AMKRI Minta Aturan Upah Buruh Direvisi

 

Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia  (AMKRI) meminta pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk meninjau kembali aturan mengenai penetapan Upah Minimum Propinsi (UMP) karena besaran UMP yang terjadi saat ini tidak mendukung iklim yang sehat bagi kegiatan usaha di Indonesia.

“Kami minta aturan itu direvisi karena besaran kenaikan UMP yang terjadi saat ini sangat memberatkan pelaku usaha,” ujar  Johannes Sumarno,  Anggota Dewan Penasehat AMKRI,  di sela acara Rapimnas AMKRI di Jakarta, Kamis (27/11).

Menurutnya, kenaikan besaran UMP saat ini sudah terlalu besar. Dia mencontohkan di Propinsi Jawa Timur,  dalam tiga tahun terakhir, yakni sejak tahun 2013, kenaikan UMP nya sudah mencapai 130 %. “Besaran kenaikan upah itu sudah tidak masuk akal,” tegasnya.

Dia mengingatkan kalau besaran upah buruh terus dinaikkan secara tidak wajar, maka pelaku industri mebel dan kerajinan di dalam negeri  akan banyak yang gulung tikar karena tidak mampu lagi menutupi biaya produksi yang besar akibat kenaikan upah yang tak masuk akal.

“Padahal, industri mebel dan kerajinan merupakan industri yang menyerap banyak tenaga kerja  dan menyumbang devisa negara yang potensial,” katanya  seraya memperkirakan tenaga kerja yang terserap di industri mebel dan kerajinan  mencapai sekitar 500.000 orang.

Jumlah itu, ungkapnya, belum termasuk tenaga kerja yang terserap di kelompok usaha kecil  dan menengah   yang terdiri atas tenaga kerja subkon (outsourcing) dan tenaga kerja rumahan yang mencapai sekitar 2,1 juta orang.

“Dengan demikian, sektor industri mebel dan kerajinan nasional merupakan bantalan ekonomi yang  kuat karena bisa menjadi jalan keluar negara dalam penyerapan tenaga  kerja sekaligus  sebagai salah satu substitusi krisis defisit anggaran akibat belanja impor sektor migas, ucap Sumarno.

Berdasarkan data AMKRI, nilai ekspor mebel dan kerajinan Indonesia pada tahun 2013 menempati posisi ke-18 dunia dengan nilai US$ 1,8 miliar untuk mebel dan US$ 800 juta untuk produk kerajinan. Nilai ekspor itu masih relatif kecil bila dibandingkan dengan kinerja ekspor mebel beberapa negara di dunia. misalnya saja Vietnam yang mampu bertengger sebagai eksportir mebel dan kerajinan  ketujuh terbesar di dunia dengan niai US$ 5,3 miliar. Buyung Nareh