Ketiklah Rumpin di mesin pencarian Google. Hasilnya adalah beragam informasi tentang galian pasir, batu, polusi debu, dan jalan yang rusak akibat lalu lalang dump truck berkapasitas besar melampaui kapasitas jalan.
Kenyataannya, situasi di salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor itu memang tak jauh-jauh dari informasi yang disajikan Google. Sejak masifnya pembukaan lahan tambang galian pasir dan batu pada tahun 2001, berton-ton batu andesit, pasir, kerikil, dan tras dieksploitasi dari Rumpin untuk menyokong pembangunan di Ibukota Jakarta dan daerah-daerah tetangga. Rumpin pun identik dengan gersang.
Di satu sisi, tambang galian pasir dan batu memang memberi dampak positif pada perekonomian sebagian masyarakat. Namun jangan lupakan juga sisi lainnya dimana aktivitas tersebut memberi dampak negatif pada lingkungan.
Citra Rumpin bisa diubah lebih hijau dan rindang. Berbagai jenis pepohonan mulai dari tanaman kehutanan hingga buah-buahan bisa ditanam. Apalagi sejatinya, Rumpin adalah penghasil berbagai jenis buah-buahan eksotis seperti petai dan durian. Bahkan ibarat pepatah ‘kerbau punya susu, sapi punya nama’, durian Parung yang terkenal itu sebenarnya banyak dipanen di Rumpin.
Tentu mengubah citra Rumpin tak semudah membalik telapak tangan. Perlu waktu dan bertahap yang melibatkan berbagai unsur termasuk pemerintah dan masyarakat. Keterlibatan anak-anak sekolah pun menjadi penting karena merekalah yang nantinya mewarisi Rumpin di masa depan.
Untuk itu Korea Indonesia Forest Center (KIFC) bekerja sama dengan Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BDLHK) Bogor dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDAS-HL) Citarum Ciliwung-Bogor, menggelar One Day Outdoor Learning: Pembuatan Semai dan Penanaman Pohon untuk siswa sekolah yang ada di Rumpin.
Co Director KIFC Sugeng Marsudiarto menjelaskan, kegiatan itu digelar untuk menumbuhkan kepedulian dan cinta terhadap pohon dan hutan bagi para siswa sekolah. Kegiatan itu juga ditujukan agar para siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan semai dan penanaman pohon.
“Siswa dan siswi sekolah yang memiliki sikap dan perilaku cinta terhadap pohon dan hutan ini diharapkan kelak dapat menjadi agen perubahan di lingkungan sekolahnya maupun di lingkungan tempat tinggalnya, dan kelak ketika dewasa mereka pun diharapkan akan dapat berperan pada skala yang lebih besar,” kata Sugeng saat pembukaan kegiatan di Rumpin Seed Source and Nursery Center (RSSNC), Selasa (12/11/2019).
Sebagai informasi (RSSNC) adalah sebuah proyek kerja sama bilateral antara Pemerintah Republik Korea dengan Pemerintah Republik Indonesia di bidang teknologi perbenihan dan persemaian dengan menggunakan teknologi kultur jaringan untuk menghasilkan benih dan bibit unggul.
Kegiatan One Day Outdoor Learning diikuti oleh 120 peserta dari 12 sekolah mulai tingkat sekolah dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) yang ada di Rumpin. Mereka mengikuti kegiatan yang digelar bertahap selama tiga hari yaitu pada 12, 15, dan 16 November 2019, sesuai tingkatan sekolah.
Sugeng menjelaskan, kegiatan yang dilaksanakan itu juga bertepatan untuk menyongsong Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) pada 28 November dan Bulan Menanam Nasional tahun 2019. “Dengan dukungan fasilitator dari BDLHK Bogor, KIFC juga akan menyelenggarakan kegiatan yang serupa di Sentul Eco Edu Tourism Forest (SEETF), dengan melibatkan siswa dan siswi sekolah yang berada di sekitar SEETF pada tanggal 18 November 2019,” kata Sugeng.
Partisipasi Aktif
Penyuluh kehutanan BDLHK Bogor yang menjadi fasilitator kegiatan, Rina Rinawati menjelaskan, dalam kegiatan outdoor learning peserta diberi informasi tentang manfaat pohon bagi kehidupan manusia. Mulai dari memberi keteduhan, menyediakan oksigen, hingga memproduksi berbagai komoditas pangan. “Peserta juga diberi pemahaman akan dampak negatif jika dirusak dan lahan dibiarkan gundul tidak ditanami,” katanya.
Peserta kemudian diberi keterampilan tentang cara sederhana melakukan seleksi benih pohon yang berkualitas baik, mengenali bibit pohon yang berkualitas baik untuk ditanam, membuat persemaian sederhana serta cara menanam bibit pohon dan memelihara dengan benar.
“Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah learning by doing langsung di lapangan, yang dilengkapi dengan kuis dan game agar para peserta bisa secara aktif dan gembira untuk berpartisipasi,” kata Rina.
Peserta yang terlibat memang terlihat begitu bersemangat selama mengikuti kegiatan. Apalagi saat fasilitator mensimulasikan dampak dari lahan gundul akibat ketiadaan pohon. Simulasi menggunakan dua alat peraga berupa kotak yang diisi tanah. Satu kotak dipenuhi pepohonan, satu kotak lainnya hanya berisi tanah sebagai gambaran lahan gundul. Saat air dari alat penyiram dituang, untuk mensimulasikan hujan, air kecoklatan mengalir dari kotak yang hanya berisi tanah. Sebaliknya, pada kotak yang dipenuhi pepohonan, mengalir air yang bening. Ini membuktikan tanpa pohon, tanah bisa tergerus saat hujan. Sebaliknya keberadaan pohon bisa mencegah erosi dan menyerap air ke dalam tanah.
Salah satu peserta, Abin, mengaku sangat senang bisa mengikuti kegiatan tersebut. Dia menuturkan, dia mendapat banyak pengetahuan baru tentang manfaat pohon bagi kehidupan. “Aku bisa belajar cara menanam dan merawat pohon. Aku juga belajar bagian-bagian pohon dan manfaatnya,” kata Abin yang masih bersekolah di SD An Najah.
Camat Rumpin Rusliandy menuturkan, kesan yang melekat pada Rumpin saat ini memang pasir dan batu. Dia menyatakan akan terus mendorong aktivitas penanaman pohon oleh warga dan para pihak terkait agar Rumpin bisa lebih hijau. “Kegiatan Outdoor Learning ini sangat baik bagi siswa untuk mempelajari berbagai manfaat pohon. Kami sangat mendukung agar kegiatan seperti ini bisa berlangsung secara berkesinambungan,” katanya.
Di akhir kegiatan, siswa sekolah peserta One Day Oudoor Learning membacakan ikrar rimbawan milenial untuk menjaga dan merawat pohon demi kelangsungan generasi di masa yang akan datang. “Lestari hutanku, lestari alamku!!”
Sugiharto