Industri Nasional Harus Manfaatkan Pertumbuhan Konsumsi Furnitur Global

Pertumbuhan  konsumsi furnitur global yang mengalami peningkatan harus  menjadi momentum dan peluang bagi industri furnitur dalam negeri untuk meningkatkan kinerjanya.

“Optimisme pasar global terhadap industri furnitur harus terus kita jaga dan industri furnitur dalam negeri kita harus segera menangkap peluang ini,” ujar Dirjen Industri Agro Kementerian Prindustrian, Putu Juli Ardhika saat membacakan sambutan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Simposium Nasional “Grand Strategy Plan Industri Mebel dan Kerajinan Nasional 2022-2025” Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) di Jakarta, Kamis (10/11/2022).

Menurutnya, berdasarkan hasil kajian Centre for Industrial Studies (CSIL), konsumsi furnitur global pada 2022 diperkirakan tumbuh 3,0 persen, yang diangkat oleh kebijakan stimulus Recovery and Resilience Facility di Uni Eropa.

Hasil studi CSIL tersebut diperkuat oleh Consumer Market Outlook yang dikeluarkan oleh Statista yang memperkirakan pendapatan industri furnitur global akan terus meningkat secara konsisten dari 1,3 triliun dolar AS pada 2020 ke 1,6 triliun dolar AS pada 2025.

Dia juga menyebutkan Kemenperin optimistis pulihnya belanja masyarakat akhir-akhir ini akan mendukung peningkatan penjualan furnitur, baik untuk tujuan ekspor maupun konsumsi domestik.

Optimisme ini cukup beralasan mengingat kinerja ekspor industri furnitur pada tahun 2021 mencapai nilai 2.5 miliar dolar AS. Angka ini meningkat sebesar 33 persen dari tahun 2020 yaitu senilai 1,9 miliar dolar AS.

Putu mengatakan, di pasar domestik, aksi afirmatif pemerintah untuk mengintensifkan upaya peningkatan penggunaan produk dalam negeri juga mesti menjadi momentum bagi industri furnitur untuk meningkatkan kinerja dan penyerapan produk.

Untuk itu, lanjut Putu, industri furnitur dan kerajinan dalam negeri harus memberikan perhatian khusus terhadap pengurusan sertifikasi TKDN agar dapat menjual produknya di e-Katalog.

Masih Ada Hambatan

Sementara itu Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur menjelaskan target ekspor  5 miliar dolar AS pada tahun 2024 yang telah dicanangkan HIMKI bersama Pemerintah dianggap bukan sesuatu yang sulit untuk dicapai mengingat potensi yang dimiliki Indonesia cukup besar mulai dari ketersediaan bahan baku yang berlimpah dan peluang pasar yang terus tumbuh didukung oleh sumber daya manusia yang cukup mumpuni pada industri ini.

“Kita juga bisa melihat peluang pasar global yang semakin terbuka dan terus bertumbuh didorong oleh maraknya pembangunan hotel, area komersil dan perkantoran baru, serta perkembangan smart city termasuk pembangunan perumahan golongan menengah-atas atau real estate yang diproyeksikan akan menciptakan permintaan yang cukup besar akan produk mebel dan kerajinan nasional,” ujarnya.

Demikian juga dengan menjamurnya pembangunan hotel dan restoran seiring dengan perkembangan pariwisata nasional juga ikut berkontribusi dalam meningkatkan permintaan di pasar lokal saat ini.

“Namun ironisnya di balik potensi yang besar tersebut sampai saat ini para pelaku industri masih juga dihadapkan pada berbagai permasalahan,” ucapnya.  Permasalahan yang dihadapi itu antara lain sulitnya mendapatkan bahan baku sesuai kebutuhan; masih terbatasnya promosi dan pemasaran; belum berkembangnya kualitas produk dan desain, kurangnya ketersediaan tenaga kerja siap pakai yang memiliki etos kerja yang tinggi dan integritas yang kuat; penggunaan teknologi tinggi produksi yang belum merata; dan akses permodalan yang dinilai masih terkendala.

“Atas dasar tersebut di atas HIMKI mencoba untuk memetakan permasalahan tersebut dengan lebih mendalam dan sekaligus merumuskan solusi terbaik yang dikemas dalam suatu dokumen berupa Grand Strategy Plan (GSP) Industri Mebel dan Kerajinan Nasional,” paparnya.

GSP merupakan landasan para stakeholder dalam pengambilan keputusan. GSP disusun dengan maksud dan tujuan mencapai sejumlah sasaran strategis dalam mengembangkan industri mebel dan kerajinan nasional yang disusun untuk jangka waktu empat tahun periode 2022-2025. Sebagai dokumen yang hidup, maka GSP ini dapat ditinjau kembali setiap tahunnya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan.

Heru Prasetyo, Sekretaris Jenderal HIMKI, mengatakan  Kegiatan Simposium Nasional dengan tema “Melalui Grand Strategy Plan Kita Tingkatkan Kontribusi Industri Mebel dan Kerajinan Terhadap Kesejahteraan Bangsa” ini diikuti oleh 100 peserta yang terdiri dari para pelaku industri mebel & kerajinan dan para stakeholder industri.

Ada dua tujuan diselenggarakannya simposium. Pertama, menyinergikan rencana aksi “Grand Strategy Plan Industri Mebel dan Kerajinan Nasional 2022-2025” dengan program-program Pemerintah sebagai turunan dari Rencana Strategis dan/atau Rencana Induk dan atau kebijakan Kementerian/Lembaga terkait. Kedua, menyatukan visi dan misi, tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan dan strategi pembangunan bidang Industri Mebel dan Kerajinan Nasional.

“Output yang diharapkan dari simposium ini adalah: Pertama, tersusunnya program-program kementerian/lembaga Pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha industri mebel dan kerajinan saat ini, “ucapnya.

Kedua, terjalin kesepakatan bersama untuk melakukan pertukaran informasi dua arah antara pihak Asosiasi dan/atau Lembaga Swasta dengan Kementerian/Lembaga Pemerintah termasuk BUMN bidang Industri dan Perdagangan Industri Mebel dan Kerajinan.

Ketiga, menyusun naskah akademik untuk penyusunan Peraturan Presiden (Perpres) penguatan industri mebel dan kerajinan yang akan menjadi acuan kebijakan Pemerintah agar menjadi lebih fokus dan spesifik sesuai dengan karakteristik, kapabilitas dan kapasitas industri mebel dan kerajinan nasional.

“Keempat, kebijakan ke depan menjadi lebih responsif, adaptif dan antisipatif sehingga dapat meminimalisir pengaruh negatif terhadap dunia usaha industri khususnya industri mebel dan kerajinan nasional,” jelasnya. Buyung N.