Bank Exim (Ekspor-Impor) AS menyepakati pemberian pinjaman 99,7 juta dolar AS (sekitar Rp1,5 triliun) kepada PT Kilang Pertamina Balikpapan Petroleum Refinery untuk Refinery Development Master Plan (RDMP). Namun, kesepakatan direksi Bank Exim ini dinilai melanggar janji Presiden Joe Biden untuk menghentikan penyaluran dana masyarakat untuk proyek-proyek besar bahan bakar fosil di luar AS.
Rencana pemberian kredit itu disetujui dalam rapat tertutup dewan direksi untuk membantu meningkatkan produksi bensin menjadi 101.000 barel per hari (bph) di PT Kilang Pertamina Balikpapan Petroleum Refinery. Persetujuan pinjaman, keputusan besar pertama kali yang dilakukan Bank Exim untuk bahan bakar fosil sejak Biden menjadi presiden dan menjanjikan akan menahan laju pengucuran dana masyarakat, memicu kemarahan dan kecaman keras dari kelompok lingkungan hidup dan bantahan dari Gedung Putih.
“Pemerintah mendukung komitmennya untuk mengakhiri dukungan baru pendanaan publik langsung untuk sektor energi bahan bakar fosil internasional,” ujar jubir Dewan Keamanan Nasional, Adam Hodge seperti dikutip Bloomberg, Jumat (12/5). Dia menekankan bahwa Bank Exim adalah lembaga independen yang beroperasi berdasarkan statutanya sendiri. “Exim telah membuat keputusan independen untuk menyetujui pemberian pinjaman berdasarkan kewenangannya dan keputusannya itu tidak mencerminkan kebijakan pemerintah.”
Langkah Bank Exim ini menambah rekam jejak Presiden Biden yang timpang, tidak tegak lurus, dalam menghadapi perubahan iklim. Apalagi, persetujuan itu juga diberikan pada saat Dinas Perlindungan Lingkungan (EPA) berencana memangkas lebih lanjut emisi gas rumah kaca.
Biden telah meneken UU perubahan iklim dan mengambil langkah bersejarah untuk membesarkan energi terbarukan, tapi pemerintahannya juga telah menyetujui beberapa perusahaan bahan bakar fosil — termasuk pengembangan minyak dan ekspor gas alam di blok migas Willow CoconoPhillips dari Alaska. Hal itu membuat kredensial hijaunya pun menjadi sorotan orang.
AS merupakan 1 dari 34 negara yang telah berjanji menghentikan dukungan langsung penggunaan dana masyarakat untuk proyek-proyek migas pada akhir 2022. Secara terpisah, Biden juga berjanji memangkas pendanan proyek-proyek energi fosil di luar negeri dari dana masyarakat dan telah menandatangani Keppres tersebut pada minggu pertama dia menjabat sebagai Presiden AS.
Kelompok lingkungan menilai langkah itu pengkhianatan. “Dukungan Bank Exim untuk proyek penyulingan di Indonesia sejalan dengan pengumuman Presiden Biden mengenai perlunya mengambil langkah iklim serta komitmennya di Glasgow untuk mengakhiri pembiayaan bahan bakar fosil di luar negeri,” ujar Kate DeAngelis, manajer program keuangan internasional untuk kelompok LSM Friends of the Earth.
Sementara para pendukung industri migas berpendapat dunia masih butuh BBM selama tahun-tahun mendatang dan menyatakan Bank Exim punya diskresi terbatas untuk menolak proyek bahan bakar fosil berdasarkan AD/ART-nya, yang menyatakan penolakan pembiayaan tidak bisa dilakukan “semata-mata atas dasar industri, sektor atau bisnis.” Bank Exim sebelumnya sempat mengeluarkan proyek ini pada agenda pertemuan 27 April 2023 setelah adanya protes dari para aktivis lingkungan.
Dirut Bank Exim Reta Jo Lewis menyatakan dalam rilisnya bahwa proyek kilang Pertamina bakal “memungkinkan Indonesia mengurangi secara substansial ketergantungannya pada bahan bakar transportasi yang diimpor sambil meningkatkan ke standar yang lebih bersih, melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dalam prosesnya.”
Pembangunan kilang Balikpapan sendiri bagian dari rencana Pertamina yang lebih besar untuk memutakhirkan kilang dan menaikkan produksi di seluruh nusantara — yang menurut Pertamina akan membantu membuat bahan bakar “yang lebih ramah lingkungan” dan bersih. Menurut pernyataan pemerintah, pinjaman yang diajukan akan mendukung ekspor peralatan dan jasa layanan AS sekitar 63,9 juta dolar AS guna meningkatkan dan memperluas fasilitas kilang Balikpapan. Bank Exim memperkirakan kesepakatan ini akan mendukung lebih dari 200 pekerjaan di seluruh 300 pemasok di 13 negara bagian dan Washington DC.
Menurut seorang pejabat Bank Exim, sejumlah bank di Eropa dan Asia sudah mengajukan tawaran pemberian kredit yang bersaing untuk membiayai proyek Balikpapan, tanpa potensi benefit yang sama yang diperoleh AS. AS