Keputusan pemerintah membuka kran impor gula mentah (raw sugar) maupun gula kristal putih jauh-jauh hari mampu meredam harga gula, tidak mengikuti gejolak harga sejumlah komoditas pangan lainnya. Bahkan, dengan sisa stok tahun 2021 (carry over), kran impor menjadikan stok gula di dalam negeri aman untuk menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri, meski musim giling masih bulan Mei-Juni.
Harga gula kristal putih (GKP) alias gula konsumsi sempat mengkhawatirkan konsumen karena di pasar tradisional sudah mencapai rata-rata Rp14.000/kg atau 12% di atas harga eceran tertinggi (HET) pemerintah sebesar Rp12.500/kg. Namun, dibandingkan dengan minyak goreng atau kedelai, kenaikan harga gula terhitung relatif terkendali sejak awal tahun. Padahal, dari sisi keragaan produksi, pasok GKP di dalam negeri masih defisit. Konsumsi tahun lalu saja ditaksir sekitar 2,82 juta ton, sementara produksi sekitar 2,4 juta ton.
Ketua Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN APTRI), Soemitro Samadikoen menilai tak adanya gejolak harga gula di dalam negeri disebabkan masih banyaknya stok yang ada di pabrik dan pedagang. “Selain itu, kebijakan pemerintah menetapkan alokasi impor gula mentah dan GKP dalam jumlah besar untuk tahun 2022 ini sangat berpengaruh terhadap harga jual gula di pasar,” ujar Soemitro saat dihubungi, Sabtu (5/3/2022).
Menurut dia, sisa stok (carry-over) GKP tahun 2021 saja masih sekitar 1,1 juta ton. Volume itu cukup untuk kebutuhan di dalam negeri selama lima bulan atau hingga bulan Mei 2022. Selain itu, pasar GKP juga mulai diramaikan oleh kedatangan raw sugar (gula mentah) dan GKP yang diimpor industri gula dan BUMN. Pada pertengahan Januari 2022, pemerintah telah menetapkan izin impor gula setara GKP sebanyak 900.000 ton. Angka ini naik dari total impor tahun lalu yang mencapai 646.000 ton.
Selain GKP, pemerintah juga menaikkan alokasi impor gula mentah untuk kebutuhan industri gula rafinasi. Tahun ini, rekomendasi yang dipatok pemerintah mencapai 3,4 juta ton atau naik 200.000-300.000 ton dibandingkan kuota 2021 sebesar 3,1 juta ton. Langkah itu ditempuh pemerintah sebagai antisipasi kenaikan harga internasional.
“Tahun 2022 ini harga gula akan mencapai harga tertinggi dalam 17 tahun terakhir,” kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi saat Raker dengan Komisi VI DPR, akhir Januari.
Namun, besarnya kran impor yang dibuka pemerintah membuat APTRI ketar-ketir. Dengan asumsi kebutuhan GKP 250.000 ton/bulan, maka stok yang ada sampai 1 juta ton lebih bisa melampaui musim giling pada Mei, yang dikhawatirkan memukul harga gula petani. Pasar dalam negeri akan kebanjiran pasok GKP, yang ujungnya menekan harga jual. “Tahun lalu saja, harga lelang gula petani hanya Rp10.200/kg,” kata Soemitro. Harga yang tidak terlalu rendah, sebenarnya. Mengingat harga patokan petani (HPP) yang ditetapkan pemerintah adalah Rp9.100/kg. AI