Di Tengah Perang Dagang, Industri Furnitur Nasional Masih Bisa Tumbuh

Di tengah kondisi geopolitik dunia yang berubah dan diwarnai perang dagang, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) tetap optimis bahwa industri mebel dan kerajinan Indonesia masih akan tetap bertumbuh dengan baik. Industri furnitur tercatat terus memperlihatkan kinerja positif dan berkontribusi pada perekonomian nasional. Data Expert Market Research menyatakan nilai pasar furnitur global tahun 2024 mencapai 660 miliar dolar AS, dan diperkirakan akan terus tumbuh sebesar 4,9 persen pada periode 2025 hingga 2034. Penyelenggaraan pameran internasional menjadi sebuah hal yang signifikan untuk mendukung potensi pertumbuhan industri furnitur Indonesia.
Hal ini disampaikan Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, saat membuka pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2025 di Jakarta (6/3/2025) bersama dengan Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti Widya Putri.
Faisol berharap industri furnitur bisa terus berinovasi dalam hal desain, penggunaan bahan baku dan bahan baku penolong ramah lingkungan, menerapkan teknologi yang lebih efisien, dan menerapkan konsep sirkuler ekonomi.
“Dengan upaya maksimal dari seluruh pelaku industri dan dukungan dari stakeholders terkait, saya optimis kita akan bisa meningkatkan produktivitas industri furnitur, meningkatkan ekspor, dan memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri,” ujar Faisol.
Melihat angka Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Februari mencapai nilai 53,15, sejalan dengan Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia sebesar 53,6, keduanya berada pada level ekspansi. Wamenperin menyampaikan pelaku industri dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk pasar dalam negeri agar tumbuh lebih baik dan semakin berdaya saing.
Apalagi, adanya tren permintaan furnitur saat ini seperti furnitur ramah lingkungan, terintegrasi dengan teknologi (smart features), desain multifungsional, modular hingga customized, mendorong pengusaha industri furnitur dan kerajinan untuk berinovasi melibatkan teknologi dalam proses manufakturnya.
“Contohnya seperti peningkatan penggunaan teknologi 4.0 pada metode pemasaran seperti Augmented Reality (AR) yang dapat mempermudah belanja furnitur secara online. Kemudian dari sisi produksi, teknologi 3D Printing juga semakin banyak digunakan untuk mempermudah proses desain dan mengurangi biaya produksi,” kata Faisol.
Dijelaskan, Kementerian Perindustrian telah melakukan beberapa langkah strategis untuk mendukung pertumbuhan industri furnitur antara lain dengan memfasilitasi ketersediaan bahan baku, memfasilitasi ketersediaan SDM, memfasilitasi peningkatan pasar dan penguatan riset referensi pasar, memfasilitasi peningkatan produktivitas, kapasitas, dan kualitas produk, serta memfasilitasi iklim usaha dan investasi.
Industri Strategis
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur, mengatakan industri mebel dan kerajinan adalah industri yang sangat strategis. Selain sebagai industri padat karya, industri ini juga merupakan industri berbasis kreatif yang mampu bertahan lama. Untuk mendukung pertumbuhan industri, ia berharap pemerintah dapat membantu dalam hal regulasi.
“Kami berharap pemerintah bisa membantu dalam hal regulasi yang menghambat pertumbuhan industri misalnya terkait Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Agar SVLK cukup diberlakukan di hulu saja. Ini cukup menunjukkan industri mebel kita sadar akan lingkungan,” ujar Sobur.
Regulasi yang memudahkan pelaku industri tentu akan berdampak positif bagi pertumbuhan industri mebel dan kerajinan. Meskipun secara global masih ada perlambatan ekonomi dan permintaan akibat perubahan geopolitik, dirinya masih optimis bahwa industri akan tetap bisa bertumbuh. Sampai dengan November 2024, ekspor produk mebel dan kerajinan mencapai 2,37 miliar dolar AS , naik dari tahun sebelumnya yang mencapai 2,22 miliar dolar AS.
Momentum penyelenggaraan Indonesia International Furniture Expo (IFEX) sebagai pameran furnitur terbesar di Indonesia dan kawasan sekitar bisa dimanfaatkan untuk memperkenalkan produk furnitur Indonesia ke pasar-pasar alternatif di atas. Terlebih, pada tahun ini genap satu dekade IFEX membantu mempromosikan produk unggulan furnitur Indonesia ke pasar internasional. IFEX telah menjadi salah satu tujuan utama para buyers internasional dan merupakan bagian dari Asia Furniture Show Circle.
Sementara itu Daswar Marpaung, Presiden Direktur Dyandra Promosindo menyatakan IFEX tidak hanya menjadi momentum bagi pertumbuhan ekonomi, tetapi menjadi wadah yang efektif bagi perajin lokal untuk memasuki dan bersaing di pasar global. “Melalui IFEX, kami ingin membuka peluang seluas-luasnya bagi perajin Indonesia untuk memamerkan karya terbaik, menjalin kemitraan strategis, dan memperluas jaringan pasar mereka,” ujar Daswar.
IFEX 2025 menargetkan mampu menarik 14 ribu pengunjung dari lebih dari 100 negara di dunia. IFEX juga diharapkan memberikan kontribusi signifikan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sektor industri furnitur dan kerajinan. “HIMKI optimis IFEX akan terus memiliki posisi penting dalam mempromosikan dan meningkatkan industri furnitur sekaligus berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” pungkas Sobur. Buyung N