Organisasi nirlaba internasional, OpenGov Asia, memberikan penghargaan kepada Kementerian Pertanian (Kementan) atas inisiatif pemanfaatan teknologi di sektor pertanian Indonesia serta menggerakkan generasi milennial untuk kembali bertani. Inisiatif ini dikemas Kementan dalam program Agriculture 4.0.
Penghargaan diterima Kepala Pusat Data dan Informasi Pertanian dan diserahkan langsung Group Managing Director dan Editor in Chief OpenGov Asia, Mohit Sagar. Penyerahan diberikan di sela-sela pertemuan tahunan Indonesia OpenGov Leadership Forum IV di JW Marriot Hotel Jakarta, akhir pekan lalu.
Lebih dari 250 utusan senior eksekutif dari instansi pemerintah, BUMN, Perbankan dan Pendidikan Tinggi di Indonesia hadir dalam pertemuan yang dimulai sejak Kamis (18/7/2019).
OpenGov Asia adalah platform konten yang didedikasikan untuk berbagi pengetahuan dan informasi terkait ICT antara pemerintah, di sektor publik di wilayah Asia-Pasifik.
Organisasi OpenGov Asia memberikan penghargaan atas inisiatif pemanfaatan teknologi yang inovatif di sektor publik dalam rangka optimalisasi kerja pemerintah, memberikan peningkatan pelayanan masyarakat, serta memberikan inovasi terobosan yang baru.
Mohit Sagar, Group Managing Director dan Editor in Chief OpenGov Asia mengatakan, Kementerian Pertanian Indonesia dinilai telah secara konsisten dan luar biasa dalam upaya menerapkan inovasi teknologi dalam pembangunan pertanian. Kementerian Pertanian dinyatakan sangat layak mendapatkan penghargaan dalam kategori inisiatif Agriculture 4.0.
Pemberian
Dalam pemberian penghargaan ini, sejumlah instansi pemerintah lainnya juga turut menerima penghargaan, yakni Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat, DKI Jakarta, Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian ESDM, Kementerian KKP, dan Dirjen Pajak.
Mohit mengatakan, pemilihan Kementan sebagai salah satu penerima penghargaan dilakukan secara independen oleh tim teknis OpenGov Asia tanpa pemberitahuan sebelumnya. Tim teknis menilai Kementan telah berinisiatif untuk memanfaatkan teknologi secara masif dan konsisten dalam percepatan pembangunan pertanian modern, yaitu dengan menggunakan sensor canggih, robotic atau mekanisasi, pemetaan berbasis informasi geospasial dan teknologi cuaca. Implementasi dari teknologi ini dinilai telah mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat petani.
“Peralatan canggih ini beserta sistem pertanian yang akuratif dan sistem robotik memungkinkan pertanian menjadi lebih menguntungkan, efisien, aman dan ramah lingkungan. Kami menilai Menteri Pertanian Indonesia memiliki leadership yang kuat, sehingga ini semua terjadi,” ungkap Mohit.
Mereka kerap membantu pemerintah di Asia, Australia dan Selandia Baru untuk menjadi lebih efisien, lincah, transparan dan aman, sehingga dapat meningkatkan kehidupan warga negaranya.
Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyambut baik penghargaan dari OpenGov Asia tentang inisiatif Pertanian 4.0, dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya bagi organisasi internasional ini yang secara fair menilai Kementan berhasil menerapkan Pertanian 4.0.
“Ini sesuai arahan Bapak Presiden Jokowi untuk melakukan inovasi dan pemanfaatan teknologi modern dalam pertanian. Kami terapkan betul mulai dari perbenihan, olah tanah, monitoring pertanaman, hingga masa panen,” ujar Amran.
Mentan mengatakan, Kementan selama 5 tahun ini telah membuktikan teknologi bisa membantu meningkatkan kesejahteraan petani dan menurunkan kemiskinan.
Berdasarkan data BPS, rata-rata upah riil buruh tani di desa naik 0,93%. Sedangkan Nilai Tukar Petani (NTP) berada di atas 100, dengan nilai berturut-turut sebesar 103,33; 102,94; dan 102,73. Hal ini berarti daya beli petani semakin baik, dan sejahtera.
“Kami akan cetak 1 juta petani milenial yang nantinya dapat menjadi pengusaha atau agripreneur hingga tahun 2020. Petani tidak lagi soal bertani, tapi juga soal korporasi petani. Maka modernisasi terus didorong agar makin banyak petani muda,” tegas Amran.
Regenerasi pertanian dinilai penting lantaran kebutuhan pangan di masa depan akan semakin besar seiring laju pertumbuhan penduduk. Digitalisasi pertanian juga dilakukan untuk merespon keterbatasan tenaga kerja, peningkatan efisiensi dan produktivitas, serta membangun bisnis proses baru, value baru, konsumen baru, untuk menghasilkan produk baru yang mampu men-disruptive teknologi budidaya konvensional. MAL