Hingga saat ini harga cabe di pasar dalam negeri tetap bertahan tinggi. Bahkan di suatu daerah, harga komoditas yang rasanya pedas ini telah menembus posisi Rp160.000 per kilogram. Pemerintah sendiri seakan tak mampu menstabilkan harga komoditas cabe ke posisi normal.
Lonjakan harga cabe tak terlepas dari adanya anomali cuaca yang terjadi di dalam negeri, khususnya di sentra-sentra produksi cabe. Anomali cuaca pada awal tahun 2017 ini berdampak pada produksi dan distribusi produk hortikultura seperti sayuran dan buah. Pasalnya, curah hujan yang tinggi menyebabkan produksi dan distribusi terganggu.
Salah satu yang sudah terasa adalah produksi cabe rawit merah yang anjlok akibat musim hujan berkepanjangan. Selain itu, sayur-sayuran dan buah juga mulai mengalami penurunan pasokan.
Sebenarnya pada musim hujan ini produksi sayur mayur dipredksi akan meningkat karena curah hujan yang tinggi cocok pada jenis tanaman ini seperti sawi dan kol. Tapi yang menjadi persoalan, tanaman buah dan sayuran sulit dipanen karena terganggu hujan.
Pergeseran pola curah hujan atau musim mempengaruhi sumber daya dan infrastruktur pertanian karena merubah sistem hidrologi (siklus air) dan sumber daya alam, merusak dan menyebabkan penurunan kualitas lahan serta merubah kapasitas irigasi.
Hal ini juga mempengaruhi waktu, musim serta pola tanam, menurunkan produktivitas dan luas areal tanam serta areal panen karena adanya keterlambatan musim tanam.
Iklim ekstrim seperti curah hujan yang sangat tinggi serta kekeringan yang sangat lama, mengakibatkan kerusakan tanaman dan kegagalan panen sehingga produktivitas tanaman menurun. Iklim ekstrim juga merusak sumber daya lahan pertanian beserta infrastrukturnya seperti jaringan irigasi. Peningkatan kelembaban udara yang ekstrim juga meningkatkan intensitas serangan OPT.
Terkait adanya perubahan iklim yang juga terjadi di Indonesia, maka seluruh pihak yang bergerak di sektor pertanian harus mengerahkan seluruh daya upaya agar dampaknya terhadap produksi tanaman yang berujung pada ketahanan pangan nasional serta kesejahteraan petani, dapat dikurangi seminimal mungkin.
Selain itu, instansi di sektor pendukung lainnya, terutama yang berkaitan dengan infrasruktur dan distribusi barang, juga harus memberikan dukungan agar hasil dari sektor pertanian bisa didistribusikan dengan mudah dan murah.
Kita tahu kalau infrastruktur seperti jalan raya yang berhubungan dengan daerah sentra produksi dengan daerah konsumen, tidak semuanya mulus. Hal ini tentunya akan membuat komoditas yang dipanen tidak bsia cepat sampai di konsumen. Biaya yang harus dikeluarkan petani pun bisa melonjak akibat infrastuktur yang rusak.
Kemampuan mendistribusikan bahan pokok juga akan berpengaruh besar terhadap ketepatan waktu sampai di tangan konsumen. Jika bahan pangan bisa dampai ke tangan konsumen dengan cepat dan dalam kondisi yang segar, maka harga jual yang bisa diterima petani juga akan membaik sehingga mereka akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi.