Begini Cara Membuat Arkoba

Profesor Gustan Pari (kanan) memberi penjelasan kepada Wakil Bupati Cianjur Herman Suherman, dan Kepala P3H BLI Kementerian LHK Dwi Sudharto tentang proses pembuatan cuka kayu

Penggunaan produk iptek arang terpadu yang terdiri dari arang kompos bioaktif (arkoba) dan cuka kayu bermanfaat untuk menyuburkan tanaman dan meningkatkan daya tahan dari serangan organisme pengganggu tanaman.

Iptek arang terpadu ini adalah teknologi yang murah dan mudah. Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3H) Badan Litbang dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Profesor Gustan Pari menjelaskan, teknologi ini memanfaatkan tungku drum yang telah dimodifikasi.

Ada dua drum pada tungku dimodifikasi tersebut. Drum pertama adalah untuk pembuatan arang. Dalam drum tersebut tersebut, kayu, bambu, tempurung kelapa dibakar untuk menjadi briket arang. Dia menjelaskan, jika pada tungku arang biasa, asap yang dihasilkan dibiarkan lepas ke udara, maka pada tungku modifikasi ini, asapnya di salurkan melalui pipa pendinginan menuju drum pendinginan. “Hasilnya adalah asap cair atau cuka kayu,” katanya saat panen padi hasil iptek arang terpadu di lahan Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Musri, Desa Kertajaya, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (19/7/2017).

Briket arang yang dihasilkan kemudian bisa diolah lebih lanjut menjadi arkoba. Caranya, persis seperti membuat kompos biasa. Hanya saja, bahan organik pembuat kompos seperti daun-daunan, jerami, limbah sayuran yang telah dipotong-poting, ditambahkan dengan arang yang sudah dihaluskan sebanyak 5%-10% dari berat kompos.

Selanjutnya tambahkan aktivator sebanyak 0,5%-10% tergantung keras atau lunaknya bahan kompos. Setelah diaduk rata, tambahkan air hingga kadar air berkisar 20%-30%.

Bahan campuran tadi kemudian disimpan dalam wadah tertutup dan dibiarkan selama 2-4 pekan, atau tergantung bahan kompos yang digunakan. Untuk bahan yang sulit hancur, seperti serbuk kayu, sebaiknya bahan tersebut diaduk ulang setiap pekan.

Dalam proses pengolahan, suhu bahan campuran tadi akan mencapai 55-60 derajat celcius. Setelah suhunya stabil, dan berubah warna, berarti arkoba sudah bisa digunakan.

Sugiharto

Baca juga: Arang, Si Hitam yang Mendukung Gaya Hidup Hijau