BRI Kucurkan Kredit Rp750 Miliar ke Bulog

Kisruh harga daging yang berujung dugaan kartel dan penimbunan membawa berkah buat Perum Bulog. Pemerintahan menugaskan Perum Bulog untuk melakukan impor sapi siap potong sebanyak 50.000 ekor untuk menekan harga daging yang sempat mencapai Rp140.000/kg. Bahkan, Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga mengucurkan pinjaman impor sapi Rp750 miliar.

Direktur Pengadaan Perum Bulog, Wahyu mengatakan, Bulog segera memasukan sapi dari Australia. “Awal bulan September kita harapkan sapi impor ini sudah masuk ke Indonesia,” katanya kepada Agro Indonesia di Jakarta, pekan lalu.

Penugasan Perum Bulog untuk melakukan impor sapi tersebut berlandaskan pada Permentan No.42 Tahun 2015 tentang Pemasukan Sapi Bakalan, Sapi Indukan, dan Sapi Siap Potong yang merupakan revisi dari Permentan No.108 Tahun 2014.

Dalam Permentan sebelumnya disebutkan, rekomendasi teknis sapi siap potong yang diajukan ke Kementan hanya untuk stabilisasi harga. Setelah direvisi, Pasal 28 mendapat beberapa poin penambahan, termasuk pemasukan sapi siap potong oleh pelaku usaha dan BUMN untuk stabilisasi harga.

Untuk merealiasikan impor tersebut sekarang ini, pihak Bulog sedang mencari sapi di negara eksportir. Dia tidak menyebutkan, tahap pertama jumlah yang akan masuk karena harus dilihat dari kemampuan angkutan. “Saya belum bisa memastikan karena teman-teman sedang menggumpulkan sapi di negara eksportir. Selain itu, kita harus sesuaikan dengan kapasitas angkut kapal,” tegasnya.

Dia mengatakan, untuk merealiasikan impor tersebut, Bulog mengalokasikan dana sekitar Rp750 miliar. Dana berasal dari pinjaman Bank Rakyat Indonesia (BRI). “BRI siap mengucurkan dana sebesar itu. Jika masih kurang, banyak pihak yang ingin memberikan pinjaman,” tegasnya.

Wahyu mengatakan, daging sapi Bulog ini akan dijual tidak lebih dari Rp 100.000/kg. “Daging sapi Bulog dijual dengan harga murah. Kami sudah menjalin kerjasama dengan tiga asosiasi,” katanya.

Ketiga asosiasi tersebut yaitu Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI), Asosiasi Pengusaha Pemotongan Hewan Indonesia atau juga yang sering disebut asosiasi jagal, dan Asosiasi Pengusaha Daging dan Sapi Potong (Apdasi) Jawa Barat.

Menurut dia, kerjasama dengan tiga asosiasi tersebut dilakukan demi memperlancar upaya pemerintah dalam menekan lambungan harga di tingkat konsumen. “Jadi, kami sudah melangsungkan pertemuan dengan asosiasi itu. Intinya, kami ingin mengajak mereka kerjasama untuk menurunkan harga daging,” tegasnya.

Tidak hanya tiga asosiasi itu, Bulog juga akan mengajak para distributor atau Bandar yang biasanya memasok daging kepada pedagang. “Kerjasama ini penting dilakukan agar harga daging dapat terkendali,” tegasnya.

Sebelumnya, sekitar 12.000 pedagang daging di 153 pasar tradisional Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi) mogok berjualan dari Minggu (9/8) sampai Rabu (12/8) sebagai bentuk protes tingginya harga karkas yang mencapai Rp130.000/kg-Rp140.000/kg.

Kenaikan harga daging ini diduga karena pengusaha penggemukan sapi (feedloter) menahan untuk tidak melakukan pemotongan sapi, karena pemerintah hanya memberikan izin impor sapi bakalan triwulan III sebanyak 50.000 ekor. Padahal, pada triwulan I dan II, izin impor sapi bakalan yang dikeluarkan pemerintah sebanyak 400.000 ekor.

Tuduhan teroris

Direktur Eksekutif, Asosiasi Produsen Daging dan Feedloter Indonesia (Apfindo), Joni Liano mengatakan, demo para pedagang daging sapi tidak terkait dengan Apfindo. Bahkan, Apfindo membantah kalau kenaikan harga daging ini karena ulah anggota Apfindo yang tidak melakukan pemotongan.

“Yang jelas, kalau harga naik, suplai ke pasar berkurang. Ini berarti daging tidak tersedia cukup. Sementara pemerintah selalu mengatakan sapi lokal tersedia,” kata Joni.

Menurut dia, pemerintah triwulan I dan II memberikan izin impor sebanyak 400.000 ekor. Dari jumlah ini, yang sudah masuk ke Indonesia sebanyak 360.000 ekor. Sampai akhir Juli 2015, stok sapi potong di Apfindo tercatat sebanyak 178.781 ekor.

“Minggu kedua Agustus 2015, stok yang tercatat sekitar 160.000 ekor,” katanya. Untuk memenuhi kebutuhan daging wilayah Jabodetabek, setiap hari dipotong sekitar 600 ekor atau sebanyak 18.000 ekor/bulan.

Ditanya ada anggota yang tidak melakukan pemotongan, Joni menjawab, sepengetahuannya semua anggota tidak ada yang menahan untuk tidak melakukan pemotongan. Kalaupun ada yang tidak melakukan pemotongan, karena pada saat itu pedagang sedang mogok kerja. “Wah serem dong, kalau dituduh teroris,” kata Joni, menanggapi kemungkinan pengenaan pasal dalam UU No.15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme terhadap sejumlah feedloter.

Cukup untuk 4 bulan

Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan stok sapi potong yang ada sekarang ini cukup untuk empat bulan ke depan. “Kami sudah mengecek lapangan, sudah berdiskusi dengan pemilik peternakan, ternyata masih ada stok yang menurut perhitungan kami dan Kementerian Perdagangan itu cukup untuk empat bulan,” katanya.

Dia mengatakan, dari sekitar 43 perusahaan importir sapi potong, sebanyak 35 perusahaan yang sudah memberikan laporan stok yang dimiliki. Ke-35 perusahaan ini tersebar di Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Banten dan Jawa Timur.

Hingga tanggal 13 Agustus 2015, stok sapi potong di perusahaan anggota Apfindo tercatat di Lampung PT Agro Giri Perkasa mempunyai stok 10.884 ekor, Great Giant Live Stock (21.931 ekor), Elders Indonesia (0), Santosa Agrindo (12.543 ekor), Austasia Stockfeed (8.098 ekor), Andini Agro Loka (2.020 ekor), Lemang Mesuji Lestari (0), Fortuna Megah Perkasa (1.625 ekor), Nusantara Tropical Farm (3.649 ekor), Karunia Alam Sentosa Abadi (2.020 ekor) dan Indo Prima Beef (1.096 ekor).

Sementara di Sumatera Utara, PT Guna Prima Dharma Abadi tercatat mempunyai stok sapi siap potong sebanyak 2.960 ekor, Eldira Fauna Asahan (4.139 ekor), Lembu Andalas Angkat (2.151 ekor), Indofarm Sukses Makmur (3.018 ekor) dan Sumber Alam Permata Indah (778 ekor).

Sumatera Selatan PT Indah Gemilang Perkasa hanya mempunyai stok 1.787 ekor. Untuk Jawa Barat tercatat PT Citra Agro Buana Semesta dengan stok 8.064 ekor, Bina Mentari Tunggal (2.606 ekor), Andini Karya Makmur (4.639 ekor), Kadila Lestari Jaya (3.178 ekor), Kariyana Gita Utama (2.849 ekor), Widodo Makmur Perkasa (2.767 ekor), Pasir Tengah (8.216 ekor), Green Global Multifarm (0), Andini Persada Sejahtera (1.824 ekor), Sadajiwa Niaga Indonesia (0), Agrisatwa Jaya Kencana (13.900 ekor), Rumpinary Agro Industri (6.541 ekor), Mitra Agro Sangkuriang (3.698 ekor), Mitra Agro Sampurna (2.484 ekor) dan Catur Mitra Taruma (2.615 ekor).

Di Banten tercatat Tanjung Unggul Mandiri (15.000 ekor), Brahman Perkasa Sentosa (3.524 ekor), Lembu Jantan Perkasa (7.015 ekor), Legok Makmur Lestari (8.900 ekor), Sukses Ganda Lestari (1.218 ekor) dan Septia Anugerah (1.044 ekor) dan di Jawa Timur, PT Santosa Agrindo tidak mempunyai stok.

Amran menjelaskan, berdasarkan pengecekan di lapangan itu, pihaknya mendapatkan sapi yang cukup. “Sekarang ini perkiraan terakhir jumlahnya sekitar 160.000 ekor sapi. Jumlah ini cukup untuk empat bulan dengan hitungan 40.000 ekor sapi setiap bulannya,” katanya.

Meski mengakui ada kenaikan harga daging sapi di pasaran, Amran berharap Kepolisian RI bisa menindak tegas apabila ada indikasi pelanggaran dalam distribusi komoditas pangan.

Amran menegaskan, pemerintah akan bertindak tegas bagi pelaku penggemukan sapi atau feedloter yang menahan stok. Ancaman penghentian izin impor sapi bakalan bagi feedloter yang menahan stok. “Kalau ada (feedloter) yang salah akan ditindak tegas. Tunggu polisi selidiki, bukan kami. Secara pribadi, kalau ada permainan seperti ini saya tidak akan kasih rekomendasi (impor) berikutnya,” tegasnya.

Sebaliknya, jika ada feedloter yang berkinerja baik, pemerintah akan memberikan pertimbangan yang baik dalam memberikan rekomendasi impor. Jika ada kartel, menurut Amran, urusannya penegak hukum. Jamalzen