaster-1 Agrinak.

Selain Itik, food estate juga mengembangkan produk perikanan. Jenis ikan yang dikembangkan adalah Lele (Clasias gariepinus) dan Ikan Kapar Belmeah (Belontia haseti). Ikan-ikan ini dipelihara pada karamba. Total ada 168 karamba yang sedang dikembangkan di irigasi sekunder. Dalam 1 karamba menghasilkan 500 ekor lele besar.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menambahkan, food estate didesain sebagai penghasil pendapatan yang komplet.

Apalagi, pendekatannya secara korporasi. “Ada banyak manfaat ekonomi yang diraih, selain produktivitasnya. Kami terus menaikan produktivitasnya melalui inovasi dan teknologi,” katanya. PSP