Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita diminta untuk bertindak cermat dalam membuat kebijakan tentang ekspor rotan dan log karena berkaitan erat dengan kelangsungan usaha produsen furnitur dan kerajinan di dalam negeri.
“Kami minta Mendag untuk tidak berspekulasi dalam membuat regulasi yang datanya belum lengkap,” ujar Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Sunoto, di Jakarta, Selasa (28/11/2017).
Permintaan itu dilontarkan HIMKI karena saat ini adanya desakan yang begitu kencang kepada Mendag untuk membuka kran ekspor rotan mentah dan kayu gelondongan (log), salah satunya datang dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) .
Desakan dibukanya ekspor rotan mentah dan log itu dikarenakan pasokan rotan dan log di dalam negeri tidak terserap seluruhnya oleh industri pengguna di dalam negeri. Namun menurut pihak HIMKI, belum ada data akurat mengenai produksi rotan dan kayu dari sektor hulu.
Sedangkan dari pihak hilir, yakni HIMKI, Sunoto menjelaskan kalau kebutuhan industri rotan dan kerajinan terhadap bahan baku rotan mencapai 4.900 ton per bulan. Sedangkan kebutuhan kayu mencapai 9 juta meter kubik per tahun.
Menurutnya munculnya desakan bagi pembukaan kran ekspor rotan mentah dan log telah menimbulkan keresahan bagi pelaku usaha yang bergerak di bidang barang jadi mengingat bahan baku kayu dan rotan yang ada di Indonesia sangat dibutuhkan oleh para pelaku industri di alam negeri.
“Bahkan saat ini industri sudah semakin susah untuk mendapatkan bahan baku yang berkualitas. Jika kran ekspor bahan baku dibuka akan terjadi penurunan daya saing industri di dalam negeri,” jelasnya.
Sunoto mencontohkan, di sentra industri rotan, yakni Cirebon, Solo, Surabaya dan Jepara, banyak produsen yang kesulitan mendapatkan bahan baku. Dampaknya, sekitar 40 % pesanan terpaksa ditolak karena mereka takut tak mendapatkan bahan baku.
Dengan kondisi yang terjadi saat ini, HIMKI meminta kepada pemerintah untuk tidak menindaklanjuti dan menghapus wacana kembali dibukanya ekspor bahan baku kayu log dan rotan karena berpotensi menggerus permintaan ekspor mebel dan kerajinan serta merusak iklim industri dalam negeri.
Sebagai solusi bagi penyerapan produksi rotan dan log di dalam negeri, Sunoto menyatakan HIMKI mengajak semua pihak terkait untuk membuat sistem tatakelola bahan baku rotan dan log secara proporsional. “Dari hulu hingga hilir harus seimbang karena jika salah satu mati, maka yang satunya juga mati,” ucapnya.Buyung