Kementan Percepat Pompanisasi, Optimasi Lahan Rawa dan IP

* Kejar Produksi Padi

Foto: Antara

Kementerian Pertanian (Kementan) mengejar produksi gabah agar tidak turun dengan melakukan berbagai kegiatan, di antaranya melakukan percepatan pemasangan pompa di lahan-lahan tadah hujan.

Selain itu, Kementan juga melakukan optimasi lahan rawa dan peningkatan Indeks Pertanaman (IP). Hal ini di lakukan agar produksi gabah tidak turun, mengingat beberapa daerah di Indonesia terkena dampak El Nino atau kekeringan.

Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil mengatakan, saat ini ada lebih dari 2 juta hektare (ha) lahan kering yang perlu mendapat saluran air di seluruh Pulau Jawa.

Untuk mengejar target tersebut, maka 1 juta ha akan dilakukan pompanisasi, di antaranya Kabupaten Lamongan yang memiliki lahan kering seluas 30.000 ha dari total 94.460 ha.

“Kabupaten Lamongan akan segera dipompa melalui sungai-sungai yang ada,” kata Ali Jamil usai meninjau percepatan tanam di Desa Pringgoboyo dan Desa Turi, Lamongan, Jawa Timur, Selasa, (19/3/2024).

Dirjen mengatakan, pihaknya bersama Dirjen SDA PUPR dan pihak terkait lainnya sudah sudah membahas masalah untuk persiapkan MT (Musim Tanam) II.

“Bagaimana kita maksimalkan paling tidak satu juta ha kita amankan. Misalnya 500.000 ha di Pulau Jawa dan 500.000 ha lainnya di luar Pulau Jawa, termasuk yang di Lamongan,” tegasnya.

Menurut Ali Jamil, sistem pompa nantinya akan mengairi sawah-sawah yang hanya 1 kali tanam agar meningkat menjadi 2 bahkan 3 kali tanam (IP 300) dalam setahun. Bila hal ini berhasil, maka Indonesia dalam waktu dekat tidak perlu impor beras.

Indonesia mempunyai potensi lahan tadah hujan seluas 3 juta ha. Lahan ini rata rata baru satu kali tanam per tahun dan akan ditingkatkan Indeks Pertanamannya (IP) minimal menjadi dua kali tanam.

Bupati Lamongan Yuhronur Efendi menyambut baik upaya Kementan mempercepat proses tanam melalui pompanisasi. Dia berharap, dengan cara itu Lamongan dapat kembali meningkatkan indeks pertanamannya menjadi 3 kali dalam setahun.

“Yang pasti, saat ini dari 94.460 ha baku sawah kita, seluas 30.000 ha di antaranya adalah lahan tadah hujan. Dan kita sambut baik apa yang disampaikan Pak Menteri dan Pak Dirjen. Kita berharap ke depan bisa meningkatkan IP menjadi 2 dan 3,” katanya.

Diketahui, Kabupaten Lamongan memiliki saluran air yang dibangun sejak tahun 1990-an dan baru direhab kembali pada tahun 2018 dan 2022. Di sana, terdapat 10 pintu air dan luas lahan 224 ha. Saluran tersebut nantinya akan dioptimalkan untuk menampung air dan menjadi sumber bagi pertanaman.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta gerakan pompanisasi dilakukan secara maksimal. Untuk itu, kepala dinas dan juga pihak terkait harus segera melakukan pengecekan terhadap sungai-sungai besar yang tidak pernah surut di saat musim kering.

“Luas kering di sini kan 40%. Nah, 40% di sini berapa yang nempel ke Bengawan Solo atau Sungai Berantas. Harus dilakukan pengecekan dan pasang pompa secara maksimal,” katanya.

Mentan mengatakan, pompanisasi menjadi solusi cepat mengingat saat ini tidak semua daerah diguyur hujan. Artinya, masih ada daerah-daerah kering akibat dilanda El Nino gorila alias musim kering ekstrem yang berujung pada darurat pangan.

Amran menyebutkan, dengan pompa, maka lahan yang kering bisa diselamatkan. Caranya, air dari sungai-sungai disedot dengan pompa, kemudian dialirkan pada lahan-lahan sawah dengan indeks pertanaman 1 atau maksimal 2 kali dalam setahun, sehingga ke depan bisa dinaikkan menjadi 3 sampai 4 kali setahun.

“Yang harus dicari adalah sungai yang tidak pernah kering. Ini boleh. Jadi, yang tanam 1 kali cari dan yang tanam 2 kali cari, sehingga bisa tanam 3 sampai 4 kali,” katanya.

Untuk mendukung upaya pompanisasi, kata Mentan, semua pihak harus terlibat, baik dari TNI, Polri, Kejaksaan, petani maupun dukungan langsung dari Badan Pengembangan Wilayah Surabaya Madura (BPWS) yang memiliki peta wilayah sungai berair dan sawah kering.

“Yang pasti, kita harus efisien dan efektif. Bahkan, dari BPWS sudah sepakat, sebanyak 200 pompa digunakan dan keluar. Nah, bapak ibu sekalian, ini dicek baik-baik, berapa pompa dibutuhkan untuk menaikkan indeks tanam,” katanya.

Pj. Bupati Bojonegoro, Adriyanto mendukung penuh upaya Kementerian Pertanian dalam memaksimalkan pompanisasi pada lahan-lahan kering di Jawa Timur. Apalagi, kata dia, Kabupaten Bojonegoro selama ini adalah penghasil beras terbesar ketiga untuk wilayah Jatim.

Bojonegoro  merupakan daerah terbesar ketiga produksi padi di Jatim. Namun, tantangan terbesar kalau musim hujan terjadi banjir dan kalau musim kering seperti ini waktunya  sangat panjang, yaitu hingga 8 bulan.

“Tapi kami berupaya menjaga produksi maksimal, di mana angka pada 2023 mencapai 705.000 ton. Jadi, kami mendukung penuh pompanisasi yang dilakukan,” jelasnya.

Sebagai informasi, luas hamparan sawah di Bojonegoro mencapai 115 ha dengan rata-rata penggunaan varietas adalah Inpari 32 dan dengan indeks pertanaman 200 atau dua kali tanam setahun.

Adapun produktivitas di sana mencapai 7,5 ton/ha dengan kadar air 21%. Diketahui, rata-rata harga gabah di sana mencapai Rp7.100/kg.  YR

Pompanisasi Dapat Tingkatkan IP Minimal 2 Kali Tanam

Memasuki musim tanam kedua tahun ini, Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan percepatan tanam di sejumlah wilayah melalui pompanisasi.

Salah satu wilayah sentra yang menjadi prioritas adalah Jawa Tengah. Menteri Mentan Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, program pompanisasi ini dikonsentrasikan untuk lahan sawah yang indeks pertanamannya (IP) satu, tapi memiliki sumber air yang tersedia sepanjang tahun.

Artinya, lahan-lahan sawah tersebut hanya mampu tanam satu kali dalam setahun. Program ini diharapkan dapat meningkatkan indeks pertanaman (IP) yang tadinya hanya satu menjadi dua atau lebih dalam setahun.

Kementan sudah mengidentifikasi ada sekitar 300.000 hektare (ha) lahan tadah hujan yang IP-nya satu kali tanam setahun. IP lahan ini akan dinaikan menjadi dua atau tiga kali.

“Kalau kita angkat IP-nya dua kali saja dengan produksi 5 ton, berarti ada tambahan produksi dari Jateng sekitar 1.000.000 ton gabah. Ini bisa jadi potensi luar biasa, dan kami siapkan pompa. Inilah solusi cepat untuk menangani pangan,” terang Amran usai Rapat Koordinasi Optimalisasi Lahan Melalui Pompanisasi di Aula Makodam IV/Diponegoro, Semarang.

Amran menjelaskan, pompanisasi dapat membantu aktivitas tanam petani di lapangan. Petani akan lebih mudah dan cepat melakukan olah tanah dan tanam.

Tidak hanya Pulau Jawa, lanjut Amran, program ini akan diperluas hingga wilayah lain di luar Pulau Jawa, agar upaya peningkatan produksi padi berjalan secara massif.

“Kami rancang Pulau Jawa minimal 500.000 ha. Itu minimal. Jadi, kami fokus Jawa, karena Jawa rentang kendalinya dekat, di mana 70% produksi juga ada di Jawa, sehingga langsung kami sentuh Jawa dulu. Kemudian luar Jawa juga kami targetkan 500.000 ha” tegasnya.

Foto: Antara

Pompa Air Membantu Petani

Panglima Kodam IV/Diponegoro, Mayjen Deddy Suryadi mengapresiasi kehadiran Mentan Amran pada Rapat Koordinasi Optimasi Lahan melalui Pompanisasi.

“Berdasarkan hasil laporan update dari pemantauan di lapangan, beberapa wilayah Kabupaten/Kota yang mengalami banjir sudah mulai mengalami surut air. Namun demikan masih terdapat beberapa titik lokasi yang ada di Pati dan Grobogan yang hingga saat ini masih tergenang banjir, sehingga memerlukan solusi dan penanganan secara khusus” ungkapnya.

Sebagai informasi, di Bulan Maret lalu Mentan Amran bersama Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Maruli Simanjuntak telah sepakat untuk memperkuat Perluasan Areal Tanam (PAT) padi melalui kegiatan pompanisasi di lahan-lahan pertanian yang ada di Pulau Jawa.

Penguatan ini merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan indeks pertanaman dan produktivitas padi secara nasional. Mentan Amran menargetkan 2 juta ha lahan sawah kering pada tahun ini terairi sehingga Indonesia mampu memperkuat ketahanan pangan secara mandiri tanpa harus bergantung pada kebijakan impor.

Sukarji, salah satu petani Desa Beringin, Kecamatan Bojong, menyambut gembira akan program pompanisasi tersebut.

Dia mengaku optimis produksi padi di wilayahnya akan meningkat karena adanya bantuan ini. Apalagi, pompa telah terbukti membantu petani bekerja lebih produktif.

“Dengan adanya pompanisasi ini, kita mau tanam kapan saja bisa. Bisa kita majukan juga masa tanamnya, karena ada sumber airnya. Yang tadinya desa wilayah sini cuma satu tahun satu kali tanam saja, karena adanya pompanisasi ini banyak sekali membantu akhirnya bisa dua kali tanam dalam setahun” jelasnya.

Selanjutnya, Sukarji berharap pompanisasi ini dapat memberi semangat bagi petani di wilayahnya. “Terima kasih Pak Menteri yang sudah memberi bantuan berupa pompanisasi. Mudah-mudahan dengan adanya pompanisasi ini warga semakin semangat bertani, hasil tanamnya lebih baik dan lebih maju,” tutupnya.

Sebagai informasi, dalam kunjungannya ke Kabupaten Grobogan, Mentan Amran menyerahkan bantuan dengan nilai lebih dari Rp 2 miliar, bantuan tersebut berupa 2 unit pompa air, 15 unit irigasi perpompaan, dan 2 unit RJIT. Di samping itu ada juga bantuan benih padi dan jagung senilai lebih dari Rp42 miliar. YR