Dukungan Sarana dan Prasarana Mampu Tingkatkan Produksi Beras

Kementerian Pertanian (Kementan) menilai peningkatan produksi beras sepanjang 2021 tak lepas dari strategi dan kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk membangun ketahanan pangan nasional.

“Upaya Kementan dalam menyediakan ketersediaan stok pangan utamanya produksi beras, terbukti memberi hasil yang menggembirakan,” ujar Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Ali Jamil.

Dia menyebutkan peningkatan produksi beras itu tentunya upaya seluruh pihak, termasuk seluruh jajaran Kementan. “Kami (Ditjen PSP, Red.) yang bertanggung jawab dalam penyediaan infrastruktur pertanian tentunya memberikan dukungan dalam peningkatan produksi beras,” katanya kepada Agro Indonesia di Jakarta, Jumat (22/10/2021).

Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan, produksi padi tahun ini berpotensi mencapai 55,27 juta ton gabah kering giling (GKG), atau naik 1,14% dari 2020 yang sebesar 54,65 juta ton GKG.

Produksi padi sebesar itu setara dengan 31,69 juta ton beras, yang artinya produksi beras 2021 diproyeksikan meningkat 1,12% dibanding 2020 yang hanya 31,33 juta ton. Peningkatan produktivitas tanaman padi menjadi pemicu kenaikan produksi tersebut.

Dalam publikasi BPS disebutkan, produksi padi sepanjang Januari-September 2021 diperkirakan sekitar 45,61 juta ton GKG atau naik 65.390 ton (0,14%) dari periode sama 2020 yang sebesar 45,55 juta ton GKG.

Sementara itu, potensi produksi sepanjang Oktober-Desember 2021 sebesar 9,66 juta ton GKG. “Dengan demikian, total potensi produksi padi pada 2021 diperkirakan mencapai 55,27 juta ton GKG, atau naik 620.420 ton dari 2020 yang sebesar 54,65 juta ton GKG.

“Jika dikonversikan menjadi beras, maka produksi beras pada 2021 diperkirakan 31,69 juta ton atau naik 351.710 ton dari 2020,” kata Kepala BPS Margo Yuwono, Jumat (15/10/2021).

Realisasi panen padi Januari-September 2021 seluas 8,77 juta hektare (ha) atau turun 237.650 ha (2,64%) dari realisasi 2020 seluas 9,01 juta ha. Sementara potensi panen Oktober-Desember 2021 seluas 1,75 juta ha (meningkat 0,10 juta ha atau 5,80% dari periode sama 2020).

Dengan begitu, total potensi luas panen padi 2021 diperkirakan 10,52 juta ha atau turun 141.950 ha (1,33%) dari 2020 seluas 10,66 juga ha. Luas panen tertinggi pada 2021 terjadi pada Maret, yaitu 1,79 juta ha dan luas panen terendah terjadi pada Januari, yaitu 0,41 juta ha.

Berdasarkan hasil Survei Kerangka Sampel Area (KSA), terjadi pergeseran puncak panen padi 2021 dibandingkan 2020. Puncak panen padi 2021 terjadi pada Maret dan puncak panen 2020 pada April.

Produksi padi tertinggi pada 2021 terjadi pada Maret sebesar 9,67 juta ton GKG, sementara produksi terendah pada Januari sebesar 2,08 juta ton GKG. Berbeda dengan produksi pada 2021, produksi tertinggi pada 2020 terjadi pada April.

Tiga provinsi dengan total potensi produksi padi (GKG) tertinggi pada 2021 adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Sementara itu, tiga provinsi dengan potensi produksi padi terendah adalah Kepulauan Riau, DKI Jakarta, dan Papua Barat.

Naik

Kenaikan produksi padi yang relatif besar pada 2021 terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Sementara itu, penurunan produksi padi pada 2021 yang relatif besar terjadi di Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, dan Kalimantan Selatan.

Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi padi Januari-September 2021 setara 26,15 juta ton beras atau naik 32.150 ton (0,12%) dari periode sama 2020 sebesar 26,11 juta ton.

Sementara potensi produksi beras Oktober-Desember 2021 sebesar 5,54 juta ton beras. Dengan begitu, produksi beras pada 2021 diperkirakan 31,69 juta ton beras.

Produksi beras tertinggi pada 2021 terjadi pada Maret sebesar 5,54 juta ton, sedangkan produksi beras terendah pada Januari sebesar 1,19 juta ton. Berbeda dengan produksi pada 2021, produksi beras tertinggi pada 2020 terjadi pada April.

Perkiraan BPS itu didasarkan pada luas lahan baku sawah nasional yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri ATR/Kepala BPN No.686/SK-PG.03.03/XII/2019 tanggal 17 Desember 2019, yakni 7.463.948 ha.

Pengamatan fase tumbuh padi untuk menghitung luas panen dengan KSA yang dikembangkan bersama BPPT dan telah mendapat pengakuan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Sedangkan produktivitas per hektare dari Survei Ubinan yang telah dilakukan penyempurnaan dengan mengganti metode ubinan berbasis rumah tangga menjadi berbasis sampel KSA.

Khusus penghitungan potensi produksi padi periode September-Desember 2021 menggunakan pendekatan produktivitas Sub-round III 2020.

Program PSP

Ali Jamil mengatakan, dukungan Ditjen PSP dalam pencapaian produksi komoditas pertanian khususnya di tahun 2021 diimplementasikan dalam program, kegiatan dan anggaran. “Kegiatan atau program PSP adalah yang mendukung peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan produksi dan kualitas konsumi pangan,” tegasnya.

Dia menyebutkan, kontribusi Ditjen PSP dalam meningkatkan produksi pangan atau beras antara lain pembangunan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier sebanyak 5.150 unit, membangun Irigasi Perpompaan 705 unit Irigasi Perpipaan sebanyak 152 unit, Embung Pertanian dan Bangunan Konservasi Air 401 unit.

Selain itu, alokasi pupuk bersubsidi sebanyak 9,04 juta ton, Alat mesin pertanian prapanen, Jalan Usaha Tani (JUT), UPPPO serta asuransi pertanian dan akses permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian.

Pada Tahun 2021, Kementan juga mentargetkan KUR Pertanian sebesar Rp70 triliun, untuk pembiayaan sektor pertanian seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan jasa pertanian.

“Dengan fasilitas KUR ini, petani dan pelaku usaha bidang pertanian mendapat akses permodalan dengan bunga rendah. Respon masyarakat cukup baik. Ini terbukti dari realisasi penyaluran KUR Pertanian sudah mencapai diatas 80%,” tegasnya.

Ali Jamil juga menyebutkan, penggunaan bibit unggul menjadi penting dalam memaksimalkan hasil produksi pertanian. Sinergi yang dilakukan jajaran Kementan, mulai dari infrastruktur pertanian sampai hilir, memperkuat dalam menyediakan ketersediaan pangan bagi rakyat Indonesia.

Irigasi Dongkrak Produktivitas Pertanian

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) juga terus mengupayakan penyediaan air dengan membangun embung, damparit, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, perpompan dan irigasi perpiaan.

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil mengatakan, program pengairan merupakan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

“Irigasi merupakan program strategis agar produktivitas dan tingkat kesejahteraan petani meningkat. Irigasi menjadi solusi bagi pertanian,” katanya.

Dia mengatakan, Kementan telah melakukan optimalisasi pemanfaatan sumber air, seperti embung, bendungan, waduk, penggunaan pompa, dan alat mesin pertanian (alsintan) untuk memitigasi kekeringan.

“Sementara, langkah untuk mengatasi banjir adalah dengan kegiatan normalisasi saluran penampungan air, termasuk perbaikan embung, optimalisasi bantuan pompa sumur suntik, dan kegiatan setara lain,” katanya.

Irigasi, lanjutnya, merupakan program strategis dalam konteks pengairan lahan pertanian. Dengan irigasi, budidaya akan berkembang dengan baik karena pertanian tak boleh terganggu oleh faktor apapun.

“Ketika musim kemarau tiba, petani tak perlu khawatir karena ada irigasi yang akan memasok air sehingga produktivitas pertanian tetap terjaga,” ujarnya.

Direktur Irigasi Pertanian Ditjen PSP Kementan, Rahmanto menerangkan, irigasi pertanian diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Jadi, irigasi tak hanya berguna untuk sektor tanaman pangan, tetapi juga untuk sektor hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

“Irigasi adalah faktor teknis untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Jika produktivitas naik, kesejahteraan petani juga meningkat,” katanya.

Selain masalah ketersediaan air, pupuk juga memegang peranan penting dalam peningkatkan produksi pertanian terutama beras. “Kami terus bekerja untuk memastikan ketersediaan pupuk subsidi untuk petani. Kami memahami betul bahwa kebutuhan pupuk subsidi di kalangan petani ini amat tinggi,” ujar.

Ali Jamil menghimbau petani agar bijak menggunakan pupuk subsidi. Jika petani bijak menggunakan pupuk secara berimbang, maka produktivitas pertanian dipastikan tetap bisa dipertahankan.

“Jika pupuk digunakan dengan baik, otomatis produktivitas meningkat, meskipun alokasi pupuk subsidi tahun ini tidak sebanyak permintaan dari petani,” tegasnya.

Menurut dia, pupuk bersubsidi diberikan untuk merangsang petani dan mengenalkan cara menggunakan pupuk yang baik. “Subsidi hanya untuk merangsang petani kita dan memperkenalkan cara menggunakan pupuk yang baik. Apakah subsidi atau tidak subsidi, bukan itu persoalannya, tapi apakah margin keuntungan lebih besar,” ujar Ali.

Ali menegaskan, pupuk merupakan kebutuhan mendasar agar budidaya pertanian berkembang dengan baik. Tanpa pupuk, Ali menjamin budidaya pertanian tak akan berkembang dengan baik.

Dia menyebutkan, dengan pemupukan yang baik, produktivitas hasil pertanian juga dapat dipastikan meningkat. “Pupuk ini juga erat kaitannya dengan peningkatan produktivitas pertanian. Pemupukan yang baik akan berpengaruh besar terhadap hasil panen petani,” ujarnya. PSP