
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, pembangunan embung merupakan upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam mengantisipasi kekeringan di musim kemarau.
“Pemanfaatan sumber-sumber air seperti embung, bendungan, waduk, penggunaan pompa dan alat mesin pertanian (Alsintan) harus lebih dioptimalkan untuk mitigasi kekeringan,” ujarnya, Rabu (9/6/2021).
Selain embung, lanjut SYL, melakukan percepatan tanam dapat menjadi salah satu upaya mitigasi bencana kekeringan akibat musim kemarau. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian. “Di mana ada sumber air, maka di situ pula harus dilakukan akselerasi yang lebih intensif,” katanya.
Dia menuturkan, hingga kini, Kementan terus berupaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Salah satunya melalui pembangunan konservasi air atau embung yang direalisasikan untuk Kelompok Tani (Poktan) Kedabu Indah di Desa Kedabu Rapat, Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.
Selain meningkatkan produktivitas, Kementan berharap pembangunan embung dapat mengantisipasi kekeringan pada musim kemarau.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Ali Jamil mengatakan, embung merupakan bagian dari pengelolaan air, baik saat musim penghujan maupun kemarau.
“Embung bagian dari water management. Dalam pertanian, air merupakan hal penting dan harus selalu ada. Maka dari itu, embung ini bagian dari solusi upaya memitigasi gagal panen akibat musim kemarau,” imbuhnya.
Menurut Ali, proses budidaya pertanian tidak boleh terganggu oleh kondisi apapun. Oleh karenanya, sawah petani harus terus teraliri air.
Dengan program embung, dia berharap kebutuhan air bagi lahan pertanian dapat terus terpenuhi.
Sementara itu, Direktur Irigasi Pertanian Direktorat Jenderal (Ditjen) PSP Kementan Rahmanto berharap, pembangunan embung dapat menghindarkan petani dari kerugian akibat gagal panen karena musim kemarau.
“Untuk dimensi bangunan embung dibangun dengan panjang 40 meter (m), lebar 10 m dan kedalaman 1,5 m,” jelasnya. PSP
Siaga Kemarau, Sumur Bor Panel Surya untuk Food Estate Sumba
Indonesia timur termasuk wilayah yang musim kemaraunya cukup panjang. Tak terkecuali di areal pengembangan kawasan pangan (food estate) Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebagai antisipasi dampak kekeringan musim kemarau 2021, pemerintah akan mengalokasikan sumur bor panel surya di areal tersebut.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian telah mengalokasikan bantuan untuk kelompok tani di Sumba Tengah, NTT. Berbagai fasilitas bantuan disiapkan untuk mendukung produktivitas pertanaman di kawasan food estate.
“Kami sudah mengalokasikan anggaran tahun 2020 untuk pembuatan dan rehabilitasi sumur bor panel surya sebanyak 23 unit yang dilaksanakan pada 3 Kecamatan di Kabupaten Sumba Tengah,” kata Koordinator Substansi Penanggulangan Dampak Perubahan Iklim (PDPI), Sri Aswita.
Menurutnya, pembuatan dan rehabiitasi sumur bor panel surya merupakan salah satu upaya antisipasi dampak kekeringan di kawasan Food Estate dengan memanfaatkan tenaga surya sebagai penggerak pompa air, sehingga sangat cocok digunakan di tempat yang sulit dijangkau aliran listrik karena mesin dapat bekerja secara mandiri.
“Pemilihan teknologi sumur bor panel surya karena selama ini petani sering mengalami kendala biaya operasional pompa air untuk kebutuhan selama masa tanam musim kemarau yang tidak sedikit, sehingga banyak lahan sawah yang menjadi tidak produktif,” tuturnya.
Kelebihan Sumur Bor
Sumur bor panel surya memiliki beberapa kelebihan dibandingkan yang memakai tenaga listrik atau BBM. Di antaranya tidak memerlukan biaya operasional pompa sehari-hari. Selain itu, meskipun cuaca mendung atau hujan, mesin tetap bekerja menangkap sinar matahari.
Aswita mengatakan, kegiatan pembuatan sumur bor panel surya di Sumba Tengah sudah 100% terealisasi dengan baik. Diharapkan dengan adanya program ini, lahan pertanian yang awalnya kering dan tidak dimanfaatkan saat musim kemarau dapat menjadi lahan yang produktif.
Selain itu, petani dapat lebih bersemangat lagi untuk menanam. Sebab, masalah pengairan sudah terbantu dengan adanya sumur bor panel surya, sehingga dapat mendukung program ketahanan pangan nasional.
“Kami berharap petani dapat menjaga dan merawat sumur bor panel surya ini dengan baik agar tidak cepat rusak atau hilang, sehingga nilai manfaatnya akan lebih lama, tidak hanya satu atau dua musim tanam saja,” tambah Aswita.
Salah satu lokasi sumur bor bertenaga surya berada di Kelompok Tani Namu Kima Nyuma. Sekretaris kelompok tani tersebut, Oris Hahobang merasa senang mendapat bantuan sumur bor tersebut. “Setiap tahunnya kami biasanya hanya tanam padi satu kali, yaitu saat musim hujan seperti saat ini. Kalau musim kemarau kami tidak tanam karena tidak ada air untuk mengairi sawah kami. Kekeringan di wilayah kami biasanya mulai dari Juni sampai Oktober. Tetapi dengan adanya bantuan sumur bor ini, kami siap tanam di musim kemarau juga,” tutur Oris.
Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Mohammad Takdir Mulyadi turut mengapresiasi progress pertanaman di kawasan pangan yang berjalan baik. “Kami berharap dengan adanya bantuan sumur bor bertenaga surya ini akan menjadi stimulus bagi petani untuk mau dan siap menanam tidak hanya saat musim hujan seperti saat ini tapi juga saat musim kemarau nanti,” katanya.
Di tempat terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menjelaskan, program food estate di Sumba Tengah mulai dikerjakan sejak Oktober 2020. Target yang dikembangkan waktu itu seluas 5.000 ha dan sekarang menuju 10.000 ha. Komoditas utama yang dominan adalah padi, namun ada integrated farming dengan jagungnya plus kelapa, jeruk, bahkan itik dan nanti komoditas lainnya.
“Di lokasi itu ditangani, baik aspek hulu hingga hilir pengolahannya. Fasilitas pendukung seperti sumur bor bertenaga surya juga adalah bagian dari aspek yang ditangani yaitu menjaga kebutuhan air untuk pertanaman,” kata Suwandi.
Seperti diketahui, program food estate yang menjadi prioritas utama Mentan Syahrul Yasin Limpo. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat sekitar dengan konsep pengembangan pangan yang terintegrasi mencakup pertanian, perkebunan dan peternakan untuk menciptakan ketahanan pangan jangka panjang.
Pada tahun 2020, Program Food Estate di Sumba Tengah awalnya seluas 5.000 ha dan tahun 2021 dikembangkan menjadi 10.000 ha yang akan ditanami padi, jagung dan hortikultura. Harapannya dapat meningkatkan perekonomian petani Sumba Tengah dan mendukung program ketahanan pangan nasional. PSP