Jembatan Ala Korea Lengkapi Pesona Hutan Wisata Sentul

Konselor Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia Im Young Souk (kiri) berbincang bersama Direktur Korea-Indonesia Forest Center Kim Youngchul di depan jembatan penyeberangan menuju Sentul Eco Edu Tourism Forest
Hutan wisata dan pendidikan Sentul Eco-Edu Tourism Forest (SEETF), Kabupaten Bogor, makin lengkap sebagai destinasi wisata pendidikan ramah lingkungan dengan berdirinya jembatan penyeberangan bernuansa Korea. Jembatan itu menggenapi hibah sekitar Rp11 miliar dari pemerintah Republik Korea untuk pengembangan lokasi tersebut.

Berlokasi strategis, sekitar 1,5 jam berkendara dari pusat kota Jakarta, SEETF terus dipoles agar makin memesona. Berbagai sarana prasarana dilengkapi agar pengunjung tak hanya bisa berwisata tapi juga memperoleh edukasi tentang hutan, persis seperti tujuan pendirian SEETF.

Terbaru, ada jembatan penyeberangan sepanjang 31 meter sebagai akses utama menuju hutan wisata yang pengelolaannya dilakukan oleh Perum Perhutani itu. Jembatan memiliki desain unik yang indah dengan  tonjolan-tonjolan balok di bagian atas. Bernuansa Korea, jembatan itu dipastikan akan menjadi salah satu titik bagi pengunjung untuk melakukan swafoto (selfie).

Maklum jika ada nuansa Korea di sana. Jembatan itu dan fasilitas lain di SEETF memang dibangun dengan dana hibah dari pemerintah Republik Korea yang disalurkan melalui Korea Indonesia Forest Center (KIFC).

Peresmian jembatan dilakukan oleh Direktur Korea Indonesia Forest Center (KIFC) Kim Youngchul, Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bogor Anwar Anggana yang mewakili Bupati Bogor, dan Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran Perhutani Bambang Catur Wahyudi yang mewakili Direktur Utama Perhutani, Kamis (27/6/2019).

Dalam sambutannya Kim berharap jembatan penyeberangan yang dibangun bisa menambah daya tarik pengunjung SEETF. “Sehingga SEETF lebih banyak didatangi pengunjung baik pelajar, mahasiswa maupun masyarakat umum,” katanya.

Kim mengajak semua pihak yang terkait dengan pembangunan dan pengelolaan SEETF untuk bersama-sama mengembangkan SEETF

Sementara itu Bambang Catur menyatakan Perhutani memberi apresiasi dan menyampaikan terima kasih atas pembangunan berbagai fasilitas di SEETF.  “Kita bersama-sama harus bisa mengelola, memanfaatkan apa yang sudah dibangun di SEETF,” katanya.

Dia berharap komunikasi antara pemerintah Korea dan Perhutani bisa terjalin lebih baik. Bambang juga mengajak untuk memperkuat komitmen dan kerja sama semua pihak agar pengelolaan sumber daya hutan semakin baik.

Bupati Bogor dalam sambutan yang dibacakan oleh Anwar Anggana mengingatkan tentang strategisnya hutan di Bogor untuk menyangga kehidupan masyarakat, bukan hanya di Bogor tapi juga di Ibukota negara, Jakarta. “Hutan di Bogor memiliki fungsi hidrologis yang sangat penting,” katanya.

Atas dasar itu, berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Bogor 2005-2025, pemanfaatan kawasan hutan di Bogor menekankan pada kelestarian hutan lindung. Pemanfaatan hutan pun diarahkan pada aktivitas yang tidak eksploitatif, misalnya wisata alam. Oleh karena itu, jalur-jalur pendakian untuk aktivitas wisata akan terus disiapkan.

(dari kiri) Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran Perhutani Bambang Catur Wahyudi, Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bogor Anwar Anggana, Direktur Korea Indonesia Forest Center (KIFC) Kim Youngchul, Kepala Perhutani Divisi Regional III Jabar-Banten Perhutani Oman Suherman, dan Konselor Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia Im Young Souk usai melakukan penanaman pohon saat peresmian jembatan penyeberangan Sentul Eco Edu Tourism Forest.

Keamanan Penyeberang

Co Director KIFC Sugeng Marsudiarto menjelaskan jembatan yang dibangun sangat penting untuk akses masuk SEETF. Selain itu, jembatan juga dimanfaatkan masyarakat untuk menyeberangi sungai Ciherang, yang saat musim hujan memiliki aliran air cukup deras. “Sekarang penyeberang lebih aman saat menyeberangi sungai Ciherang,” katanya.

Sugeng menuturkan, jembatan yang baru dibangun memanfaatkan konstruksi besi baja. Jenis besi baja yang digunakan sejenis dengan yang biasa digunakan untuk jembatan mobil. Sementara konstruksi kayu di atasnya menggunakan kayu ulin, yang memiliki kelas kuat 1 dan kelas awet 1. “Artinya kayu ini sangat kuat dan sangat awet tahan terhadap cuaca,” katanya.

Menurut konsultan perencanaanya, jembatan yang baru dibangun sanggup menyangga sekitar 200 kilogram per meter persegi (m2). Dengan bentang 31 meter dengan lebar 1 meter, berarti jembatan sanggup dilewati bersama-sama oleh sekitar 80 orang. Meski demikian, kata Sugeng, demi keamanan dan keawetan jembatan, penyeberang sebaiknya dibatasi maksimal 30 orang.

Hubungan Erat

SEETF memiliki luas sekitar 9,2 hektare yang berlokasi di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani Bogor. SEETF tidak dirancang sebagai tujuan wisata massal. Meski demikian, dari tahun ke tahun, pengunjung SEETF terus bertambah. Jika di tahun 2017 pengunjung tercatat 9.000 orang, di tahun 2018, jumlahnya naik menjadi 11.000 orang. Untuk tahun 2019, hingga April, jumlah pengunjung tercatat sudah mencapai 4.000 orang. Pengunjung yang datang umumnya adalah pelajar, mahasiswa, pegawai pemerintahan, dan tentu saja pengunjung umum.

Di sana, pengunjung bisa berkemah, melakukan aktivitas luar ruang sambil belajar berbagai hal tentang hutan. Selain untuk wisata alam dan edukasi, SEETF juga ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat. Pelatihan agroforestri dan pertanian berkelanjutan dilakukan di sana. SEETF juga dirancang untuk mendukung aktivitas rehabilitasi hutan dan lahan.

Sugeng menjelaskan, SEETF adalah bagian dari kerja sama antar negara Republik Indonesia-Republik Korea yang telah terjalin sejak tahun 1968. Kerja sama bidang kehutanan kedua negara kemudian makin erat setelah hubungan diplomatik terjalin di tahun 1973.

Pada tahun 2006, diteken nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) antara Kementerian Kehutanan dengan Korea Forest Service (KFS) tentang pembentukan Forest Forum. Kerja sama kehutanan diantara kedua negara kemudian  diperkuat dengan ditekennya nota kesepahaman antara Kementerian Kehutanan dengan KFS di bidang adaptasi dan mitigasi perubahan iklim bidang kehutanan.

Peningkatan kerja sama Indonesia-Korea kemudian menginspirasi kedua negara untuk membentuk KIFC sebagai kanal koordinasi proyek kerja sama bioenergi, hutan tanaman, perubahan iklim dan bidang kehutanan lainnya. KIFC resmi terbentuk pada tahun 2010.

Sejak terbentuk, beberapa proyek kerja sama Indonesia-Korea telah difasilitasi, atau dilaksanakan, atau didukung oleh KIFC. Salah satunya SEETF. Dimulai pada tahun 2011, SEETF diresmikan pada tahun 2013. Sejumlah fasilitas telah dibangun di SEETF. Seperti gedung pusat informasi, guest houses, mess penginapan, kantin, mushola, hingga bangunan open hall. Selain itu juga dibangun fasilitas treking dengan tiga tingkat tantangan (mudah, menengah, berat) dan taman bermain.

Fasilitas di Sentul Eco Edu Tourism Forest yang dibangun dengan dana hibah dari Korea Forest Service melalui Korea Indonesia Forest Center.

Menurut Sugeng, pembangunan jembatan penyeberangan membutuhkan biaya sekitar Rp1 miliar. Sementara dana total yang telah dikeluarkan untuk pembangunan seluruh fasilitas yang ada beserta perawatannya hingga kini di SEETF mencapai Rp11 miliar. “Seluruhnya hibah dari KFS melalui KIFC,” katanya.

Selain SEETF, proyek kerja sama Indonesia-Korea yang telah difasilitasi KIFC diantaranya adalah Rumpin Seed Source and Nursery Center (RSSNC), Bogor; penguatan ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung  Tunak, Nusa Tenggara Barat, proyek REDD+ di Tasik Besar Serkap, Riau; dan restorasi lahan gambut di Jambi. Sugiharto