Berkat RJIT, Distribusi Air Lancar dan IP Naik

Kegiatan RJIT di Desa Bumi Asri, Kecamatan Palas, Lampung Selatan, dilakukan oleh Kelompok Tani Karya Mekar dengan ketua Marsono “Kegiatan RJIT kita lakukan karena Kondisi saluran dangkal dan membuat aliran air menjadi tidak lancar. Tapi dengan rehabilitasi, saluran menjadi permanen dan lancar,” kata Dirjen PSP Sarwo Edhy.

Kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) kini dirasakan manfaat positifnya oleh banyak petani.

Para petani di Desa Leworeng, Kecamatan Donri-donri, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, misalnya. Mereka kini merasakan program RJIT telah mendukung percepatan tanam serta  membuat distribusi air ke sawah menjadi lancar.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, kegiatan RJIT adalah bukti nyata dukungan Kementan untuk pertanian di Soppeng. “Dalam kondisi apa pun, pertanian harus terus berlangsung. Oleh karena itu, kita lakukan kegiatan RJIT untuk memastikan lahan pertanian mendapatkan air yang cukup,” tuturnya, Jumat (2/10/2020).

Sementara Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Sarwo Edhy mengungkapkan bahwa kegiatan RJIT di Desa Leworeng, Kecamatan Donri-donri, Soppeng telah berdampak positif. “Dengan kegiatan ini, luas lahan yang bisa dilayani irigasi bertambah. Kini aliran irigasi bisa mengairi lahan seluas 55 hektare (ha),” katanya.

Bukan itu saja, Indeks Pertanaman (IP) juga turut meningkat. Jika sebelumnya IP hanya 150, seteah kegiatan ini indeks pertanaman menjadi 200.

“Ada juga peningkatan provitas dari 4,8 ton/ha, menjadi 5 ton/ha. Setelah ada Kegiatan RJIT, distribusi air ke lahan sawah lebih mudah dan merata serta dapat dilakukan percepatan tanam padi,” katanya.

Rehabilitasi jaringan irigasi tersier selama empat tahun terakhir (2015-2018) dilakukan  Ditjen PSP Kementan melakui kegiatan dengan pola bantuan pemerintah sebagai stimulus terhadap terselenggaranya pembangunan pertanian di pedesaan.

Dia menyebutkan, rehabilitasi JIT terus dilakukan karena program rehabilitasi ini mampu meningkatkan indeks pertanaman, yang apada akhirnya dapat meningkatkan produksi pertanian.

Untuk tahun 2019, Kementan melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) merehabilitasi JIT seluas 67.037 ha.

Irigasi Perpompaan

Selain program rehabilitasi JIT, PSP juga mempunya program Irigasi Perpompaan. Tahun lalu sudah dibangun sebanyak 467 unit, Irigasi Perpipaan 138 unit, Pembangunan Embung/Dam Parit/Long Storage sebanyak 400 unit dan Cetak Sawah seluas 6.000 ha.

Data Agro Indonesia mencatat, dalam empat tahun (2015-2018) Kementerian Pertanian     (Kementan) sudah merehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier seluas 3,12 juta ha. Realiasi terbesar terjadi tahun 2015 yang mencapai 2,45 juta ha.

Ditjen PSP mempunyai program/kegiatan pengembangan sumber-sumber air dengan fokus kegiatan mengoptimalkan sumber-sumber air permukaan seperti sungai, mata air dan run off untuk dapat digunakan sebagai suplesi irigasi di lahan pertanian.

“Semua kegiatan PSP adalah untuk mendukung kegiatan di subsektor petanian lain, seperti pangan, hortikultura, dan ternak serta perikanan,” tegasnya.

Luas Lahan  Bertambah

Kementan melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertania (PSP) juga membuktikan dukungannya untuk pertanian di Parigi Moutong. Ditjen PSP melakukan kegiatan padat karya melalui RJIT di Desa Toribulu Selatan, Kecamatan Toribulu, Parigi Moutong.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, RJIT dilakukan untuk memastikan lahan-lahan pertanian mendapatkan aliran air yang cukup.

“Air sangat penting untuk pertanian. Oleh karena itu, kita harus memastikan semua air di saluran irigasi sampai ke lahan-lahan pertanian. Jika ada yang rusak, kita rehabilitasi jaringannya dengan kegiatan RJIT,” katanya.

Sementara Dirjen PSP Kementerian Pertanian Sarwo Edhy mengatakan, RJIT adalah bagian dari water management untuk mendukung pertanian.

“Jadi, kegiatan RJIT bukan hanya membenahi, tetapi juga memaksimalkan saluran irigasi agar luas areal tanam bisa bertambah, agar indeks pertanaman bertambah, juga produktivitas,” terangnya.

Di Desa Toribulu Selatan, Kecamatan Toribulu, Kabupaten Parigi Moutong, kegiatan RJIT mampu memperluas layanan irigasi.

Sebelum ada kegiatan RJIT, luas layanan irigasi sekitar 35 ha. Namun, setelah adanya kegiatan RJIT, irigasi bisa mengairi lahan seluas 41 ha.

“RJIT ini juga mampu mempertahankan Indeks Pertanaman (IP) 2 Kali dalam 1 tahun. Juga meningkatkan provitas dari 3,8 ton/ha, menjadi 4,2 ton/ha. Hal ini dimungkinkan karena RJIT membuat distribusi air ke lahan sawah lebih mudah dan merata,” katanya.

Sementara itu di Kecamatan Palas, Lampung Selatan, program RJIT juga dilaksanakan. Kegiatan ini merupakan bentuk dukungan Ditjen PSP Kementan terhadap pertanian di Lampung.

Dirjen PSP Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy mengatakan, kegiatan RJIT di Desa Bumi Asri, Kecamatan Palas, Lampung Selatan, dilakukan oleh Kelompok Tani Karya Mekar dengan ketua Marsono

“Kegiatan RJIT kita lakukan karena Kondisi saluran dangkal dan membuat aliran air menjadi tidak lancar. Tapi dengan rehabilitasi, saluran menjadi permanen dan lancar,” terang Sarwo Edhy.

Dengan RJIT, luas oncoran mengalami peningkatan. Jika sebelumnya luas oncoran 200 ha, dengan RJIT menjadi 250 ha. Indeks pertanaman pun meningkat dari 1 menjadi IP 2. Begitu juga dengan provitas yag meningkat jadi 6,6 ton/ha dari 5,4 ton/ha.

Sementara itu kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) di Desa Sukamaju, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung meningkatkan indeks pertanaman (IP) dari 200 menjadi 300 alias 3 kali tanam dalam setahun.

RJIT di Desa Sukamaju dilakukan oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Bintang Mukti yang diketuai Udin Tajudin. Sebelum ada RJIT, oncoran yang tersedia hanya seluas 35 ha. Setelah RJIT, luas oncoran bertambah hingga mencapai 50 ha. Sementara, produktivitas tanaman yang awalnya 5,8 ton per ha meningkat menjadi 6,2 ton per ha.

Sarwo Edhy pun mengatakan, peningkatan IP memang merupakan salah satu tujuan RJIT. “RJIT juga berfungsi untuk membenahi saluran irigasi yang rusak, serta memaksimalkan air yang tersedia untuk menambah luas tanam,” katanya.

Lebih lanjut, Edhy menambahkan, RJIT juga dilakukan untuk menyelesaikan masalah pemanfaatan air yang tidak merata. “Setelah saluran diperbaiki, kebutuhan air untuk lahan pertanian di sekitar dapat terpenuhi dengan baik dan merata,” kata Sarwo.

Swadaya Masyarakat

Sementara RJIT yang sudah dilakukan di Desa Panguragan Wetan, Kecamatan Panguragan, Cirebon, dikelola Kelompok Tani yang diketuai Makdori. “Kelompok tani kami memiliki lahan seluas 37 ha yang ditanami padi dan sesekali ditanami jagung saat ketersedian air berkurang,” jelas Makdori.

Makdori mengatakan, kelompok taninya memperoleh bantuan RJIT melalui dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp55 juta, dengan target 140 meter. “Berkat swadaya masyarakat realisasi jaringan yang dibangun mencapai panjang 162 meter,” tambahnya.

Menurut dia, adanya rehabilitasi jaringan tersebut sangat bermanfaat, karena air yang datang dari saluran sekunder menjadi lancar dan sampai ke lahan dengan waktu lebih cepat.

Tak hanya itu, Makdori menilai, rehabilitasi jaringan tersebut juga memudahkan pengaturan dalam pembagian air karena tidak gampang bocor dan tidak meluap ke lahan sawah yang tidak membutuhkan

“Bahkan, aliran air dari RJIT bisa mengairi lahan milik kelompok tani lain di sekitarnya, kurang lebih 100 ha,” imbuhya. PSP