Keberadaan embung di lahan pertanian dinilai penting untuk mengatasi krisis air di musim kemarau. Untuk itu, Kementerian Pertanian (Kementan) tahun 2020 ini berencana membangun sebanyak 400 unit embung. Pembangunan ini akan dilakukan di 30 provinsi dan lebih dari 226 Kabupaten/Kota.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menjelaskan, sektor pertanian merupakan sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan, di mana durasinya bisa menjadi lebih panjang dengan intensitas yang tinggi.
Tingginya intensitas hujan pada musim hujan bisa menyebabkan banjir. Sedangkan musim kemarau akan berlangsung lebih lama yang menimbulkan bencana kekeringan.
“Hal itu mempengaruhi produktivitas. Apabila perubahan iklim tidak disikapi dengan bijak, maka akan berdampak terhadap kondisi ketahanan pangan nasional,” katanya.
Dia menyebutkan, pengembangan embung atau dam parit yang lokasinya relatif dekat dengan kawasan pertanian merupakan upaya konservasi air yang tepat guna dan murah.
Embung atau dam parit dapat mengatur ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air di tingkat usaha tani. “Manfaat keberadaan embung/dam parit sangat banyak. Kita bisa menabung air, memanen air untuk digunakan bersama dalam usaha tani, bahkan ternak. Ada air berarti ada kehidupan,” ujarnya.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, pembangunan embung/dam parit dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya El Nino atau musim kering yang panjang di tahun 2020 ini.
Pembangunan itu diharapkan bisa menampung air hujan dan mengairi sawah, sehingga mampu meminimalisir kerugian petani. Program pembangunan embung/dam parit itu merupakan program strategis untuk penampungan air hujan atau sumber sumber mata air di tempat lain.
Sarwo Edhy berharap, masyarakat dan para petani bisa menjaga dan merawat apa yang telah dibangun oleh pemerintah. “Saya pesan kepada petani dan masyarakat agar menjaga dan memelihara embung dengan baik. Jangan sampai rusak atau terbengkalai karena ini kan manfaatnya selain buat petani juga masyarakat bisa menggunakan air di sini saat kekeringan,” jelasnya.
Ajukan ke Dinas Pertanian
Dia menambahkan, bagi masyarakat petani yang membutuhkan bantuan pembangunan embung, mereka bisa mengajukan ke Dinas Pertanian Kabupaten atau Kota masing-masing. “Nanti dinas bisa meneruskannya ke Ditjen PSP untuk ditindaklanjuti. Bantuan ini diharapkan bisa membantu petani yang ujung-ujungnya bisa mensejahterakan petani,” pungkas Sarwo Edhy.
Dalam waktu tiga tahun (2015-2017), Direktorat Irigasi Pertanian, Ditjen PSP telah melaksanakan program pengembangan bangunan konservasi air, yakni embung, dam parit, dan long storage sebanyak 2.785 unit.
Untuk irigasi perpompaan, Ditjen PSP mencatat hingga 5 November 2018 telah membangun 2.978 unit. Dengan estimasi luas layanan per unit 20 hektare (ha), maka luas oncoran atau yang dapat diairi saat musim kemarau mencapai 59,78 ribu ha.
Jika berdampak pada peningkatan IP 0,5 saja, maka akan terjadi penambahan luas tanam 29,78 ribu ha dan penambahan produksi padi 154,85 ribu ton.
Tahun 2014, Kementan sukses membangun sebanyak 9.504 unit embung di 30 provinsi. Sementara tahun 2015, embung yang dibangun 318 unit di 16 provinsi.
Pengembangan embung, dam parit, long storage dalam empat tahun terakhir (2015-2018) mencapai 2.956 unit — untuk realisasi per 5 November 2018. Dengan estimasi luas layanan 25 ha/unit, maka mampu memberikan dampak pertanaman seluas 73,90 ribu ha.
“Bila dapat memberikan dampak kenaikan IP 0,5, maka potensi penambahan produksi pertanaman mencapai 384,28 ribu ton,” papar Sarwo Edhy.
Padat Karya
Direktur Pengolahan Irigasi Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Rahmanto mengatakan, pembangunan embung atau dam parit ini juga termasuk dalam Program Padat Karya Ditjen PSP. Pada tahun 2019 telah dilaksanakan di 14 Provinsi sebanyak 252 Unit.
Seperti yang dibangun di Desa Weninggalih, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat, yang dikerjakan Kelompok Tani Mekar Saluyu. Pembangunan dam parit di daerah ini memiliki luas layanan 45 ha, areal ini memiliki provitas 6,2 ton/ha.
Kemudian di Desa Tundagan, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang. Dam parit yang dibangun Poktan Maju Karya ini luas layanannya 32 ha.
Sedangkan pembangunan embung di Desa Pangadegan, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap dibangun dengan dimensi 18×13×2,5 m3. Embung yang dibangun P3A Usaha Tani Makmur ini mampu melayani areal sawah seluas 31 ha.
Sementara di tahun 2020, saat ini sedang dibangun dam parit di Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Dam parit yang dikerjakan Kelompok Tani Mappabengngae III ini luas layanannya hingga 75 ha.
“Dari pembangunan embung dan dam parit ini, peningkatan IP yang diharapkan semula 200 menjadi 300,” katanya. Dia menambahkan agar pemeliharaan air sungai dan bangunan air tersebut harus dirawat.
“Biar saat musim kemarau debit air tidak kecil dan musim hujan air tidak meluap, sebaiknya perawatan, pemeliharaan dan konservasi harus dilakukan,” tuturnya. Misalnya dengan memelihara konservasi daerah hulu, pengerukan sedimen sungai yang sebaiknya dilakukan secara rutin sebelum musim penghujan datang. Kemudian perawatan rutin seperti membersihkan sampah yang menghalangi aliran air. “Semuanya bisa dilakukan dengan komitmen bersama di desa setempat,” tegasnya. PSP