El Nino Ancam Produksi Beras Thailand

foto: Antara

Tanda-tanda El Nino bakal mengurangi produksi beras dunia mulai terlihat. Setidaknya, Thailand, eksportir beras terbesar kedua di dunia, mulai ancang-ancang menghadapi kekeringan dengan mengurangi indeks pertanaman (IP) petaninya.

Jika biasanya petani Thailand menanam dua kali dalam setahun, namun dengan adanya El Nino yang menguat tahun ini, Kantor Sumberdaya Air Nasional (ONWR) Thailand meminta petani hanya satu kali menanam padi tahun ini ketimbang dua kali seperti biasanya karena curah hujan yang di bawah rata-rata.

Seperti diketahui, padi merupakan tanaman yang butuh air intensif dan tergantung dengan irigasi serta curah hujan yang cukup. Ini merupakan tanda-tanda awal bagaimana fenomena El Nino mulai mengancam produksi pangan global. Menurunnya produksi beras jelas masalah besar buat separuh lebih penduduk dunia karena harga yang naik.

Munculnya El Nino juga sudah berkontribusi terhadap cuaca yang lebih panas di Asia Tenggara dalam beberapa minggu terakhir. Pola cuaca ini biasanya memang menjadikan suhu menjadi lebih panas, dan kering di banyak bagian Asia. Selain beras, penurunan produksi pertanian juga terjadi untuk minyak sawit, kakao dan gula, di mana untuk komiditi terakhir ini Thailand juga produsen besar.

Produksi gula Thailand kemungkinan menurun ke level terendah kedua sejak 2009-2010 pada musim giling yang biasanya terjadi pada Oktober, ujar trader Czarnikow Group Ltd. dalam catatannya seperti yang dilansir Bloomberg.

Musim hujan Thailand, kata Sekjen ONWR, Surasee Kittimonthon seperti dikutip Bangkok Post, akan dimulai sedikit lebih lambat, dengan periode hujan yang terputus-putus pada bulan Juni. Biasanya, musim hujan dimulai pada pekan ketiga Mei.

ONWR juga telah menyusun rencana pengelolaan air di bendungan-bendungan yang ada untuk membantu menghemat air. Keberhasilannya, kata dia, tergantung pada kerja sama yang erat dengan semua pemangku kepentingan, terutama petani, untuk menghemat air.

“Kami bisa menyalurkan air ke petani untuk tanaman padi pertama, mulai musim hujan,” paparnya. “Namun untuk tanaman kedua atau ketiga (IP200 dan IP300), kami minta kerja sama petani untuk menanam tanaman lain yang lebih sedikit membutuhkan air guna membantu mengatasi keterbatasan air.”

ONWR telah membahas pengelolaan air untuk musim hujan dengan Departemen Irigasi Kerajaan, Departemen Meteorologi, Departemen Sumberdaya Air, Otorita Pembangkit Listrik Thailand (Egat), Administrasi Metropolitan Bangkok (BMA) dan sejumlah instansi lainnya.

Menurut Surasee, curah hujan akan berkurang 5% dari rata-rata. Hujan lebat akan terjadi pada Agustus hingga September, yang mencakup di 60%-80% wilayah Thailand.

Sementara itu, Departemen Irigasi Kerajaan mengatakan, kapasitas air waduk Bendungan Bhumibol di Provinsi Tak saat ini mencapai 43%, sedangkan Bendungan Sirikit di Uttaradit hanya 22%. AI