Impor Gandum Indonesia Turun Hampir 20%

Pabrik penggiingan gandum Bogasari di Cilincing,Jakarta.

Impor gandum Indonesia sepanjang tahun 2022-2023 diperkirakan merosot tajam hampir 20%, dari 11,23 juta ton menjadi tinggal 9 juta ton. Penurunan impor juga terjadi untuk gandum pakan ternak dari 1,7 juta ton menjadi 1,1 juta ton pada periode yang sama.

Presiden Joko Widodo sendiri tahun lalu sempat menyentil ketergantungan Indonesia mengimpor gandum. Mengingat negeri ini tidak bisa memproduksi gandum, Presiden meminta agar ada substitusi dan mengkampanyekan kembali ke pangan lokal selain beras.

Menurut laporan Global Agricultural Information Network dari Foreign Agricultural Service (FAS), Departemen Pertanian AS (USDA), selama Juli 2022 sampai Mei 2023, Indonesia secara total mengimpor 8,667 juta ton gandum atau turun 18,42% dibandingkan periode setahun sebelumnya (2021-2022).

“Indonesia tidak memproduksi gandum sama sekali dan tergantung penuh dengan gandum impor untuk memenuhi permintaan pangan berbahan dasar terigu serta sebagai bahan baku untuk pakan unggas, akuakultur dan peternakan,” tulis FAS.

Sebagai importir, mayoritas gandum Indonesia berasal dari tetangga Australia, yang mencapai 46,7%, disusul oleh Kanada (20,4%) dan Brasil (10,1%). Sementara pangsa pasar gandum Amerika Serikat hanya 4,9% karena harga yang lebih mahal.

Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) menyatakan, keputusan Rusia untuk menarik diri dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam tidak mempengaruhi pabrik tepung terigu di dalam negeri. Pasalnya, pabrik-pabrik penggilingan gandum di Indonesia lebih memilih sumber impor dari Australia.

“Karena kedekatan lokasi dengan Indonesia, meski ada ancaman El Nino yang kemungkinan mengurangi volume ekspor gandum Australia selama 2023-2024,” tulis FAS dalam rilisnya pekan lalu (2/8). Indonesia kemungkinan juga akan mengambil gandum dari Brasil karena adanya proyeksi terjadinya produksi gandum yang tinggi di negeri Samba itu untuk produksi 2023-2024.

Sebelumnya, Aptindo optimis bakal ada pertumbuhan. Namun, melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia memicu terjadinya penurunan demand dari negara-negara tujuan ekspor Indonesia, yang ditambah dengan tertekannya daya beli, sehingga permintaan dalam negeri pun diperkirakan melemah. Itu sebabnya, impor gandum 2022-2023 diprediksi menurun 19,9% menjadi 9,0 juta ton dari 11,229 juta ton pada 2021-2022.

“Dengan asumsi membaiknya kondisi perekonomian global dan permintaan dalam negeri, serta pertumbuhan penduduk, maka impor gandum untuk 2023-2024 diprediksi meningkat menjadi 10,5 juta ton,” tulis FAS.

Terigu hasil gilingan dalam negeri masih mendominasi pasar, dengan pangsa mencapai 99,9%. Sejalan dengan menurunnya produksi tepung terigu dalam negeri, impor terigu selama 2022-2023 diperkirakan juga menurun 17,2% menjadi 51.801 ton setara gandum selama periode Juli 2022 sampai Mei 2023. Sementara impor selama 2021-2022 mencapai 62.557 ton setara gandum. Turki merupakan pemasok utama pasar terigu impor dengan penguasaan pasar 61,1%, yang disusul oleh India dan Vietnam, masing-masing 13% dan 11%.

Dari sisi konsumsi, terus bertumbuhnya arus urbanisasi dan kelas menangah, serta tingginya harga beras yang diproduksi di dalam negeri, akan mendorong angka konsumsi pangan berbasis terigu. Hanya saja, tertekannya daya beli menyebabkan melemahnya permintaan, ynag tercermin dari penurnan harga tepung terigu di tingkat ritel.

Badan Pangan Nasional (Bapanas) melaporkan harga eceran tepung terigu pada Juni 2023 di angka Rp11.070/kg (739 dolar AS/ton), menurun 1,4% dari 11.200/kg (749 dolar AS/ton) pada Maret 2023.

Meski Kementerian Perindustrian memperkirakan industyri makanan dan minuman (mamin) akan tumbuh 5%-7% tahun ini, namun asosiasi mamin melaporkan adanya pnurunan konsumsi selama semester I/2023 karena konsumen membatasi belanja. Itu sebabnya, diperkirakan konsumsi total makanan berbasis terigu akan menurun 4,5% menjadi 8,4 juta ton setara gandum pada 2022-2023.

Permintaan pangan berbasis terigu diperkirakan meningkat karena bakal adanya pawai politik dan kampanye, di mana makanan ringan akan disajikan. Untuk alasan ini serta pertumbuhan penduduk yang terus terjadi, maka konsumsi tepung terigu 2023-2024 untuk pangan diperkirakan meningkat sedikit menjadi 8,5 juta ton setara gandum. AI