Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung dan memfasilitasi Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang akan membangun bengkel alat dan mesin pertanian (Alsintan).
Hal itu yang terjadi dengan UPJA Dos Roha, di Desa Cinta Damai, Kesamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. UPJA Dos Roha mendapat bantuan fasilitas perbengkelan dari Kementan.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjelaskan, sektor pertanian mulai beradaptasi dengan era 4.0. Hal itu ditandai dengan penggunaan Alsintan sebagai stimulus untuk menggenjot produktivitas.
Pertanian sebagai sektor yang vital tidak boleh terganggu oleh apapun. “Makanya, perbengkelan ini penting untuk pemeliharaan dan perawatan Alsintan. Perbengkelan Alsintan ini juga sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kesejahteraan petani,” katanya.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil menyebutkan, perbengkelan Alsintan untuk mengantisipasi kerusakan yang terjadi dan sebagai upaya perawatan.
Di sisi lain, perbengkelan Alsintan dimaksudkan untuk terus menjaga produktivitas pertanian dan meningkatkan pendapatan petani.
“Perbengkelan Alsintan ini sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian nasional, yaitu menyediakan pangan untuk seluruh rakyat, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggenjot ekspor,” katanya.
Ali mengatakan, Kementan telah menyalurkan Alsintan ke daerah-daerah sentra produksi pangan untuk mendukung budidaya pertanian mereka. Alsintan bantuan tersebut hendaknya dirawat dan dipelihara dengan baik.
Bahkan, di beberapa daerah sentra peratnian sudah banyak berdiri bisnis UPJA. Kehadiran UPJA tersebut sangat membantu, petani serta dapat juga meningkatkan pendapatan kelompok tani.
Tak hanya itu, agar Alsintan tetap terpelihara dengan baik, maka Kementan memberikan berupa perbengkelan Alsintan agar keberlanjutannya dapat terus berlangsung. “Kegiatan penerapan mekanisasi pertanian memerlukan dukungan perbengkelan yang dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh lembaga UPJA,” tegas Ali.
Direktur Alsintan Ditjen PSP Kementan, Andi Nur Alam Syah menambahkan, dengan bantuan perbengkelan di bawah pengelolaan UPJA diharapkan banyak keuntungan.
Setidaknya, kata Andi Nur Alam, ada dua keuntungan yang didapati, yakni jaminan keberlanjutan penggunaan Alsintan dan menjadi sumber pendapatan UPJA selain dari usaha jasa sewa Alsintan, jasa olah tanah dan jasa perbengkelan.
Bantuan sarana perbengkelan dilakukan melalui pembangunan workshop yang berfungsi sebagai tempat kerja operasional bengkel dan penyimpanan suku cadang Alsintan.
Selain itu, juga berfungsi sebagai kantor administrasi, penyimpanan alat perbengkelan seperti genset serta motor roda tiga untuk mobilisasi pelayanan Alsintan.
“Jadi, perbengkelan sangat bermanfaat bagi UPJA dan petani. Bagaimanapun juga, Alsintan perlu diservis, sehingga bisa difungsikan maksimal,” tegasnya.
Koordinator UPJA Dos Roha, Tiarma R Sinurat menerangkan, perbengkelan Alsintan dibangun di atas areal lahan seluas 10 x 15 meter. “Bangunan bengkel terdiri dari areal gudang penyimpanan Alsintan, kantor dan kamar mandi, ruang suku cadang dan ruang peralatan lainnya,” katanya.
Bengkel Alsintan Mobile
Sementara itu, Ana Nurhasanah, perekayasa ahli utama di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan), Balitbangtan mengatakan, sejak 2014 penggunaan Alsintan terus digencarkan pemerintah.
Namun, dalam pemanfaatannya, banyak Alsintan yang terbengkalai karena rusak dan tidak diperbaiki. “Banyak Alsintan rusak yang sebenarnya bisa diperbaiki sendiri, tapi kurangnya pengetahuan dan alat menjadikan Alsintan rusak dibiarkan begitu saja,” katanya.
Kondisi itu diperparah dengan kurangnya jumlah teknisi serta bengkel khusus Alsintan di wilayah sentra pertanian. Sebagai solusinya, Balitbangtan melalui para perekayasanya di BBP Mektan, merancang bengkel Alsintan mobile.
“Dengan konstruksi roda kecil dan body yang kecil, bengkel berjalan ini mudah masuk ke jalan usaha tani sehingga mampu bekerja langsung (on the spot). Jadi, petani tidak perlu lagi angkat-angkat Alsintannya ke bengkel,” kata Ana.
Bengkel mobile dilengkapi suku cadang untuk semua jenis Alsintan, mulai dari traktor roda dua, traktor roda empat dan peralatan lain seperti alat las, alat potong, v-belt motor, hingga gigi.
“Namun, jika kerusakannya memerlukan suku cadang pabrikan yang besar, bengkel berjalan ini akan menghubungi pihak pabrikan dan dilakukan perbaikan dengan teknisi,” jelasnya.
Ana menambahkan, bengkel Alsintan mobile telah terintegrasi dengan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Smart Mobile — sebuah aplikasi penyedia jasa Alsintan yang telah diluncurkan sejak 2018.
“Kita lengkapi bengkel berjalan ini dengan GPS dan terintegrasi dengan UPJA Smart Mobile sehingga petani yang berada di daerah tersebut bisa dengan mudahnya order bengkel berjalan terdekat,” katanya.
Kepala BBP Mektan, Agung Prabowo menjelaskan, dengan bengkel Alsintan mobile akan lebih hemat dibandingkan harus membuat bangunan bengkel stasioner.
“Alsin-alsin yang trouble di lapangan seperti patah as, rusak mesin akan sulit untuk diangkut petani ke bengkel. Lebih baik bengkelnya yang datang langsung ke petani, lebih efisien,” jelasnya.
Menurut Agung, bengkel Alsintan mobile bisa juga menjadi salah satu bagian dari bengkel stationer untuk armada pelayanan mobile yang langsung menjemput bola ke lahan.
Agung mengatakan saat ini sudah banyak permintaan dari pemerintah daerah untuk dapat menggunakan bengkel Alsintan mobile itu. “Saat ini, perbanyakan bengkel Alsintan mobile telah masuk dalam pabrikasi, tinggal menunggu saja,” katanya.
Lapangan Kerja Buruh Tani
Syahrul Yasin Limpo, dalam berbagai kesempatan menegaskan pentingnya Alsintan bagi pembangunan pertanian di Indonesia.
“Mau bagaimana pun juga sektor pertanian menjadi tulang punggung ekonomi bangsa. Untuk itu dalam mengakselerasi pertanian, kita membutuhkan mekanisasi yang lebih kuat,” tegasnya.
Mentan mengatakan perkembangan Alsintan di tingkat petani diharapkan tidak menghilangkan lapangan kerja buruh tani. Namun diharapkan dapat dikombinasikan, sehingga bertani lebih efektif.
Kehadiran Alsintan, kata Syahrul, dapat meningkatkan produksi, mengifisiensikan biaya dan tetap dapat menjadi lapangan kerja bagi buruh tani.
“Kita berharap Alsintan tidak menghilangkan pekerjaan buruh tani tetapi satu sama lain saling menguntungkan. Dengan Alsintan bisa saja petani menjadi operator Alsintan dan sebagainya,” tegas Syahrul.
Mentan mengatakan, pemerintah setiap tahun mengucurkan bantuan yang diberikan kepada petani, seperti Alsintan, benih, pupuk dan lain sebagainya.
Menurut dia, bantuan tersebut merupakan bentuk kepedulian pemerintah agar produk tanaman pangan khususnya gabah atau beras, jagung, kedelai semakin berkualitas sesuai standar.
Dengan begitu, pelaksanaan pembangunan pertanian berhasil mewujudkan nilai tambah, di mana petani memperoleh harga yang lebih layak.
“Saya meminta bantuan yang diberikan pemerintah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dan berkelanjutan. Kami akan terus memberikan bantuan Alsintan sebagai bentuk komitmen pemerintah untuk meningkatkan produksi dan nilai jual produk pertanian,” katanya.
Selain itu, Mentan mengungkapkan sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang mampu memberikan kontribusi positif di tengah pandemi COVID-19. Pangan terus dibutuhkan sehingga pertanian selalu menyediakan lapangan pekerjaan.
“Pertanian itu lapangan kerja. Jadi, kalau mau cari uang tidak usah ke kota. Di desa saja dengan bertani. Saat ini kurang lebih ada 8 juta petani baru. Semua yang di-PHK (pemutusan hubungan kerja, Red.) putus kerja keluar dari perusahaan, mereka sekarang bertani supaya enggak stres juga,” katanya.
Selain Alsintan, Mentan mendorong petani memanfaatkan kredit usaha rakyat (KUR) untuk mengakselerasi hasil pertaniannya. Petani ke depan tidak lagi mengharapkan bantuan, namun sudah mandiri dalam menjalankan aktivitas berusaha tani yang maju dan modern.
“Pemerintah siap membantu dan mempermuda petani untuk mendapatkan KUR. Dana pinjaman KUR, selain bias buat Alsintan juga bisa bangun penggilingan padi modern skala besar,” tegasnya. PSP