Harga Energi dan Pupuk Ancam Ketahanan Pangan

Naiknya harga minyak dan pupuk akan memberi dampak paling besar terhadap ketahanan pangan dalam beberapa dasawarsa ke depan. Hal itu terungkap dalam hasil penelitian yang dilakukan School of GeoSciences, University of Edinburgh.

Para peneliti menggunakan model komputer penggunaan lahan global untuk mensimulasikan dampak dari pembatasan ekspor dan naiknya biaya produksi pada harga pangan, kesehatan dan penggunaan lahan sampai tahun 2040.

Simulasi yang ada menunjukkan, dampak gabungan dari pembatasan ekspor, kenaikan harga energi dan harga pupuk pada pertengahan 2022 — yang tiga kali lipat lebih tinggi ketimbang di awal tahun sebelumnya — bisa menyebabkan biaya pangan naik 81% pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun 2021.

“Ini bisa jadi akhir dari sebuah era harga pangan murah,” ujar Peter Alexander dari School of GeoSciences. “Di saat hampir semua orang akan merasakan dampaknya pada pengeluaran belanja mingguan mereka, kelompok orang termiskin di masyarakat — yang sudah mati-matian untuk memperoleh cukup makanan sehat —  bakal jadi pihak yang paling terpukul berat,” tambahnya.

Menurut peneliti, pembatasan ekspor hanya berperan kecil dalam simulasi kenaikan harga. Penghentian ekspor dari Rusia dan Ukraina akan menaikkan biaya pangan tahun 2023 sebesar 2,6%. Namun, kenaikan energi dan harga pupuk akan mengakibatkan kenaikan 74%.

Kenaikan harga akan memicu pola makan banyak orang makin buruk lagi, kata peneliti.

Temuan ini menyebut kemungkinan bakal ada 1 juta kematian tambahan dan lebih dari 100 juta orang yang mengalami gizi buruk jika harga pupuk terus naik. Peningkatan angka kematian terbesar akan terjadi di kawasan sub-Sahara Afrika, Afrika Utara dan Timur Tengah.

“Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam merupakan perkembangan yang bagus dan secara umum mengizinkan ekspor pangan Ukraina untuk dibuka lagi. Namun, efek segera dari masalah ini nampaknya telah mengalihkan perhatian dari dampak harga pupuk,” kata Alexander.

“Meski harga pupuk sudah mulai menurun dari puncaknya pada awal tahun ini, namun harga pupuk masih tetap mahal dan ini masih akan tetap membuat inflasi harga pangan tinggi pada tahun 2023. Dibutuhkan upaya lebih keras untuk memutus hubungan antara harga pangan yang lebih tinggi dan merugikan kesehatan manusia dengan lingkungan.”

Model komputer itu juga memperkirakan, terjadinya kenaikan tajam harga pupuk — yang jadi komponen penting terhadap produktivitas tanaman yang tinggi — bakal membuat petani mengurangi penggunaannya, kata peneiti.

Simulasi juga mengindikasikan bahwa pada tahun 2030 akan menyebabkan naiknya lahan pertanian, yang luasannya mencapai ukuran Eropa Barat (Belgia, Prancis, Jerman, Irlandia, Italia, Belanda, Portugas, Spanyol dan Inggris).

Hal ini akan berdampak parah terhadap deforestasi, emisi karbon dan hilangnya keanekaragaman hayati (biodiversitas), kata mereka.

Penelitian ini dimuat di jurnal Nature Food. Dalam studi ini juga melibatkan peneliti dari Karlsruhe Institute of Technology in di Jerman, Rutgers University (AS) dan University of Aberdeen. AI