Giliran Singapura Diselimuti Kabut Asap

Kabut asap tipis menyelimuti Singapura dan kualitas udara pun memburuk, Sabtu (7/10). Foto: Reuters

Setelah Malaysia yang mengeluhkan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia, kini giliran Singapura yang diselimuti kabut asap akibat meningkatnya karhutla di Sumatera.

Kualitas udara Singapura sudah memasuki zona tidak sehat pada Sabtu (7/10), demikian data Indeks Standar Polutan (PSI).

Sampai pukul 14.00, bacaan di PSI yang mengukur polusi selama 24 jam menunjukkan wilayah timur dan tengah Singapura sudah di atas 100. Dengan angka itu, berarti masyarakat pun disarankan untuk mengurangi aktivitas di luar ruang dalam waktu lama.

Kabut asap lintas batas (transboundary haze) sudah jadi langganan di Asia Tenggara akibat adanya celah di peraturan yang menjadikan pihak berwenang Indonesia sulit menghapus praktik pembersihan lahan (land clearing) dengan cara membakar.

Badan Lingkungan Hidup (NEA) Singapura melaporkan terdeteksinya 212 titik panas (hotspot) di wilayah Sumetera pada Jumat (6/10), naik dari 65 hotspot pada Kamis dan 15 titik panas sehari sebelumnya.

Terjadinya perubahan singkat arah angin pada Jumat sore menyebabkan kabut asap tipis tertiup menuju Singapura, yang membuat kualitas udara negeri pulau tersebut memburuk, lapor NEA, seperti dikutip Reuters (Sabtu (7/10).

Pembukaan lahan dengan cara tebang-bakar merupakan metode tradisional yang masih dipakai tiap tahun untuk membersihkan lahan yang akan digunakan untuk perkebunan sawit dan hutan tanaman industri. Praktik ini tidak hanya dilakukan oleh perusahaan dalam negeri, tapi juga perusahaan asing yang melantai di bursa (listed companies).

Indonesia terus berjuang keras memadamkan api yang membakar hutan dan lahan, dengan mengguyur air dari helikopter maupun menyemai awan untuk menciptakan hujan buatan, demikian penjelasan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jumat. Indonesia sampai kini tetap membantah telah terjadi kabut asap lintas batas.

Sebelumnya, Malaysia kalang kabut karena kualitas udara yang menurun akibat kabut asap dari Indonesia. Kuala Lumpur juga mendesak Jakarta untuk mengatasi kebakaran di Indonesia karena kualitas udara di Malaysia sudah tidak sehat.

Pada tahun 2015 dan 2019, karhutla menghanguskan jutaan hektare di Indonesia dan mengirim kabut asap melintas ke beberapa negara Asia Tenggara, yang mencetak rekor emisi, kata ilmuwan.

Kondisi kualitas udara paling parah yang dialami Singapura tercatat pada September 2015, ketika indeks PSI melampaui angka 300 ke level berbahaya, sehingga mendorong terjadinya penutupan sekolah. AI