Bidik IP 200: Kalsel dan Sumsel Daerah Paling Siap

Kementerian Pertanian (Kementan) tahun 2019 ini akan mengoptimalkan lahan rawa pasang surut dan lebak seluas 500.000 hektare (ha) di enam provinsi. Dari luasan itu, Sumatera Selatan (Sumsel) dan Kalimantan Selatan (Kalsel) dinilai paling siap.

Salah satu tujuan pengembangan lahan ini adalah untuk meningkatkan produksi pangan nasional. Untuk itu, target yang ingin dicapai adalah panen 2 kali setahun (IP/Indeks Pertanaman-200) atau 5 kali panen dalam 2 tahun.

“Kita optimistis menjalankan program  ini. Kami tengah mencari lokasi untuk membuat SID (Survey Investigasi Design),” kata Direktur Perluasan dan Perlindungan Lahan Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Indah Megahwati, di Jakarta, pekan lalu.

Lahan rawa yang akan dikembangkan itu dibagi menjadi dua kriteria, yakni lahan rawa lebak (RWL) dan lahan rawa pasang surut (RWPS). Lokasi RWL yang dikembangkan di Sulawesi Selatan seluas  5.000 ha, Kalimantan Selatan 10.000 ha dan RWPS 300.000 ha.

Untuk Provinsi Lampung, RWL akan digarap seluas  5.000 ha, Sumatera Selatan 20.000 ha dan lahan RWPS 200.000 ha, sementara Jambi RWL 5.000 ha dan Kalimantan Tengah RWL 5.000 ha.

Menurut dia, setiap 1.000 ha RWPS akan dikelola oleh 1 unit desa, sedangkan untuk 200 ha RWL dikelola oleh 1 unit desa sebab tidak mungkin 550.000 ha dikelola semuanya oleh pemerintah daerah atau pusat.

“Kami akan fokus di daerah tersebut. Paling siap adalah Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, tapi yang lain juga siap. Kami targetkan minimal bisa panen dua kali setahun atau lima kali dalam dua tahun,” katanya.

Budidaya di lahan rawa akan jauh lebih baik dibandingkan dengan di Jawa. Pasalnya, Kementan sudah menyiapkan skema yang berbeda di mana setiap lahan RWL dan RWPS dilengkapi dengan saluran irigasi, pompa air, dan ekskavator.

Selain itu, lahan rawa juga akan menggunakan 100% mekanisasi dan memperkecil tenaga kerja yang menggarap sawah dengan harapan jauh lebih efisien untuk biaya produksiya.

Lahan RWL dan RWPS juga memiliki perbedaan dalam sistem budidayanya. Pada lahan RWL menggunakan sistem pengairan yang tertutup agar lebih terkontrol, sedangkan lahan RWPS menggunakan sistem pengarus jadi ada sirkulasi.

Indah mengakui, kendala dalam pengembangan lahan rawa  di antaranya menetralkan tingkat keasaman lahan rawa yang tinggi dan memilih komoditas tanaman yang cocok ditanami di area semacam ini.

Kalahkan produktivitas Jawa

Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementan, Andriko Noto Susanto mengatakan, lahan rawa raksasa yang sedang dibangun produktivitasnya akan mengalahkan lahan sawah konvensional di Jawa.

Pasalnya, selain berada di areal luas, ketersediaan air juga melimpah. Hanya saja, tenaga kerja sangat terbatas. “Alat mesin pertanian (Alsintan) menjadi pilihan untuk mengembangkan lahan rawa. Selain produktif, cepat, biaya murah, juga mampu mengatasi keterbatasan tenaga kerja,” kata Andriko di Desa Talang Makmur, Kecamatan Telang, Banyuasin, Senin (7/1/2019).

Menurut Andriko, agar Alsintan bisa berkelanjutan, maka harus dikelola oleh sumberdaya manusia (SDM) pertanian milenial yang mempunyai skill tinggi, anti kemapanan, berani mengambil risiko, inovatif, dan suka menghadapi tantangan.

SDM milenial sangat sesuai mengelola lahan rawa karena upah menjadi lebih menarik, tidak kena lumpur, tidak kena panas, sehingga menjadi lebih kompetitif dibandingkan dengan bekerja sebagai buruh.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Arief Nugraha mengatakan, pemerintah perlu fokus pada peningkatan produktivitas lahan untuk mengatasi alih fungsi yang sudah banyak terjadi.

“Jika dibiarkan, kondisi ini semakin menyulitkan Indonesia untuk mencapai swasembada pangan,” katanya. Arief mengatakan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan.

Pertama, pemerintah harus memperhatikan ketersediaan akses irigasi sebagai sumber pengairan dari lahan-lahan pertanian. “Lahan yang memiliki akses irigasi, biasanya akan cenderung memiliki produktivitas yang lebih tinggi,” ujarnya dalam rilisnya, pekan lalu.

Berikutnya, penggunaan pupuk yang tepat. Cara ini dapat memacu hasil produktivitas lebih tinggi karena pupuk memberikan nutrisi tambahan terhadap tanah dan tanaman yang ditanam.

Dia menjelaskan, agar hasil maksimal, maka perlu menggunakan pupuk berkualitas tinggi dan penggunaan dosis yang tepat sesuai dengan kebutuhan dari tanah.

Jika penggunaan pupuk terlalu banyak, maka akan berdampak pada penurunan kualitas lahan tersebut dan berdampak pada produktivitas kedepannya

Menurut Arief, penggunaan pestisida dengan dosis yang tepat dapat membantu menjaga hasil panen dari serangan hama. Jika penggunaan pestisida terlalu banyak malah akan membuat hama pertanian semakin kebal terhadap pestisida ke depannya.

Keempat, penggunaan benih varietas unggulan sehingga mampu menghasilkan meningkatkan produksi. Benih kualitas tinggi akan menghasilkan produktivitas tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih biasa. PSP