Perang di manapun selalu membawa sengsara. Tak hanya manusia, hutan pun ikut menjadi korban. Hal itu yang terjadi di Ukraina, ketika Rusia menyerbu dan menginvasi sejak setahun lebih silam dan membuat sektor kehutanan Ukraina hancur lebur.
Tercatat hampir sepertiga luas kawasan hutan Ukraina atau sekitar 3 juta hektare (ha) terpengaruh oleh perang.
Berdasarkan kalkulasi yang dilakukan baru-baru ini oleh Dinas Kehutanan Ukraina, ekosistem hutan mengalami kerusakan sekitar 500 juta euro (sekitar Rp8,1 triliun). Di samping itu, puluhan juta euro alat dan mesin kehutanan serta 30 juta euro bangunan dan properti lainnya hancur.
Sektor kehutanan Ukraina sejauh ini memberi dukungan dalam upaya perang melawan Rusia dengan memberikan kayu dan peralatan yang dibutuhkan tentara dengan nilai 25 juta euro, demikian dilaporkan Timber Industry.
Satu dari tujuh pekerja di sektor kehutanan atau total sebanyak 5.000 orang sudah bergabung dalam pasukan angkatan darat. Menurut informasi resmi baru-baru ini, sebanyak 68 di antaranya tewas dan 113 lainnya luka-luka.
Di Ukraina, pemerintahnya juga telah membuat aturan hukum bahwa hutan bisa dibabat untuk kebutuhan tentara, meskipun hutan itu sebelumnya adalah kawasan yang terlarang untuk aktivitas pembalakan.
Perang benar-benar menggencet sektor kehutanan Ukraina. Sebelum Rusia melakukan invasi, produksi kayu dari kawasan hutan hampir 20 juta m3 setiap tahunnya. Tahun ini, diperkirakan kayu yang dibalak dari kawasan hutan Ukraina lebih dari 12 juta m3.
Penguasa hutan terbesar Eropa
Dari perkiraan sekitar 10 juta ha luas total hutan di Ukraina, seluas 3,4 juta ha merupakan hutan produksi. Tercatat 99% luas hutan yang ada dimiliki oleh negara. Hal ini membuat Dinas Kehutanan Ukraina, selaku pengelola kawasan hutan, menjadi penguasa tunggal hutan terluas di Eropa.
Di Ukraina, peran ekologis hutan biasanya ditekankan, dan separuh dari kawasan hutan yang ada dikenakan berbagai aturan pembatasan. Namun selama perang, banyak aturan yang diubah untuk memfasilitasi aktivitas pembalakan dan penjualan kayu.
Fokus yang ada kini adalah bagaimana era pasca perang, ketika perusahaan dan PMA, serta pemasukan dari ekspor, dibutuhkan di saat negeri ini membangun kembali.
Semua ini membuat aktivis dan kelompok lingkungan waspada. Mereka menilai, dengan dalih perang, negara mulai merealisasikan tujuan jangka panjangnya untuk memperluas manfaat ekonomi dari kawasan hutan.
Di sisi lain, banyak aturan hukum terkait penjualan kayu diperketat sebagai bagian dari perang melawan korupsi. AI