Buah naga organik Wonogiri tembus pasar Jerman. Budidaya buah naga ini dilakukan di setiap pekarangan rumah warga dan di tepi jalan desa, terutama di wilayah Beji, Kecamatan Nguntoronadi. Kabupaten Wonogiri.
Petugas PP Kecamatan Nguntoronadi, Wahyu Nugroho menjelaskan. buah naga dari kawasan tersebut menjadi produk unggulan ekspor ke Jerman.
Sedikitnya 750 kg/minggu, buah naga organik rutin dikirim ke Jerman. “Hampir semua keluarga di Desa Beji menanam buah naga organik dengan menggunakan pupuk kandang dan pupuk organik cair yang diproduksi sendiri oleh petani,” katanya saat dihubungi, Kamis (9/7/2020)
Menurut Wahyu, setiap pekarangan rumah rata-rata memiliki 5-10 tiang beton penyangga pohon buah naga dan tiap tiang berisi 4 – 5 pohon. “Ada sekitar 300 petani buah naga dan 97 di antaranya sudah bersertifikasi internasional,” tambahnya.
Wahyu mengatakan. untuk lahan yang sudah ada jumlah produksi buah naga ditaksir mencapai 15-16 ton/musim. Semuanya sudah standar organik untuk pasar Eropa.
“Jumlah itu akan terus ditambah untuk memenuhi permintaan pasar mancanegara yang belum terpenuhi seluruhnya yaitu sebesar 1 ton per minggu,” tegasnya.
Kemitraan dengan eksportir buah naga semakin meningkatkan pendapatan petani. Jika dijual di pasar lokal dengan harga fluktuatif murah, maka dengan ekspor harga mencapai Rp 20.000/kg.
Siswarsini, pembudidaya buah naga organik yang juga Ketua KWT Pelangi Kelurahan Beji menyebutkan ekspor buah naga pada awalnya dimulai dari pertemuan antara Gapoktan Beji Makmur, Petugas Penyuluh Lapangan dan anggota KWT dengan eksportir asal Kulonprogo.
Dalam pertemuan tersebut akhirnya disepakati eksportir yang siap membantu sertifikasi internasional buah naga organik. “Setelah menjalani beberapa persyaratan kriteria yang harus dipenuhi, akhirnya sejak tahun 2018 kami bisa mulai ekspor,” tegasnya.
Terbitnya sertifikat internasional dilanjutkan dengan pengiriman sampel buah naga organik ke Jerman. Pengiriman itu dibalas dengan kunjungan importir asal Jerman beberapa waktu kemudian.
Dirjen Hortikultura, Prihasto Setyanto terus mengupayakan agar pengembangan buah organik dapat terus ditingkatkan. Pertanian organik adalah sistem budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis.
Menurut Dirjen, pertanian organik merupakan sebuah solusi pertanian berkelanjutan, khususnya pada petani. Pertanian organik seiring dengan pangsa pasar yang semakin terbuka, tidak hanya karena bernilai ekonomis tinggi.
“Pertanian organik juga penting untuk perbaikan ekosistem pertanian yang kian rusak terpapar bahan sintetik atau kimiawi seperti pestisida,” kata Anton, panggilan akrab Prihasto.
Anton menambahkan, lahan pertanian yang dikelola secara organik akan lebih tahan terhadap hama dan penyakit karena diperlakukan secara alami tanpa bahan kimia.
“Sehingga dengan sendirinya memberikan tingkat kesuburan pada tanah sehingga tanah menjadi lebih sehat yang otomatis meningkatkan ketahanan tanaman itu sendiri,” imbuh dia.
Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman mengungkapkan kalau salah satu pasar buah yang terbuka luas adalah pasar Eropa. Permintannya terus meningkat yang sayangnya belum dapat dimanfaatkan dengan baik karena pasar Eropa menghendaki produk buah organik.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Atase Pertanian di KBRI Brussel dan eksportir buah ke Eropa mengenai hal ini,” katanya.
Dia menambahkan untuk memanfaatkan celah pasar buah organik, pihaknya akan menggiatkan dan mengupayakan pengembangan kawasan buah yang berbasis organik. “Terutama untuk buah yang diminati di Eropa, salah satunya buah naga,” tegasnya. Jamalzen