Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak petani bersama-sama menghadapi El Nino. Strategi untuk menghadapi anomali cuaca itu sudah disiapkan Kementan, terutama Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP).
Direktur Irigasi Pertanian, Rahmanto mengatakan, Kementan sudah mempunyai strategi untuk menangani kekeringan, misalnya di daerah beririgasi. “Di daerah ini, yang dilakukan adalah pengawalan ketat gilir giring irigasi dari waduk,” katanya. Pembagian air harus berdasarkan wilayah dan waktu yang ditetapkan berdasarkan SK Bupati.
Pemanfaatkan sumber-sumber air yang masih tersedia dengan menggunakan pompanisasi, selain itu bisa juga menafaatkan air dan pembersian saluran irigasi dari sedimentasi untuk mengembalikan fungsi sesuai perencanaan.
Sedangkan untuk penangan kekeringan di daerah non-irigasi, lanjut Rahmanto, dapat dilakukan dengan pemanfaatkan irigasi air tanah, pompaniasi air pemukaan dan pemanfaatan embung dan bangunan konservasi lainnya.
Dia menyebutkan, upaya antisipasi kekeringan dengan pemanfaatan sumber-sumber air. Data (2019-2023) mencatat, saat ini terdata 2.101 unit embung pertanian dan 3.235 unit Irigasi Perpompaan/Perpipaan dan Rehabilitasi Jaringan Tersier seluas 13.879 unit yang dibangun Kementan.
“Kami juga akan segera mengidentifikasi Sumber Air alternatif yang masih tersedia dan dapat dimanfaatkan melalui Perpompaan dan Perpipaan” tegasnya di Jakarta, Jumat (7/7/2023).
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil menambahkan, sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan mengalami awal musim kemarau pada April hingga Juni 2023. Adapun puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada Juli dan Agustus 2023.
Dikatakan Ali, menjelang puncak musim kemarau, pemerintah pun perlu mengantisipasi sejumlah hal, khususnya pada sektor pertanian yang berkaitan dengan menjaga ketahanan pangan.
“Curah hujan yang menurun dapat berpotensi pada peningkatan kekeringan dan penurunan ketersediaan air,” kata Ali.
Dikatakan Ali, Ditjen PSP menindaklanjuti arahan Menteri Pertanian dalam mengantisipasi El Nino ini. Salah satu rencana aksi dan strateginya adalah pembangunan infrastuktur irigasi, baik itu embung, dam parit, irigasi perpompaan maupun irigasi air tanah dan melalui bantuan Alsintan (pompa air).
Ali Jamil menegaskan, Kementan telah menyiapkan berbagai antisipasi kekeringan, seperti program percepatan tanam, hingga Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT). “Kami mendorong petani untuk ikut program asuransi usaha tani padi (AUTP), mengerahkan gerakan serbu El Nino melalui penggunaan pompa air di wilayah-wilayah rentan kekeringan dengan memanfaatkan sumber-sumber air yang ada,” jelasnya.
Ali mengatakan, pihaknya juga akan terus mendorong melakukan percepatan tanam menggunakan alat mesin pertanian (Alsintan), seperti traktor roda empat dan traktor roda dua.
“Pada 2023, Direktorat Jenderal (Ditjen) PSP juga menyiapkan alokasi bantuan Alsintan, seperti 800 unit traktor roda empat, 4.745 unit traktor roda dua, 1.900 unit pompa air untuk seluruh indonesia,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya akan memaksimalkan kegiatan RJIT yang dapat meningkatkan efisiensi aliran irigasi hingga ke lahan sawah. Kementan juga ada kegiatan irigasi perpipaan, irigasi perpompaan, pembangunan embung, dan dam parit yang bertujuan sebagai suplesi air hingga lahan.
“Pada 2023 ini, Kementan akan mengalokasikan embung sekitar 500 unit, perpompaan 629 unit, perpipaan 250 unit, dan RJIT 3.213 unit sebagai salah satu bentuk antisipasi El Nino,” imbuhnya.
Selain itu, infrastruktur irigasi yang telah dibangun pada tahun tahun sebelumnya dapat dimanfaatkan untuk melakukan antisipasi kemarau mendatang.
Pada 2020-2022, Kementan telah mengalokasikan kegiatan irigasi untuk meningkatkan ketersediaan air pada musim kemarau, antara lain kegiatan RJIT sebanyak 11.866 unit, perpompaan 2.177 unit, perpipaan 439 unit, dan embung 1.531 unit.
Lombok, Panen Padi
Di tengah keseriusan memitigasi El Nino, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo melakukan panen padi di Desa Tempos Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Mentan didampingi Wakil Bupati Lombok Barat, Sumiatun melakukan panen menggunakan combine harvester di hamparan sawah dengan luas 25 ha.
Kecamatan Gerung merupakan salah satu lokasi program IP400, termasuk sentra produksi padi, selain Kecamatan Narmada, Kediri, dan Lingsar.
Program IP400 merupakan inovasi dalam berusaha tani dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan lahan sehingga bisa tanam/panen 4 kali dalam setahun.
Menurut Mentan, Lombok Barat memiliki potensi alam dan agroklimat yang sangat memungkinkan untuk meningkatkan produksi padi. Terlebih, pemanfaatan dan pengelolaan air dilakukan secara efektif dan efisien.
“Kami hadir di Lombok Barat ini untuk memastikan bahwa pemerintah pusat serius dalam menangani urusan pangan di tengah ancaman dan tantangan El Nino, musim kemarau yang panjang ini. Jadi, yuk kita hadapi ini bersama,” katanya.
Menghadapi ancaman musim kemarau, Mentan dihadapan petani dan penyuluh mengajak melakukan percepatan tanam dan membuat penampungan-penampungan air atau embung-embung kecil.
Di beberapa tempat sudah melakukan pembuatan embung-embung kecil untuk menampung air, nantinya bisa digunakan. Di acara Penas di Padang yang lalu, Kementan sudah memperagakan embung itu menggunakan teknologi membran.
Bahkan menggunakan terpal juga bisa. “Hal ini sebetulnya sudah dilakukan oleh leluhur-leluhur kita, bapak, termasuk tadi yang kita lakukan, Biosaka itu,” ujarnya.
Wakil Bupati Lombok Barat, Sumiatun mengungkapkan bahwa pada tahun 2022, Lombok Barat mengalami surplus beras sebesar 32.632 ton. Namun, Sumiatun menjelaskan, meski produksi beras di wilayahnya tinggi, alih fungsi lahan pertanian setiap tahun terus mengalami peningkatan.
“Luas lahan pertanian di Lombok Barat setiap tahun cenderung berkurang seiring pertambahan penduduk untuk tempat tinggal dan fasilitas pendukungnya,” kata Sumiatun.
Sebagai informasi, pada tahun 2022, produksi padi/beras provinsi NTB dan Kabupaten Lombok Barat naik jika dibandingkan tahun 2021, masing-masing 2,35 % dan 7,15 %.
Sementara itu, di tahun 2023, luas panen padi provinsi NTB adalah 254.586 ha, dengan provitas 5,02 ton/ha, dan jumlah produksi 1.277.377 ton GKG. Sedangkan luas panen padi Kabupaten Lombok seluas 20.817 ha, dengan provitas 4,84 ton/ha, serta produksi 100.758 ton GKG.
Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menyampaikan upaya Kementan dan provinsi NTB dalam mengejar dan memacu produksi pangan, terutama padi.
Upaya yang dilakukan di bawah ancaman iklim ekstrem El Nino pada tahun 2023 ini adalah peningkatkan produktivitas, peningkatan Indeks Pertanian, Integrated Farming dan mengarah penggunaan input yang lebih efisien dan ramah lingkungan, salah satunya aplikasi teknologi Biosaka.
“Lombok yang dikenal daerah sentra pangan dengan bumi gora (gogo rancah) cukup dikenal dengan pola tanam padi terus palawija (biasanya jagung). Juga integrasi padi dengan sapi, yang bisa dilihat di pematang-pematang sawah ditanami pohon turi dan tanaman lain selain untuk pakan ternak juga untuk kompos bahan organik, sehingga diperoleh manfaat ganda dari proses produksinya ” jelas Suwandi
Dia menambahkan, di lokasi acara panen padi ini di Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat sudah menerapkan IP300 dan produktivitasnya 7,2 ton GKP/ha.
Mentan Syahrul pernah mengatakan, pemerintah mengutamakan penerapan pertanian organik di 2023 dalam menghadapi fenomena El Nino yang mengakibatkan kekeringan ekstrem dan mengancam sektor pertanian.
Dia menyebutkan, penerapan pertanian organik menjadi salah satu program utama Kementan guna mewujudkan pertanian yang tangguh menghadapi dampak perubahan iklim global, khususnya El Nino.
“Program saya tahun ini mengajarkan kembali pupuk organik. Kita tidak boleh lagi bergantung pada pupuk kimia, minimal kita kurangi penggunaan pupuk kimia,” katanya.
Mantan Gubernur Sulsel dua periode itu juga memimpin demonstrasi pembuatan Elisitor Biosaka yang merupakan produk yang berfungsi sebagai signaling bagi tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih bagus.
Selain itu, Dia juga lakukan penyemprotan Biosaka pada tanaman bersama para petani dan penyuluh untuk mengaplikasikan pertanian ramah lingkungan. “Tolong Biosaka sebagai elisitor dikembangkan terus di Kabupaten Maros,” katanya.
Ke depan, Kementan terus memacu produksi pertanian dengan pemanfaatan sumberdaya lokal, pertanian ramah lingkungan seperti Biosaka dan efisiensi biaya usaha tani, teknologi pertanian presisi, serta antisipasi, mitigasi dan adaptasi terhadap ancaman El Nino pada 2023.
Sementara itu, Asisten Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan Abdul Aziz mengatakan Kabupaten Maros merupakan salah satu sentra pertanian. PRP