Musim Kemarau Momentum Tepat Ajak Petani Ikut Asuransi

Musim kemarau merupakan momentum yang tepat untuk mengajak petani ikut program asuransi. Dengan  asuransi, kerugian petani akibat gagal panen akan diganti rugi oleh pihak asuransi. Petani pun bisa lepas dari kerugian total.

Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Jawa Barat, misalnya. Mereka mengajak para petani untuk ikut Asuransi Usaha Tanaman Pangan (AUTP) guna mencegah kerugian lebih besar ketika tanamannya terjadi gagal panen yang disebabkan berbagai masalah, seperti dilanda kekeringan akibat musim kemarau.

“Kami sudah mengarahkan petani untuk mengikuti asuransi tersebut karena sangat membantu petani,” kata Kepala Bidang Sumber Daya Pertanian pada Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Deni Herdiana di Garut, pekan lalu.

Dia mengatakan, Dinas Pertanian Garut melibatkan unsur pemerintah kecamatan dan pelaksana teknis di lapangan untuk menyampaikan kepada petani tentang manfaat asuransi tanaman pangan.

Menurut dia, kondisi musim kemarau seringkali menyebabkan tanaman pangan, seperti padi dan jenis lainnya, gagal panen karena kekurangan air. Akibatnya, petani mengalami kerugian karena tidak menghasilkan keuntungan dari panen tanamannya.

“Setiap musim kemarau berdampak kekeringan dan selalu mengalami kerugian. Ini momentum baik untuk ajak petani ikut asuransi. Asuransi merupakan bagian dari solusi yang digulirkan oleh pemerintah atasi kerugian petani pada musim kering,” katanya.

Dia mengungkapkan, sebagian besar petani di Kabupaten Garut belum ikut serta dalam program asuransi tersebut. Padahal, biaya iuran AUTP relatif  murah — yang dibayar setiap panen.

Dia mengatakan, sampai sekarang baru 40% petani di Garut yang ikut program asuransi yang sudah dicanangkan pemerintah pusat ini. Sisanya? Dia mengaku masih terus disosialisasikan dan diupayakan agar ikut serta.

“Keuntungan dari asuransi itu jika gagal panen akan diganti 60% dari kerugian tersebut dan hal itu bisa meringankan beban petani,” katanya.

Sementara itu, bencana kekeringan akibat musim kemarau sudah mulai melanda sebagian daerah lahan pertanian di wilayah Garut bagian selatan, seperti Kecamatan Bungbulang, Cikelet dan Pameungpeuk. Sedangkan daerah utara, yakni Leuwigoong, Cibatu, dan Cibiuk.

Dinas Pertanian Garut sudah menerjunkan petugas untuk melakukan pendataan lebih lanjut dan mengantisipasinya agar kekeringan tidak meluas di musim kemarau, salah satunya dengan melakukan pompanisasi air.

Minat Petani Meningkat

Sementara itu di Kabupaten Indramayu di laporkan banyak petani yang belum ikut AUTP. Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Sutatang mengakui, masih banyak petani yang tidak mengikuti program asuransi pertanian dikarenakan minimnya pengetahuan.

“Yang mengikuti asuransi pertanian di Indramayu itu bisa dikatakan masih sedikit,” katanya. Dia menambahkan, sedikitnya petani yang mengikuti asuransi pertanian itu dikarenakan masih minimnya pengetahuan, padahal program tersebut sangat membantu ketika sedang mengalami gagal panen.

Pihaknya mengakui sering ada sosialisasi kepada para petani, namun mereka kebanyakan enggan mengurus administrasi yang memerlukan waktu. “Mungkin karena SDM-nya juga yang mempengaruhi sedikitnya asuransi pertanian,” tuturnya.

Dia mengakui, ketika lahan yang ditanami padi itu sudah diasuransikan, maka ketika gagal panen — baik akibat kekeringan, bencana alam maupun serangan hama — nantinya bisa mendapatkan jaminan atau klaim ke perusahaan.

“Saat ini memang masih sangat sedikit yang ikut asuransi, padahal ini sangat bermanfaat,” ujarnya. Sutatang menambahkan, dengan adanya kekeringan tahun ini, pihaknya berharap bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah terutama untuk benih.

Diberitakan sebelumnya, saat ini ada sekitar 3.000 hektare (ha) lebih tanaman padi terancam gagal panen akibat kurangnya suplai air pada musim kemarau. “Sementara laporan yang masuk ke kami ada 3.000 ha lebih sawah yang terancam gagal panen,” katanya.

Menurut dia, dari 3.000 ha lebih tanaman padi yang terancam gagal panen itu terdapat di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Losarang dan Kandanghaur yang memang jauh dari Waduk Jatigede dan juga Bendung Rentang, sehingga pasokan air untuk tanaman tidak bisa sampai.

Sutatang tidak menyebutkan berapa hektare dari 3.000 ha tanaman yang terancam gagal panen yang ikut asuransi. Yang jelas, petani Indramayu yang meng-asuransi-kan lahan sawahnya masih relatif sedikit. “Kami terus berupaya melakukan sosialisasi. Program ini cukup baik untuk bantu petani,” katanya.

Kepala Subdirektorat Pemberdayaan Permodalan dan Asuransi Pertanian, Direktorat Pembiayaan, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, (PSP) Kementan, Waluyo menyebutkan, di saat kemarau datang, kecenderungan petani meng-asuransi-kan lahan sawahnya meningkat. “Iya ada kenaikan, jika dibandingan pada saat iklim normal,” katanya di Jakarta, Jumat (19/7/2019).

Dia menyebutkan, sampai awal bulan Juli 2019, jumlah lahan sawah yang sudah diasuransikan seluas 300.000 ha. “Dalam dua bulan terakhir ini minat petani ikut asuransi cukup tinggi. Mungkin mereka sadar, ada musim kering, sehingga mereka ikut program asuransi,” tegasnya pada Agro Indonesia.

Dari jumlah lahan sawah yang ikut asuransi tersebut, Provinsi Jawa Timur paling luas, yaitu 151.000 ha, kemudian Jawa Barat (59.000 ha), Kalimantan Barat (29.000 ha), Jawa Tengah (18.000 ha), Sulawesi Tengah (14.000 ha) dan provinsi lain di bawah 10.000 ha. PSP